Kakawin
Kitab Kakawin Arjuna Wijaya Mahakarya Empu Tantular
Kitab Kakawin Arjuna Wijaya Mahakarya Empu Tantular
Kakawin Arjuna Wijaya menguraikan peperangan antara Prabhu Arjuna Sahasrabhahu dan pendeta Parasu Rama, berdasarkan Uttara Kanda, bagian terakhir Ramayana (Sansekerta). Cerita ini sangat populer terbukti dari adanya pelbagai naskah dalam bahasa Bali dan Jawa Kuna.
Versinya dalam bahasa Jawa Baru dalam bentuk tembang diusahakan oleh Raden Ngabehi Sindusastra dari Surakarta, diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1930.
Cerita ini dikenal dengan Lampahan Arjuna Sasrabahu, banyak dipertunjukkan dalam seni panggung wayang, baik wayang kulit maupun wayang orang. Naskah ini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dibahas dan diterbitkan sebagai bahan thesis pada Universitas Nasional di Canberra, Australia oleh Dr. Supomo pada tahun 1971.
Kakawin Arjunawijaya adalah karangan dari mpu Tantular. Cerita ini mengisahkan tentang raja Dasamukha, cucu dari Pulastya, dan anak dari Wisrawa, yang menghancurkan dunia dan ditakuti oleh para dewa. Raksasa sumali, yang saudaranya ditewaskan oleh Wisnu dan yang kerajaannya diberikan kepada Waisrawana atau Dhaneswara putera Wisrawa, ingin mempunyai seorang cucu yang sama kuatnya dengan Wisrawa. Kemudian puteri Sumali menyerahkan diri kepada Wisrawa dan dinikahi sehingga melahirkan Dasamukha, Kumbhakarna, Surpanakha, dan Wibisana.
Ketiga anak Wisrawa dengan puteri Sumali melakukan tapabrata yang keras. Dasamukha dengan memenggal kepala-kepalanya satu per satu dan melemparkannya ke dalam api korban sehingga mendapat anugrah dari Brahma, yakni bahwa dia tidak akan tewas oleh dewa maupun raksasa. Kumbhakarna yang berniat untuk menghancurkan dunia, sedangkan Brahma bersedia mengabulkan salah satu permohonannya. Kemudian Saraswati masuk lidahnya, sehingga permohonannyaagar dia bisa tidur selama 1000 tahun.
Dasamukha yang merasa hebat kemudian mengusir kakak tirinya, Dhaneswara dan membuat tiga kraton untuk saudara-saudaranya. Dhaneswara kemudian mengutus orang untuk memberikan sepucuk surat yang berisikan bahwa sebaiknya Dhaneswara, Dasamukha, dan makhluk lain hidup dalam perdamaian. Namun, Dasamukha justru memenggal kepala utusan itu hingga lenyap. Sebelum sepenuhnya menghilang, utusan itu mengutuk Dasamukha bahwa kelak kratonnya akan dibakar oleh seorang utusan juga (Hanoman).
Dasamukha justru maju memimpin pasukannya ke gunung Kailasa untuk menghancurkan kerajaan Dhaneswara. Semua pasukan Dhaneswara tidak dapat menandingi kekuatan Dasamukha, dan akhirnya terjadilah perang tanding antara Dasamukha dan Dhaneswara. Dhaneswara dihajar habis-habisan oleh Dasamukha, tetapi ketika mau dibunuh, patih Dasamukha menghentikannya demi kehormatan raja raksasa itu.
Dasamukha meneruskan perjalannya ke puncak gunung Kailasa, tempatnya Dewa Siwa dan Dewi Uma. Di tengah perjalanan, Dasamukha diperingatkan oleh Nandiswara, penjaga tempat Siwa. Namun, Nandiswara justru diperolok oleh Dasamukha karena wajahnya berbentuk kera. Kemudian Nandiswara mengutuk bahwa kelak kraton dan sanak saudaranya akan dibunuh oleh para kera. Hal itu membuat marah Dasamukha, dan dia mengangkat kaki gunung dan menggoncangkannya.
Siwa yang merasa terganggu kemudian menekan puncaknya sehingga tangan Dasamukha terjepit dan tidak dapat digerakkan. Dasamukha menjerit karena kesakitan, dan jeritannya menggema keseluruh dunia. Hal itu yang membuat Siwa memberi nama Rawana (Jeritan) dan kemudian membebaskannya karena kasihan. Kemudian Dasamukha meneruskan perjalanan dan bertemu dengan petapa wanita, yang namanya Wedawati. Dia bertapa menunggu kehadiran Wisnu, tetapi Dasamukha merasa lebih kuat dari Wisnu dan akan menikahi Wedawati. Kemudian Wedawati masuk ke dalam api setelah mengutuk Dasamukha yang suatu saat akan mati karena dia. Wedawati kelak akan menjelma sebagai Sinta.
Langsung diceritakan tentang Arjuna Sasrabahu yang berhadapan langsung dengan Rahwana. Sebelumnya, Dasamukha merasa marah ketika dia sedang beribadah di suatu pulau tiba-tiba air di pulau itu naik dan memaksa Dasamukha naik ke bukit agar tidak tenggelam oleh air itu. Setelah mengetahui bahwa penyebabnya Arjuna, kemudian Dasamukha marah besar dan ingin berperang melawan Arjuna.
Peperangan antara Arjuna dan Rahwana pun terjadi sengit. Arjuna memanah kepala-kepala Arjuna tetapi kemudian kepala-kepala yang jatuh ke tanah itu dipasang kembali. Rahwana menghancurkan kereta milik Arjuna dan melayang ke angkasa bersembunyi di balik awan. Lalu Arjuna kembali memanah awan-awan tempat Rahwana sembunyi. Sekali lagi Rahwana tewas, tetapi hidup lagi dan menyebarkan kemusnahan di antara para Hejaya. Pada akhirnya, Arjuna berhasil menyerang Rahwana sedemikian rupa sehingga dia pingsang lalu dapat dirantai dan dibawa pergi.
Ketika Arjuna Sasrabahu merayakan kemenangannya atas Rahwana tiba-tiba Resi Pulastya datang menghampiri. Dia memohon kepada Arjuna agar membebaskan cucunya itu. Karena dia seorang yang suci, Arjuna pun mengabulkan permohonannya dan membebaskan Rahwana agar bisa akembali ke Alengka. Kemudian resi Pulastya pun memuji Arjuna karena kemurahan hatinya dan sebagai gantinya, resi Pulastya menggunakan kesaktiannya untuk menghidupkan kembali orang-orang yang mati dalam medan perang.
Kakawin Arjuna Wijaya menguraikan peperangan antara Prabhu Arjuna Sahasrabhahu dan pendeta Parasu Rama, berdasarkan Uttara Kanda, bagian terakhir Ramayana (Sansekerta). Cerita ini sangat populer terbukti dari adanya pelbagai naskah dalam bahasa Bali dan Jawa Kuna.
Versinya dalam bahasa Jawa Baru dalam bentuk tembang diusahakan oleh Raden Ngabehi Sindusastra dari Surakarta, diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1930.
kakawin-arjuna-wijaya-maarti-250ppi.pdf
Download DISINI Via 4Shared
Ketiga anak Wisrawa dengan puteri Sumali melakukan tapabrata yang keras. Dasamukha dengan memenggal kepala-kepalanya satu per satu dan melemparkannya ke dalam api korban sehingga mendapat anugrah dari Brahma, yakni bahwa dia tidak akan tewas oleh dewa maupun raksasa. Kumbhakarna yang berniat untuk menghancurkan dunia, sedangkan Brahma bersedia mengabulkan salah satu permohonannya. Kemudian Saraswati masuk lidahnya, sehingga permohonannyaagar dia bisa tidur selama 1000 tahun.
Dasamukha yang merasa hebat kemudian mengusir kakak tirinya, Dhaneswara dan membuat tiga kraton untuk saudara-saudaranya. Dhaneswara kemudian mengutus orang untuk memberikan sepucuk surat yang berisikan bahwa sebaiknya Dhaneswara, Dasamukha, dan makhluk lain hidup dalam perdamaian. Namun, Dasamukha justru memenggal kepala utusan itu hingga lenyap. Sebelum sepenuhnya menghilang, utusan itu mengutuk Dasamukha bahwa kelak kratonnya akan dibakar oleh seorang utusan juga (Hanoman).
Dasamukha justru maju memimpin pasukannya ke gunung Kailasa untuk menghancurkan kerajaan Dhaneswara. Semua pasukan Dhaneswara tidak dapat menandingi kekuatan Dasamukha, dan akhirnya terjadilah perang tanding antara Dasamukha dan Dhaneswara. Dhaneswara dihajar habis-habisan oleh Dasamukha, tetapi ketika mau dibunuh, patih Dasamukha menghentikannya demi kehormatan raja raksasa itu.
Dasamukha meneruskan perjalannya ke puncak gunung Kailasa, tempatnya Dewa Siwa dan Dewi Uma. Di tengah perjalanan, Dasamukha diperingatkan oleh Nandiswara, penjaga tempat Siwa. Namun, Nandiswara justru diperolok oleh Dasamukha karena wajahnya berbentuk kera. Kemudian Nandiswara mengutuk bahwa kelak kraton dan sanak saudaranya akan dibunuh oleh para kera. Hal itu membuat marah Dasamukha, dan dia mengangkat kaki gunung dan menggoncangkannya.
Siwa yang merasa terganggu kemudian menekan puncaknya sehingga tangan Dasamukha terjepit dan tidak dapat digerakkan. Dasamukha menjerit karena kesakitan, dan jeritannya menggema keseluruh dunia. Hal itu yang membuat Siwa memberi nama Rawana (Jeritan) dan kemudian membebaskannya karena kasihan. Kemudian Dasamukha meneruskan perjalanan dan bertemu dengan petapa wanita, yang namanya Wedawati. Dia bertapa menunggu kehadiran Wisnu, tetapi Dasamukha merasa lebih kuat dari Wisnu dan akan menikahi Wedawati. Kemudian Wedawati masuk ke dalam api setelah mengutuk Dasamukha yang suatu saat akan mati karena dia. Wedawati kelak akan menjelma sebagai Sinta.
Langsung diceritakan tentang Arjuna Sasrabahu yang berhadapan langsung dengan Rahwana. Sebelumnya, Dasamukha merasa marah ketika dia sedang beribadah di suatu pulau tiba-tiba air di pulau itu naik dan memaksa Dasamukha naik ke bukit agar tidak tenggelam oleh air itu. Setelah mengetahui bahwa penyebabnya Arjuna, kemudian Dasamukha marah besar dan ingin berperang melawan Arjuna.
Peperangan antara Arjuna dan Rahwana pun terjadi sengit. Arjuna memanah kepala-kepala Arjuna tetapi kemudian kepala-kepala yang jatuh ke tanah itu dipasang kembali. Rahwana menghancurkan kereta milik Arjuna dan melayang ke angkasa bersembunyi di balik awan. Lalu Arjuna kembali memanah awan-awan tempat Rahwana sembunyi. Sekali lagi Rahwana tewas, tetapi hidup lagi dan menyebarkan kemusnahan di antara para Hejaya. Pada akhirnya, Arjuna berhasil menyerang Rahwana sedemikian rupa sehingga dia pingsang lalu dapat dirantai dan dibawa pergi.
Ketika Arjuna Sasrabahu merayakan kemenangannya atas Rahwana tiba-tiba Resi Pulastya datang menghampiri. Dia memohon kepada Arjuna agar membebaskan cucunya itu. Karena dia seorang yang suci, Arjuna pun mengabulkan permohonannya dan membebaskan Rahwana agar bisa akembali ke Alengka. Kemudian resi Pulastya pun memuji Arjuna karena kemurahan hatinya dan sebagai gantinya, resi Pulastya menggunakan kesaktiannya untuk menghidupkan kembali orang-orang yang mati dalam medan perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU