Wisata Legenda
Gunung Penanggungan Jawa Timur Gunung Pawitra / Pesona Anak Semeru
Letak gunung berapi tidur ini ini berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, berjarak kurang lebih 25 km dari Surabaya. Gunung Penanggungan berada pada satu kluster dengan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang.
Gunung ini dikenal memiliki nilai sejarah tinggi karena di sekujur lerengnya ditemui berbagai peninggalan purbakala, baik candi, pertapaan, maupun petirtaan dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur.
Di masa itu ia dikenal sebagai Gunung Pawitra.
Pemandangan Kota dari Atas Puncak
Gunung Penanggungan Jawa Timur
Umumnya para pendaki lewat jalur Trawas / Duyung, Karena akses transportasi lebih mudah. Dengan mobil L300 bisa mencapai dekat kaki gunung atau mobil itu berhenti di pasar Tamiajeng, dan para pendaki bisa jalan kaki. Kelebihan melewati jalur ini, bisa melihat pemandangan baik itu perumahan ( Vila ) yang banyak terdapat di daerah Trawas dan Pacet, serta bisa melihat puncak gunung yang lain seperti Gunung Welirang dan Gunung Arjuno.
Gunung Arjuno-Welirang
Puncak GunungWelirang Puncak Gunung Arjuno
Jalur ini lebih panjang dibandingkan melalui jalur Candi Jolotundo, tetapi tanjakan tidak terlalu tajam. Mendekati puncak, akan menemui padang alang – alang yang cukup tinggi, hingga setinggi manusia ( kira – kira 170 cm ).
Candi Jalatundo
Sumber: http://wartapedia.com/edukasi/ensiklopedia/1972-candi-jolotundo.html
Melewati jalur ini tidak menemui candi – candi. Sedangkan jika melalui jalur Candi Jolotundo, selama perjalanan kita tidak bisa melihat keindahan kota karena tertutup dengan Gunung Bekel dan Gunung Gajah Mungkur. Yang ditemukan hanya pohon – pohon yang masih tersisa akibat penebangan liar dan kebakaran ( biasanya terjadi pada musim kemarau ) dan tanaman yang ditanam penduduk.
Keistimewaan melewati jalur ini, kita akan banyak menemui candi – candi.
Candi Jolotundo.
Merupakan candi yang paling besar dan memiliki sumber air yang besar dibandingkan candi-candi yang lain. Menuju candi ini sangat mudah. Mobil bisa sampai dipelataran pakir candi ini. Biasanya banyak orang berkunjung kesini untuk mengambil air atau mandi yang mengalir dari batu-batu candi. Menurut mereka bisa membuat awet muda. Candi ini memiliki 2 tingkatan kolam. 2 kolam kecil untuk mandi ditingkatan atas. Satu kolam disebelah kiri untuk tempat mandi wanita dan satu kolam lagi dikanan untuk mandi pria. Dan memiliki kolam besar, ditingkatan bawah yang berisi ikan-ikan yang kecil hingga besar. Ikan-ikan ini tidak boleh diambil. Menurut cerita, ikan-ikan tersebut adalah para dayang-dayang. Biasanya di malam Jum’at legi, banyak para pengunjung datang kesana untuk mandi. Dengan suasana yang gelap gulita. Setelah mandi ada yang melanjutkan ritual bersemedi ada juga yang tidur di pendopo disana. Candi ini sudah menjadi obyek wisata, sehingga banyak juga warung-warung permanen di luar kawasan candi (dibatasi pagar). Jika kita lupa membawa tempat untuk membawa airnya, warung-warung tersebut menjual jerigen-jerigen air, selain menjual teh, kopi dan makanan.
- Candi Putri, Menuju candi ini memerlukan waktu ± 1,5 jam dari candi jolotundo. Kondisi candi ini masih terawat. Tetapi disini tidak ditemui air seperti candi jolotundo. Candi ini terdiri dari susunan batu. Candi ini akan ditemukan pada jalur pendakian menuju puncak.
- Candi Pure, Posisi candi ini tidak terlalu jauh dari candi putri. Dan ditemui pada jalur pendakian menuju puncak.
- Candi Sinto, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak. Bentuknya tidak jauh berbeda dengan candi putri, hanya lebih kecil.
- Candi Gentong, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak. Berbentuk seperti gentong air . kalau zaman sekarang gentong air terbuat dari tanah liat sedangkan candi tersebut terbuat dari batu.
- Candi Lurah, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak
- Candi Guru, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak
- Candi Wisnu, Candi ini berada paling tinggi, Hampir mendekati puncak. Setelah itu turun kembali ke candi guru untuk menemukan candi yang lain.
- Candi Carik, Menuju candi ini, dari candi Guru turun kea rah kiri. Maka akan menemukan jalur candi-candi yang lain. Jika ke puncak Gn. Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini.
- Candi Naga, Jika ke puncak Gunung Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini
- Candi Bayi, Jika ke puncak Gunung Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini
- Candi Selokelir, Posisi candi ini berada di dekat perumahan penduduk. Keberadaan candi ini sangat mengkhawatirkan. Karena batu-batu penyusun candi banyak yang sudah rusak dan juga dijadikan jalan bagi masyarakat. Relief pada candi ini ada bergambar bunga.
- Candi Siwa, Candi ini posisi tersembunyi. Dengan ukuran tidak terlalu besar, berada dirimbunan tanaman kaliandra.
- Candi tidak ada nama, Candi ini tidak memiliki memiliki plang nama seperti candi-candi yang lain.
Sebenarnya, masih ada candi-candi yang lain. Tetapi sudah tertimbun oleh tanah dan akar-akar tanaman. Dan ini sempat ditemukan, diantara akar tanaman yang rimbun. Berbekal tangan dan kayu, kami menggali tanah untuk menemukan potongan-potongan batu yang lain. Lalu potongan itu disusun membentuk sebuah istana mungil, diabadikan kamera, lalu ditimbun lagi di tempat yang sama. Batu-batu yang ditemukan berwarna seperti genteng dan berbentuk pipih bermotif bunga dan ukiran, berbeda dengan batu candi-candi yang sudah disebutkan diatas seperti berasal dari batu-batu kali besar yang dipahat.
Pada batu – batu candi masih meninggalkan relief – relief yang berupa gambar atau tulisan. Umumnya berupa gambar seperti gambar kelopak bunga. Sepanjang perjalanan hingga puncak gunung, tidak ditemui sumber air. Jadi para pendaki sudah menyiapkan air yang banyak dalam perjalannya. Jika melalui jalur candi Jolotundo, biasanya pendaki mengambil air di candi tersebut. Jalur ini, lebih pendek dibandingkan jalur Trawas / Duyung, tetapijalur pendakian lebih banyak menanjak.
Pendakian dipagi hari, disepanjang perjalanan bisa menemui banyak aktivitas petani di hutan. Baik yang mengelola lahan hutan atau yang mencari tanaman kaliandra untuk makanan ternak. Karena kondisi gunung ini sudah sangat terbuka, sepanjang perjalanan hanya sedikit pohon besar yang bisa menaungi.
Ketika mendekati puncak, tanah mulai berbatu.
Tidak banyak satwa yang bisa dijumpai. Ini pengaruh dari pembukaan hutan dan juga kebakaran hutan. Kera yang biasanya banyak, sekarang sudah berkurang, pindah ke gunung bekel yang bersebelahan denganGunung penanggungan. Satwa yang masih bisa banyak ditemui di Gunung Penanggungan adalah burung.
Transportasi
Transportasi menuju Gunung Penanggungan, dengan kendaraan umum sangat mudah. Jika berasal dari Malang, mengambil bis jurusan Malang – Surabaya, dan berhenti di Pandaan. DariPandaan naik mobil L300 ke Trawas dan berhenti di Ps. Tamiajeng. Jika banyak para pendaki yang menuju ke G. Penanggungan, biasanya mobil bersedia mengantar hingga Desa Duyung. Tetapi biasanya mobil akan berhenti di Pasar Tamiajeng. Dari sana berjalan kaki menuju Desa Duyung.
Sebaiknya dari Pandaan tidak terlalu sore, karena kadang mobil sudah tidak ada. Diatas pukul 18.00 WIB mobil sudah sangat jarang, atau kadang sudah tidak ada. Untuk para pendaki yang berasal dari Surabaya, mengambil bis jurusan Surabaya – Malang dan berhenti di Pandaan. Lalu naik mobil L300 menuju Trawas. Sedang jika ingin melalui Candi Jolotundo, dari pasar Tamiajeng berjalan kaki kira – kira 2 jam ( dengan jalan santai ) atau naik ojek dari Pasar. Atau dari Surabaya, mengambil bis jurusan Surabaya – Malang, berhenti di Japanan. Dari Japanan, naik bis lebih kecil berwarna kuning menuju Mojokerto dan berhenti di Ngoro Industri. Dari Ngoro Industri naik ojek ke Candi Jolotundo atau desa Seloliman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU