Majapahit
Museum Airlangga - Kediri Jatim
Museum Airlangga - Kediri Jatim
Jl. Mastrip 1 Kawasan Selomangleng,Kediri
Museum Airlangga berada di Jl. Mastrip 1, Kawasan Wisata Selomangleng, yang menyimpan arca batu dan benda-benda peninggalan purbakala lainnya dari jaman kejayaan kerajaan Mataram Hindu. Pada kali pertama saya datang di kawasan wisata Selomangleng, Museum Airlangga baru saja tutup, dan baru pada keesokan harinya saya bisa masuk ke dalam gedung Museum Airlangga ini.
Adalah Airlangga yang meminta Mpu Kanwa untuk menggubah sebuah karya sastra berjudul Kakawin Arjunawiwaha pada 1030, menyadur Wanaparwa, kitab ketiga Mahabharata karya Vyasa dari India.
Setelah gagal menempatkan salah satu putranya sebagai raja di Bali, sebelum turun tahta dan menjadi pendeta, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yang kemudian menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala, dan diberikan kepada kedua putranya.
Tampak depan Museum Airlangga dengan wuwungan bertingkat dan dinding kaca di sekeliling bangunan museum. Papan nama Museum Airlangga terbuat dari kayu berukuran cukup besar di tempel di bagian depan museum.
Koleksi Makara yang disimpan di Museum Airlangga. Makara adalah binatang mitologis yang bentuknya menyerupai ikan namun memiliki belalai, yang digunakan untuk menyalurkan air di candi-candi Hindu atau sebagai pancuran.
Ada pula koleksi Arca Nandi, Lembu kendaraan Shiwa, serta koleksi arca batu lainnya yang diletakkan di bagian kanan Museum Airlangga. Nandi adalah lambang moral, keadilan, dan kekuatan, yang biasanya dibuat dalam posisi badan mendekam dengan kaki depan siap berdiri, yang menunjukkan kesiapan menerima perintah Shiwa.
Ada relief manusia pada sebuah potongan batu candi dengan wajah menghadap ke samping, yang konon berhubungan dengan pemujaan terhadap roh leluhur. Relief manusia di candi-candi di Jawa Tengah umumnya digambarkan secara natural dengan wajah menghadap ke muka.
Jaladwara di Museum Airlangga, yang merupakan pancuran air yang dipergunakan di candi atau pemandian kuno. Pancuran air di candi pada umumnya menggunakan bentuk makara atau guci yang dibawa seorang pemuka agama, yang melambangkan kesucian dan kesuburan.
Sebuah temuan purbakala berupa Yoni di Museum Airlangga. Yoni biasanya berbentuk balok batu dengan sebuah lubang di tengah sebagai tempat untuk menancapkan Lingga (Shiwa), dan ada cerat di salah satu sisinya untuk mengalirkan air pembasuh Lingga sewaktu diadakan upacara. Yoni, yang merupakan lambang kesuburan wanita, biasanya diletakkan di ruang utama candi dengan cerat menghadap ke arah utara.
Ciri-ciri arca Buddha lazimnya adalah adanya unisha (rambut dan sanggul), urna (bulatan di tengah dahi), telinga yang panjang, dan mudra (sikap tangan yang menjadi pembeda antara arca Buddha yang satu dengan lainnya).
Sebuah Arca Shivanandi yang disimpan di Museum Airlangga. Shiwa adalah dewa tertinggi Trimurti (Shiwa, Wisnu, Brahma), yang digambarkan bertangan empat (masing-masing membawa trisula, cemara, genitri, dan kendi), bermata tiga, ada ornamen ardha chandra (bulan sabit) pada hiasan kepala, ikat pinggang dari kulit harimau, hiasan leher ular kobra, dan berkendara Lembu Nandini.
Shiwa adalah dewa pelebur, yang menghancurkan segala yang usang dan tidak layak lagi berada di dunia dan harus dikembalikan ke asalnya.
Sebuah patung Shiwa setinggi satu setengah orang dewasa, yang tampaknya merupakan arca terbesar di Museum Airlangga. Arca Shiwa, yang mata ketiganya bisa membakar musnah apa pun yang tidak dikehendakinya, biasanya diletakkan di ruang utama candi Hindu.
Arca Ardhanari di Museum Airlangga, yang merupakan lambang persatuan Shiwa dengan Parwati, isterinya. Ardhanari karenanya digambarkan berbentuk setengah pria dan setengah wanita bertangan empat, dengan dua tangan belakang masing-masing memegang aksamala dan camara dan dua tangan depan diletakkan di depan perut.
Arca Dewa Wisnu di Museum Airlangga. Wisnu adalah Dewa Pemelihara, yang digambarkan bertangan empat, masing-masing tangan memegang sankha (lambang pembebasan manusia dari kesulitan), cakra (lambang perputaran dunia), pada (lambang kekuatan) dan padma (lambang kedewaan).
Di sebelah samping kiri Museum Airlangga terdapat area terbuka di bawah pepohonan dimana disimpan beberapa koleksi arca dan dan benda-benda lain yang terbuat dari batu.
Museum Airlangga di kawasan wisata Selomangleng memiliki koleksi yang cukup beragam dan bernilai sejarah tinggi, meskipun penataan interiornya terkesan agak sederhana. Keterangan yang ada pada setiap koleksi Museum Airlangga ini sangat membantu pengunjung dalam memahami arti masing-masing benda. Akan lebih membantu lagi jika ditambahkan keterangan mengenai riwayat penemuan benda-benda tersebut.
Museum Airlangga
Jl. Mastrip 1 Kawasan Selomangleng,
Kediri
Telp. (0354) 773157, Fax. (0354) 686613
GPS: -7.80755, 111.97390
Kediri
Telp. (0354) 773157, Fax. (0354) 686613
GPS: -7.80755, 111.97390
Lihat peta Museum Airlangga dalam ukuran besar
sumber : http://thearoengbinangproject.com/ dan beberapa sumber lain
Artikel yg bagus dan membuka wawasan tentang sejarah khadiri..meskipun sharing dari blog Pak Bambang :)
BalasHapusAda lagi tulisan Pak Bambang tentang Khadiri yaitu situs calonarang dan tirta kamandanu serta situs petilasan Shri Aji Jayabaya