Laman

Jumat, 07 Februari 2014

MASJID SUNAN AMPEL "WALISONGO" SURABAYA dan Keistimewaannya

Walisongo 

MASJID SUNAN AMPEL "WALISONGO" SURABAYA

Tapak Jejak "WALISONGO"  (Walisongo Periode kedua)
Jl. Ampel Suci 45 / Jl. Ampel Masjid 53 Surabaya GPS -7.23073, 112.74275
Masjid Ampel adalah sebuah masjid kuno yang terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid seluas 120 x 180 meter persegi ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel, yang didekatnya terdapat kompleks pemakakaman Sunan Ampel.
Masjid yang saat ini menjadi salah satu objek wisata religi di kota Surabaya ini, dikelilingi oleh bangunan berarsitektur Tiongkok dan Arab disekitarnya. 
Disamping kiri halaman masjid, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininnya untuk penguat janji atau sumpah.

SUNAN AMPEL (RADEN RAHMAT) (Walisongo Periode kedua)
Masjid Sunan Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonesia, didirikan oleh Raden Achmad Rachmatullah (Sunan Ampel) pada tahun 1421  di wilayah kerajaan Majapahit. Masjid ini dibangun dengan arsitektur Jawa kuno, dengan nuansa Arab yang kental. 

Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 dan dimakamkan di halaman masjid sebelah barat, yang  terdapat Gapuro Paneksan  sebagai petunjuk arah, gapura-gapura yang dibangun di halaman masjid merupakan simbol dari "Rukun Islam" dengan arsitektur Jawa kuno ukuranya berbeda-beda satu dengan yang lainnya, 3 gapura yang bagian dalam dilapis kayu jati adalah nomor  1,2 dan 4, semua gapura yang ada terpelihara dengan baik. 

Masjid ini dibangun dengan arsitektur Jawa kuno, dengan nuansa Arab yang kental. Raden Achmad Rachmatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel wafat pada tahun 1481. Makamnya terletak di sebelah barat masjid. Hingga tahun 1905, Masjid Ampel adalah masjid terbesar kedua di Surabaya. dulunya masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan wali Allah untuk membahas penyebaran Islam di tanah Jawa.
Insert : Masjid Ampel yang dekat dengan Jembatan Merah hanya berjarak 879 meter melalui jalan Panggung, Urutan Gapura-gapura adalah :
1. Gapuro Paneksan (Syahadat)  - depan makam Sunan Ampel.
2. Gapuro Madep (Sholat) - dekat makam mbah Sonhaji
3. Gapuro Ngamal (Zakat) - dekat Juru Kunci.
4. Gapuro Poso (Puasa) - dekat dengan pedagang kurma, parfum,dll (selatan masjid Ampel)
5. Gapuro Munggah (Haji) - di jalan Sasak.

Lima Gapura Masjid Sunan Ampel
1. Gapuro Paneksan (Syahadat)  - depan makam Sunan Ampel.
Gapura yang ke lima adalah Gapuro Paneksen, merupakan simbol dari Rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat. Paneksen berarti ‘kesaksian‘, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Gapuro Paneksen merupakan pintu gerbang masuk ke makam.
Gapuro Paneksen
2. Gapuro Madep (Sholat) - dekat makam mbah Sonhaji
Gapuro Madep yang letaknya persis di sebelah barat bangunan induk masjid. Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang kedua, yaitu sholat dengan mengadap (madep) ke arah kiblat.
Gapuro Madep (Sholat)
3. Gapuro Ngamal (Zakat) - dekat Juru Kunci.
Gapuro berikutnya adalah Gapuro Ngamal (Beramal). Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat. Disini orang dapat bersodaqoh, dimana hasil sodaqoh yang diperoleh dipergunakan untuk perawatan dan biaya kebersihan masjid dan makam. 
Gapuro Ngamal (Beramal)
4. Gapuro Poso (Puasa) - dekat dengan pedagang kurma, parfum,dll (selatan masjid Ampel)
Setelah melewati Gapuro Munggah, pengunjung akan melewati Gapuro Poso (Puasa) yang terletak di sebelah selatan masjid. Gapuro Poso memberikan suasana pada bulan Ramadhan. Setelah melewati Gapuro Poso, kita akan masuk ke halaman masjid. Dari halaman ini tampak bangunan masjid yang megah dengan menara yang menjulang tinggi. Menara ini masih asli, sebagaimana dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke 14.
Gapuro Poso (Puasa)
5. Gapuro Munggah (Haji) - di jalan Sasak.
Di sekeliling masjid terdapat lima gapuro (pintu gerbang) yang merupakan simbol dari Rukun Islam. Dari arah selatan, tepatnya di Jalan Sasak terdapat pintu gerbang pertama yang bernama Gapuro Munggah. Gapura Munggah adalah simbol dari Rukun Islam yang kelima, yaitu Haji. Suasana Pasar Seng di sekitar Masjidil Haram dapat dijumpai di sekitar gapura ini, dengan adanya para pedagang yang menjual barang-barang seperti di Pasar Seng.


Gapura Munggah
Keistimewaan Masjid Sunan Ampel
Masjid dan makam Sunan Ampel merupakan bangunan tua bersejarah yang masih terpelihara dengan baik. Struktur bangunan dengan tiang-tiang penyangga berukuran besar dan tinggi yang terbuat dari kayu, juga arsitektur langit-langit yang kokoh memperlihatkan kekuatan bangunan ini melintasi zaman. Masjid ini menjadi tujuan wisata dan ziarah yang tak pernah sepi dari pengunjung.


Setiap Ramadan, Masjid Sunan Ampel di Subaraya, Jawa Timur, selalu dipadati pengunjung. selain melaksanakan salat, pengunjung juga ingin berziarah ke makam Sunan Ampel.
Peninggalan bersejarah Masjid Ampel yang sekarang masih tampak terawat adalah, terdapat pada 16 tiang utama masjid yang terbuat dari kayu jati. Ke-16 tiang tersebut, masing-masing panjangnya 17 meter dengan diameter 60 centimeter dan 48 pintu yang tetap dipelihara dan dirawat. Tiang tersebut juga memiliki makna tujuh belas jumlah raka'at shalat dalam sehari yang merupakan tiang agama Islam.


Masjid Sunan Ampel sudah tiga kali mengalami perluasan yakni tahun 1926, 1954, dan 1972. Kini, luas salah satu masjid tua di Indonesia itu mencapai 1.320 meter persegi dengan panjang 120 meter dan lebar 11 meter.

Tradisi, Mitos dan Aturan berkunjung
Peraturan di daerah makam di tulis dengan 5 Bahasa, 
yaitu Indonesia, Arab, Belanda, Jawa, dan Melayu
Papan peringatan yang terpampang menjadi panduan bagi pengunjung supaya berlaku sopan, tidak shalat di area pemakaman, dan berdoa hanya kepada Allah. Di area pemakaman juga sangat dianjurkan untuk melepas sepatu atau sandal, serta dilarangnya pengunjung berada di area pemakaman pada setiap waktu shalat berjamaah.


Air Berkah
Di tempat ini juga terdapat sumur bersejarah yang kini sudah ditutup dengan besi. Banyak yang meyakini air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah. Banyak masyarakat yang minum dan mengambil untuk kemudian dibawa pulang. Memasuki area pemakaman, terdapat gentong-gentong berisi air yang berasal dari sumur untuk diminum oleh para pengunjung.

Pemisahan rute ziarah untuk pria dan wanita
Rute untuk pengunjung pria dan wanita dipisahkan untuk menghindari ikhtilat, namun begitu ada yang tidak mengindahkan rute dengan alasan rombongan. Ada 3 situs di area pemakaman yang ramai dikunjungi peziarah : Makam Sunan Ampel, adalah situs yang yang paling ramai, kemudian Makam Mbah Bolong di sebelah barat pengimaman bangunan masjid lama dan Makam Mbah Soleh.

Tradisi Maleman
Pengunjung di Bulan Puasa
pengunjung Masjid Ampel dan Makam Sunan Ampel di komplek masjid itu semakin membeludak saat Bulan Suci Ramadhan semakin dekat. "Selama ramadhan, masyarakat yang berkunjung ke Masjid Ampel juga meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang, pengunjung Masjid Ampel akan semakin banyak lagi pada saat "maleman" (malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 bulan ramadhan). Tradisi "maleman" yang dimaksud adalah pengunjung membaca tahlil, tadarus (membaca Al Quran secara bersama-sama di bulan puasa), shalat sunah, dan iktikaf (berdiam diri di dalam masjid dengan membaca zikir) semalam suntuk.

Taraweh 20 Rekaat
Shalat tarawih di Ampel, jumlahnya 20 rakaat dan ditambah tiga rakaat shalat witir. Bedanya, setiap kali shalat tarawih, imam shalat tarawih menghabiskan satu juz Al Quran, sehingga dalam satu bulan ramadhan dapat mengkhatamkan Al Quran sebanyak 30 juz.


Di komplek pemakaman masjid sunan Ampel juga terdapat makam Mbah Sonhaji atau Mbah Bolong dan juga makam Mbah Soleh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas membersihkan Masjid Sunan Ampel. Keberadaan Kedua Makam tersebut tak terlepas dari cerita tutur dari masyarakat setempat. 
Di kompleks tersebut terdapat juga makam seorang pahlawan nasional, KH. Mas Mansyur, kondisinya sangat bersahaja, setara dengan makam-makam keluarganya yang hanya ditandai sebuah batu nisan di atas tanah yang datar. Sepi dari peziarah. 

Di dekat makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) terdapat 182 makam syuhada haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974. Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. 
Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih
Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih
Kisah Mbah Bolong
Alkisah ketika menentukan arah kiblat masjid Mbah Sonhaji melubangi dinding sebelah barat, dan atas karomah dari Allah, semua orang dapat melihat Ka’bah dari lubang tersebut. Sejak itu julukan Mbah Bolong disandangnya
Makam Mbah Bolong di Masjid Sunan Ampel, Surabaya
Sonhaji bekerja dengan tekun dan penuh perhitungan.

Ini kisah unik yang terukir seiring keberadaan Masjid Ampel di Surabaya, Jawa Timur. Namanya Mbah Sonhaji, salah seorang murid Sunan Ampel yang selalu disebut memiliki karomah luar biasa. Bagaimana ceritanya?

Kepiawaian Mbah Sonhaji yang berjuluk Mbah Bolong memang menakjubkan. Gelar yang disandang bukan tanpa alasan atau sebab. Murid Sunan Ampel ini (dijamannya) dikenal memiliki kemampuan yang luar biasa.
Dulu, di awal pembangunan Masjid Agung Sunan Ampel di kawasan Ampel Denta Surabaya, Sonhaji-lah yang ditugasi mengatur letak atau posisi pengimaman, untuk bisa tepat mengarah ke kiblat. Karena mendapat kepercayaan itu, Sonhaji bekerja dengan tekun dan penuh perhitungan. Ia tidak ingin letak pengimaman tidak lurus ke kiblat.

"Meski tidak ada catatan, cerita sejarah menyebutkan begitu. Itu sangat beralasan karena Sonhaji adalah seorang Nahkoda," kata juru kunci sekaligus petugas Bilal Masjid Ampel, H Baidowi Muri  

Baidowi mengatakan, dalam kisah itu banyak pihak meragukan 'keahliannya'. "Apa betul letak pengimaman masjid yang dibuat Sonhaji itu menghadap ke kiblat?"

Menyikapi keraguan banyak pihak itu, Sonhaji tidak menjawab. Ada cerita yang menyebut, Sonhaji kemudian melubangi dinding pengimaman sisi barat masjid, sambil berkata, "Lihatlah lewat lubang ini. Nanti kalian akan tahu apakah pengimaman ini sudah menghadap kiblat atau belum?” terang Sonhaji.

Setelah selesai melubangi dinding tembok, saat itu dikisahkan, orang-orang yang di sekitarnya diajak melihat ke dalam lobang yang di buat Sonhaji. Ternyata, ada kejadian 'ganjil' dari lubang itu mereka bisa melihat Ka’bah yang berada di Mekah.

Sementara, cerita lain yang berkembang, tidak dengan melubangi tembok. "Beliau itu kan seorang Mahtrus (Nahkoda) jadi sangat mungkin kalau memahami ilmu perbintangan dan ilmu falak (Ijtihat), termasuk tidak sulit menentukan arah kiblat," lanjut Baidowi.

Kata Baidowi, Sonhaji melakukannya spontan. Menghitung sendiri untuk menentukan pengimaman yang tepat mengarah kiblat. Mengetahui kerja Sonaji, Sunan Ampel pun memuji. Kerumunan orang lainnya pun tak dapat menyembunyikan rasa takjubnya. 

Sejak itu, mereka tidak lagi meremehkan Sonhaji. Atas kepiawaiannya, Sonhaji kemudian diberi julukan Mbah Bolong.
Untuk mengenang itu, hingga kini peziarah yang datang ke Masjid Sunan Ampel Surabaya selalu menyempatkan berziarah di makamnya. Letaknya, berada di belakang Masjid Ampel tidak jauh dari Makam Sunan Ampel. Tentang keajaiban itu, hanya Tuhan yang tahu.

Kisah Mbah Soleh yang memiliki 9 nyawa
Makam Mbah Soleh terdapat 9 buah. Alkisah Sunan Ampel mengeluhkan kebersihan masjid sepeninggal Mbah Soleh, kemudian atas izin Allah dia berkali-kali hidup dan mati untuk membersihkan masjid. Barulah setelah wafatnya Sunan Ampel, Mbah Soleh tidak hidup lagi.
Mbah Soleh, Murid Sunan Ampel yang Meninggal Sembilan Kali 

Kisah Mbah Soleh, Murid Sunan Ampel
Adalah sebuah keajaiban yang tak ada duanya, ada seorang manusia di kubur hingga sembilan kali. Ini bukan cerita buatan melainkan ada bukti nyatanya.
Makam Mbah Sholeh di Masjid Sunan Ampel, Surabaya
Di sebelah Timur Masjid Agung Sunan Ampel ada sembilan kuburan, itu bukan kuburan sembilan orang, namun kuburan seorang yaitu murid Sunan Ampel yang bernama Mbah Soleh.
Kisahnya, Mbah Sholeh adalah tukang sapu masjid Ampel di masa hidupnya Sunan Ampel. Apabila menyapu lantai masjid sangatlah bersih sekali sehingga orang yang sujud di masjid tanpa sajadah tidak merasa ada debunya.

Ketika Mbah Sholeh wafat, beliau dikubur di depan masjid. Ternyata tidak ada santri yang sanggup mengerjakan pekerjaan Mbah Sholeh yaitu menyapu lantai masjid engan bersih sekali. Maka sejak ditinggal Mbah Sholeh masjid itupun lantainya menjadi kotor. Kemudian kata-kata Sunan Ampel. "Bila Mbah Sholeh masih hidup tentulah masjid ini menjadi bersih."

Mendadak Mbah Sholeh ada di pengimaman masjid sedang menyapuu lantai. Seluruh lantaipun selanjutnya menjadi bersih sekali. Orang-orang pada heran melihat Mbah Sholeh hidup lagi.

Beberapa bulan kemudian Mbah Sholeh wafat lagi dan dikubur di samping kuburannya dahulu. Masjid menjadi kotor lagi, kemudian terucaplah kata-kata Sunann Ampel seperti dulu, Mbah Sholeh pun hidup lagi. Hal ini berlangsung beberapa kali sehingga kuburannya ada delapan.

Pada saat kuburan Mbah Sholeh ada delapan, Sunan Ampel meniggal dunia. Beberapa bulan kemudian Mbah Sholeh meninggal dunia, sehingga kuburan Mbah Sholeh ada sembilan. Kuburan yang terakhir di ujung paling Timur.

Jika kita sempat berziarah ke makam Sunan Ampel, jangan lupa untuk berdoa di depan makam Mbah Sholeh ! 

1 komentar:

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU