KIDUNGAN TOLAK BALAK
Kidung Mantera Jatimulya
(Kidungan TOLAK BALAK Sinkronisasi Alam Semesta)
KIDUNG MANTERA JATIMULYA
Kidung ini dianggap sakral dan merupakan “lagu wajib” yang harus dilagukan di awal ritual. Tahap ini seperti halnya adegan jejeran dalam wayang kulit yakni dalam bentuk metrum macapat Dhandhanggula. Pembawaan lagu selalu khidmat dan tidak ada yang bergurau. Pada saat dilagukan Kidung Jatimulya, keadaan ritual menjadi tidhem (diam), mendengarkan, merasakan, dan menghayati kedalaman makna Kidung menurut persepsi masing-masing. Dengan cara itu, terbukalah nalar yang wening (pikiran jernih) dan siap untuk bersentuhan dengan wahana gaib.
Kidung Jatimulya adalah “lagu wajib” spiritual yang digunakan sebagai pembuka berbagai macam ritual. Melalui Kidung yang sakral tersebut, pelaku spiritual berkeyakinan bahwa Tuhan akan semakin sayang kepada hambanya. Kidung Jatimulya digunakan sebagai pembuka cakrawala batin bagi orang yang akan melakukan suatu ritual dan “laku” batin.
Kidung Jatimulya secara umum hampir sama fungsinya dengan Wedatama Pangkur Podo 13, sebagai upaya membuka wahana gaib. Atau dapat dianalogikan dengan mengaktifkan saklar yang menghubungkan dimensi wadag dengan dimensi gaib, dalam hal ini ngalam kajaten para leluhur. Sebelum melakukan suatu ritual atau upacara sakral, terlebih dahulu dilakukan ‘ketuk pintu’ dengan cara melantunkan Kidung Jatimulya.
Walaupun kidung diucapkan dengan kalimat atau teks yang sama persis, akan tetapi daya kekuatan yang dihasilkan akan berbeda~beda tergantung dari segentur apa laku orang yang melantunkannya :
Pupuh Dandhanggula
Kidung Wingit Jatimulyo Dandanggula turu lare Karya Mangkunagoro IV
Podo siji
Ana kidung sun angidung wengi | Bebaratan duk amrem winaca | Sang Hyang Guru pangadege | Lumaku Sang Hyang Bayu | Alambeyan asmara ening | Ngadeg pangawak teja | Kang angidung iku | Yen kinarya angawula | Myang lelungan| Gusti gething dadi asih | Setan sato sumimpang.
Podo loro
Sakathahing upas tawa sami | Lara raga waluya nirmala | Tulak tanggul kang panggawe | Duduk padha kawangsul | Ketawuran sagunging sikir | Ngadam makdum sadaya | Datanpa pangrungu | Pangucap lawan pangrasa | Myang paningal kang sedya tumeka napai | Pangreksaning pra ngaluhur.
Unduh : Kidung Mantera Jatimulya DOWNLOADS Click Here
Artinya Podo siji :
Melantunlah sebuah kidung mantera di malam hari | Angin berhembus saat kidung berlantun | Yang menembangkan menjadi berwibawa bagaikan Sang Hyang Guru | Jika berjalan bagaikan Sang Hyang Bayu | Lambaian tangan penuh cinta kasih tanpa pamrih | Berdiri badannya dilimputi cahaya | Yang melantunkan kidung | Jika bekerja, penuh pengabdian Kepada Tuhan | Segala yang membenci menjadi kasih sayang | Setan dan binatang buas pun menghindar.
Artinya Podo loro :
Segala macam racun menjadi tawar | Sakit raga menjadi kuat dan sembuh | Segala macam kejahatan dapat ditangkal | Dan berbalik kepada yang berbuat | Terkena akibat perbuatannya sendiri | Semua mata yang sengaja mengawasi | tidak bisa mendengar | Tidak bisa bicara dan merasakan | Karena telah dijaga oleh para leluhur
///Source : ///
Dan satu lagi tembang cuplikan Serat Wedatama pupuh Pangkur podo kaping 12 :
Sapantuk wahyuning Alah,
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit,
Bangkit mikat reh mangukut,
Kukutaning jiwangga,
Yen mengkono kena sinebut wong sepuh,
Lire sepuh sepi hawa,
Awas roroning atunggil
Siapapun yang menerima wahyu Tuhan,
Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan,
Kesempurnaan jiwa raga,
Bila demikian pantas disebut “orang tua”.
Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu
Manunggal kalawan Gustinira (menyatunya roh jagad alit dengan Roh Jagad Agung)
tembang pangkur wanaran pl 6 serat wedatama
DOWNLOADS Click Here
KIDUNG MANTERA JATIMULYA
Kidung ini dianggap sakral dan merupakan “lagu wajib” yang harus dilagukan di awal ritual. Tahap ini seperti halnya adegan jejeran dalam wayang kulit yakni dalam bentuk metrum macapat Dhandhanggula. Pembawaan lagu selalu khidmat dan tidak ada yang bergurau. Pada saat dilagukan Kidung Jatimulya, keadaan ritual menjadi tidhem (diam), mendengarkan, merasakan, dan menghayati kedalaman makna Kidung menurut persepsi masing-masing. Dengan cara itu, terbukalah nalar yang wening (pikiran jernih) dan siap untuk bersentuhan dengan wahana gaib.
Kidung Jatimulya adalah “lagu wajib” spiritual yang digunakan sebagai pembuka berbagai macam ritual. Melalui Kidung yang sakral tersebut, pelaku spiritual berkeyakinan bahwa Tuhan akan semakin sayang kepada hambanya. Kidung Jatimulya digunakan sebagai pembuka cakrawala batin bagi orang yang akan melakukan suatu ritual dan “laku” batin.
Kidung Jatimulya secara umum hampir sama fungsinya dengan Wedatama Pangkur Podo 13, sebagai upaya membuka wahana gaib. Atau dapat dianalogikan dengan mengaktifkan saklar yang menghubungkan dimensi wadag dengan dimensi gaib, dalam hal ini ngalam kajaten para leluhur. Sebelum melakukan suatu ritual atau upacara sakral, terlebih dahulu dilakukan ‘ketuk pintu’ dengan cara melantunkan Kidung Jatimulya.
Walaupun kidung diucapkan dengan kalimat atau teks yang sama persis, akan tetapi daya kekuatan yang dihasilkan akan berbeda~beda tergantung dari segentur apa laku orang yang melantunkannya :
Pupuh Dandhanggula
Kidung Wingit Jatimulyo Dandanggula turu lare Karya Mangkunagoro IV
Podo siji
Ana kidung sun angidung wengi | Bebaratan duk amrem winaca | Sang Hyang Guru pangadege | Lumaku Sang Hyang Bayu | Alambeyan asmara ening | Ngadeg pangawak teja | Kang angidung iku | Yen kinarya angawula | Myang lelungan| Gusti gething dadi asih | Setan sato sumimpang.
Podo loro
Sakathahing upas tawa sami | Lara raga waluya nirmala | Tulak tanggul kang panggawe | Duduk padha kawangsul | Ketawuran sagunging sikir | Ngadam makdum sadaya | Datanpa pangrungu | Pangucap lawan pangrasa | Myang paningal kang sedya tumeka napai | Pangreksaning pra ngaluhur.
Unduh : Kidung Mantera Jatimulya DOWNLOADS Click Here
Artinya Podo siji :
Melantunlah sebuah kidung mantera di malam hari | Angin berhembus saat kidung berlantun | Yang menembangkan menjadi berwibawa bagaikan Sang Hyang Guru | Jika berjalan bagaikan Sang Hyang Bayu | Lambaian tangan penuh cinta kasih tanpa pamrih | Berdiri badannya dilimputi cahaya | Yang melantunkan kidung | Jika bekerja, penuh pengabdian Kepada Tuhan | Segala yang membenci menjadi kasih sayang | Setan dan binatang buas pun menghindar.
Artinya Podo loro :
Segala macam racun menjadi tawar | Sakit raga menjadi kuat dan sembuh | Segala macam kejahatan dapat ditangkal | Dan berbalik kepada yang berbuat | Terkena akibat perbuatannya sendiri | Semua mata yang sengaja mengawasi | tidak bisa mendengar | Tidak bisa bicara dan merasakan | Karena telah dijaga oleh para leluhur
///Source : ///
Sapantuk wahyuning Alah,
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit,
Bangkit mikat reh mangukut,
Kukutaning jiwangga,
Yen mengkono kena sinebut wong sepuh,
Lire sepuh sepi hawa,
Awas roroning atunggil
Siapapun yang menerima wahyu Tuhan,
Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan,
Kesempurnaan jiwa raga,
Bila demikian pantas disebut “orang tua”.
Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu
Manunggal kalawan Gustinira (menyatunya roh jagad alit dengan Roh Jagad Agung)
tembang pangkur wanaran pl 6 serat wedatama
DOWNLOADS Click Here
Lestarikan budaya NUSANTARA
BalasHapusMantap
BalasHapus