Laman

Jumat, 07 Februari 2014

Tapak Jejak dan PERIODESASI "WALI SONGO" Sebelum Tahun 1830 – 1900 (Total = 62 Walisongo)

Walisongo

Tapak Jejak dan PERIODESASI "WALI SONGO"

Tapak Jejak dan (Periodesasi WALISONGO)
Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan, lebih lanjut menyatakan “Majelis Dakwah Yang Secara Umum Dinamakan Walisongo, Sebenarnya Terdiri Dari Beberapa Angkatan”. Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:

Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu : 
  1. Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, 
  2. Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan 
  3. Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. 

Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Arti Walisongo
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee van Demak TMnr 10016515.jpgBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee van Demak TMnr 60054754.jpg
Masjid Agung Demak, akhir abad ke-19 dan Masjid Agung Demak, 1920-1939
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.
Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Pengertian Walisongo yang sebenarnya adalah Dewan Dakwah atau Dewan Mubaligh yang bernama Walisongo, di dalamnya tergabung 9 para ulama kharismatik yang berdakwah di seluruh pelosok pulau Jawa.

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. 
Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

kedua yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. 
Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.

Untuk lebih mengenal Dewan Dakwah Walisongo yang terdapat dalam salah satu buku Kisah Walisongo. yang ditulis oleh: . keterangan Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, MA yang diambil dari Kitab Kanzul ‘Ulum karya Ibnul Bathuthah (yang kini tersimpan di Perpustakaan Istana Kasultanan Ottoman, Istambul, Turki) 

Dalam kisah dan pengalaman Walisongo yang ditulis oleh para sejarahwan itu melukiskan berbagai karomah yang diberikan Allah swt kepada mereka. Bagi sebagian orang -jangankan karomah- mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi-nabiNYA terkadang dianggap sebagai cerita bohong belaka, walaupun telah jelas tertulis dalam kitab suciNYA. Oleh karena itu, membaca kisah Walisongo dengan berbagai karomahnya tentu bukan hal yang paling utama untuk diambil sebagai pelajaran. Mengenali dan menteladani semangat, upaya, keikhlasan, serta ketaatannya kepada Sang Khalik dalam menyebarkan ajaranNYA itulah yang lebih penting untuk kita ketahui dan teladani.

Seperti yang tertulis dalam buku Kisah Walisongo tersebut, umumnya kita mengenal Walisongo hanyalah sembilan orang yaitu : Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan GunungJati

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Seperti tersebut dalam Kitab Kanzul Ulul Ibnul Bathuthah yang penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga kali, yaitu:
  1. Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
  2. Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti yang wafat. 
  3. Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH Dachlan Abd. Qohar, pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal. Diantaranya adalah perkara Syekh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Walisongo.

Kami akan menjabarkan keesaran dan kemuliaan beliau Sebelum Tahun 1830 – 1900 
Karena (Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ dari didikan atau keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh).

1. Walisongo Periode Awal
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat. Dari mereka Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.

Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah. Isinya meminta para ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta memiliki karomah.
Pada tahun 808 Hijrah atau 1404 Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
  1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki ahli mengatur negara. Berdakwah di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Makamnya terletak satu kilometer dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.
  2. Maulana Ishak berasal dari Samarqand (dekat Bukhara-Rusia Selatan). Beliau ahli pengobatan. Setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Pasai dan wafat di sana.
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
  4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib (Maroko), beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
  5. Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
  7. Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
  8. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
  9. Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah yang telah netral dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana. Salah seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara Pemandian Blitar, Jawa Timur. Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa sajadah yang terbuat dari batu kuno.
Periodesasi ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri dari:

1. SYEKH MAULANA MALIK IBROHIM (SUNAN GRESIK)
Alias : Sunan Gresik 
Lahir : Samarqond, Asia Tengah 
Orangtua : Syekh Barokat Zainal Alam as-Samarqond bin Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Wafat : 1419 M
Makam : Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur
2. SAYYID ’ALI AHMAD RAHMATULLOH (Sunan Ampel)
Alias : Raden Rahmat dan Sunan Ampel
Lahir : Champa, Vietnam Selatan
Orangtua : Syekh Maulana Ibrohim Zainuddin Al-Akbar as-Samarqond bin Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Wafat : 1406 M
Makam : Masjid Ampel (area Kembang Jepun), Surabaya, Jawa Timur
3. SYEKH MAULANA ISHAQ (Sunan Wali Lanang)
Alias : Sunan Wali Lanang
Lahir : Samarqond, Asia Tengah 
Orangtua : Syekh Barokat Zainal Alam as-Samarqond bin Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Adik dari : Syekh Maulana Malik Ibrohim
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Wafat : 1423 M
Makam : Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur
4. SYEKH MAULANA MUHAMMAD AL-BAQIR (Syekh Subakir)
Alias : Syekh Subakir
Lahir : Nasarabad, India
Orangtua : Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Hijrah ke Persia, Iran tahun 1432 M
5. SYEKH MAULANA ’ALIYUDDIN 
Datang dari : Palestina
Wafat : 1432 M
Makam : Masjid Agung Banten Lama, Kasemen, , Banten 
6. SYEKH MUHAMMAD AL-MAGHRUBI (Sunan Maghribi )
Alias : Sunan Maghribi 
Lahir : Marakash, Maroko 
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Wafat : 1435 M
Makam : Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur
7. SYEKH MAULANA MUHAMMAD ’ALI AL-AKBAR 
Lahir : Nasarabad, India
Orangtua : Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Daerah da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Hijrah ke : Persia, Iran tahun 1435 M
8. SYEKH MAULANA MALIK ISRO’IL 
Lahir : Turki
Kembali ke : Turki tahun 1435 M
9. SYEKH MAULANA AHMAD JUMADIL AL-QUBRO (Sunan Qubrowi )
Alias : Sunan Qubrowi 
Lahir : Nasarabad, India
Orangtua : Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
da’wah: Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Wafat : 1436 M
Makam : Troloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur

Periodesasi ke-2 (1435 – 1463 M), terdiri dari:
1. Sunan Ampel yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim,
2. Maulana Ishaq (wafat 1463),
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il,
6. Sunan Gunung Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar,
7. Maulana Hasanuddin (wafat 1462),
8. Maulana ‘Aliyuddin (wafat 1462), dan
9. Syekh Subakir (wafat 1463).

Periodesasi ke-3 (1463 – 1466 M), terdiri dari:
1. Sunan Ampel,
2. Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq,
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465),
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465),
5. Sunan Kudus,
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin,
8. Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan
9. Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.

Periodesasi ke-4 (1466 – 1513 M, terdiri dari:
  1. Sunan Ampel (wafat 1481),
  2. Sunan Giri (wafat 1505),
  3. Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra,
  4. Fathullah Khan (Sunan Gunung jati II) yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang,
  8. Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Kalijaga (wafat 1513).
Periodesasi ke-5 (1513 – 1533 M), terdiri dari :
1. Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517),
2. Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan Giri,
3. Raden Fattah (wafat 1518),
4. Fathullah Khan (Sunan Gunung jati II)
5. Sunan Kudus (wafat 1550),
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang (wafat 1525),
8. Sunan Derajat (wafat 1533), dan
9. Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.

Periodesasi ke-6 (1533 – 1546 M), terdiri dari:
  1. Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar,
  2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II,
  3. Sultan Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah,
  4. Fathullah Khan (Sunan Gunung jati II) (wafat 1573),
  5. Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati (wafat 1569),
  7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang,
  8. Sunan Pakuan yang tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Muria (wafat 1551).
Periodesasi ke-7 (1546- 1591 M), terdiri dari:
  1. Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599),
  2. Sunan Prapen yang tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak,
  3. Sunan Prawoto yang tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana,
  4. Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan,
  5. Sayyid Amir Hasan, yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus
  6. Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan,
  8. Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.
Periodesasi ke-8 (1592- 1650 M), terdiri dari:
  1. Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599),
  2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen,
  3. Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto,
  4. Maulana Yusuf,
  5. Sayyid Amir Hasan,
  6. Maulana Hasanuddin,
  7. Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung,
  8. Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).
Periodesasi ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
  1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang)
  2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi (tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi)
  3. Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura), Sumenep Madura (Menggantikan mertuanya, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir)
  4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, (tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon )
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. (1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus)
  6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir ( tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin)
  7. Sultan Abulmu’ali Ahmad (Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani)
  8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
  9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos)
Periodesasi ke-10, 1751 – 1897 terdiri dari:
  1. Pangeran Diponegoro ( menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan)
  2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, (menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi)
  3. Kyai Mojo, (Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura)
  4. Kyai Kasan Besari, (Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani)
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
  6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, (menggantikan kakeknya, yaitu Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir)
  7. Pangeran Sadeli, (Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu’ali Ahmad)
  8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura (Menggantikan Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri)
  9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, (Menggantikan kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan)
Tahun 1830 – 1900 (Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ dari didikan atau keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh).

Semoga tulisan ini turut memberi pencerahan terkait dakwah yang di laksanakan majelis Wali Songo, Karena siapapun Mereka, pada hakekatnya telah menyebarkan ajaran Islam dan dari generasi ke generasi selalu memback-up dengan orang-orang yang Amanah.

Jika diantara mereka ada silsilah garis keturunan dengan Anda, maka beruntunglah Anda,.. artinya Anda punya Alasan untuk meneruskan Dakwah mereka kepada Masyarakat, sesuai dengan kondisi Masyarakat Anda berada.. karena para wali songo dalam menjalankan da’wah selalu berbaur dengan hati masyarakat, untuk kemudian membimbing secara pelan-pelan.. dan tanpa terasa ribuan bahkan jutaan umat muslim telah berdiri dengan kokoh sendi sendi Iman, Islam dan Ihsannya.
Ya ALLAH…
✔ Muliakanlah orang yang membaca tausiah ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar.
✔ Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan tausiah ini.

Aamiin ya Rabbal’alamin

Untuk Siapa dan bagaiamana beliau akan kami jabarkan satu persatu di blog ini

2 komentar:

  1. Assalaamu 'alaikum w. w.
    Saudaraku, nama saya E. Marwanto, S.H.I., M.H. dan alhamdulilLaaH saya masih keturunan Sunan Muria dari jalur Bapak di Purwokerto dan Purbalingga, Jateng.

    Saya terus berda'wah dimana saja.

    BalasHapus
  2. AlhamdulilLaaH jalur or silsilah keturunan keluarga saya masih tergolong baik, yakni keturunan Sunan Muria. Saya tidak menyangka bahwa saya masih keturunan beliau. Mohon doanya agar kami dapat meneruskan jejak Sunan Muria yang mengikuti Sunnah RosululLooH S'AW. Aamiin.

    BalasHapus

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU