Walisongo
Teka-teki Wali Songo dan Syekh Belabelu
Makam Syekh Bela-Belu
Bukit Banteng, Dusun Mancingan, Kalurahan Parangtritis
Kretek, Bantul, Yogyakarta
GPS: -8.0163306, 110.3242373 (cungkup), -8.01610, 110.32279 (gapura) Klik here
Teka-teki Wali Songo dan Syekh Belabelu
Ini adalah bukti bahwa Majapahit telah diatur oleh system Islam, dan ada Islam versi lain (baca: agama Islam) yang dibawakan oleh Para “walisongo” akhir yang diakui secara paksa sebagai penyebar Islam di tanah jawa.
Di daerah pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dekat pesisir yang kini dikenal dengan nama Parangtritis, terdapat dua buah bukit yang letaknya berdekatan. Dua buah bukit itu, yang sebuah dikenal dengan nama Bukit Sentana dan yang sebuah lagi bernama Bukit Pamancingan.
Dahulu kala, menurut cerita, di puncak kedua bukit itu masing-masing terdapat bangunan rumah untuk pondok. Yang tinggal di Pondok Pamancingan ialah Syekh Belabelu, sedang yang tinggal di pondok Bukit Sentana ialah Syekh Maulana Mahgribi.
Kedatangan Syekh Belabelu di Bukit Pamancingan itu jauh lebih dahulu dari kedatangan Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko di Bukit Sentana.Kedatangan Para Waalisongo periode awal bertujuan untuk menyelamatkan rongrongan pemberontakan kaum cina penyusup yang menyamar sebagai para sunan walisongo. Pergerakan walisongo ini dipelopori oleh Sunan Ampel pada th 1474 yg terdiri dari 9 wali yaitu:
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat
Syekh Belabelu mula-mula bernama Raden Jaka Bandem. Dia adalah putera Raja Majapahit, Prabu Brawijaya terakhir. Dengan berdirinya kerajaan Islam ala walisongo periode terakhir di Jawa Tengah di bawah pemerintahan Radeh Patah, maka kekuasaan dan pengaruh kerajaan Majapahit Islam menjadi terdesak. Wilayah kekuasaannya makin lama makin menjadi sempit, dan agama Buddha yang dahulu merupakan agama yang dianut oleh hampir seluruh rakyat, menjadi terdesak pula, oleh datangnya pengaruh ajaran agama Islam. Yang dibawakan oleh walisanga periode akhir.
Kekuasaan kerajaan Majapahit runtuh, kerabat dan keluarga keraton Majapahit, yang masih hidup dan tidak mau memeluk Islam versi walisanga, lalu meninggalkan keraton untuk menyelamatkan diri.Raden Jaka Bandem, salah seorang dari putera Prabu Brawijaya terakhir, beserta para pengikutnya sempat lolos dari keraton. Dengan maksud akan menyelamatkan diri, maka dicarinyalah tempat yang diperkirakan tidak mungkin terjangkau oleh pengaruh kekuasaan kerajaan di bawah pimpinan Raden Patah itu.
Lalu ditempuhnyalah perjalanan menyusuri pantai selatan menuju ke arah barat, sehingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat, yang dikenal dengan nama Parangtritis. Raden Jaka Bandem lalu mengakhiri pengembaraannya.Raden Jaka Bandem beserta para pengiringnya menetap di daerah itu. Mereka lalu mendirikan padepokan di puncak Bukit Pamancingan, dan Raden Jaka Bandemlah yang menjadi sesepuhnya.
Setelah menyaksikan keindahan alam di Pantai Parangtritis itu, tertariklah beliau untuk menetap di sana. Lebih-lebih lagi setelah diteliti lebih lanjut, ternyata puncak Bukit Sentana itu sesuai sekali dipergunakan untuk mendirikan pondok. (Mengenai asal usul pendirian pondok di tempat ini, lihat cerita Begawan Selapawening).
Menurut cerita, karena kesibukannya tidak ada lain kecuali hanya makan, maka tubuh Syekh Belabelu menjadi gemuk sekali. Karena dalam satu hari berkali-kali dia menanak nasi dan hal semacam itu dilangsungkan bertahun-tahun, maka “kerak nasi” terkumpul banyak sekali. Kerak nasi yang tidak sedikit jumlahnya itu lalu dijajarkan pada atap rumahnya dan pada dinding pondoknya.
Sejak masih muda, Raden Jaka Bandem alias Syekh Belabelu, memiliki kegemaran atau kebiasaan tirakat atau bertapa. Bahkan setelah menjadi Syekh sekalipun, kebiasaannya bertapa itu masih tetap dipelihara dan dilanjutkan.
Cara Syekh Belabelu bertapa bernyata lain dari yang lain. Syekh Belabelu mengupas butir-butir padi satu persatu. Setelah terkumpul beras secukupnya, mulailah dia menanak beras itu menjadi nasi. Setelah nasi masak lalu ditebarkannyalah ke pasir. Kesibukan selanjutnya ialah memunguti butir-butir nasi itu satu persatu. Dibersihkannya pasir yang melekat pada butir-butir nasi itu, lalu mulailah dia memakannya. Dengan demikian maka tak pernah dia sempat beristirahat dan tidur.
Menurut informasi dari sumber orisinil yang tersimpan di musium Istana Istambul, Turki. Menurut sumber tersebut, temyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I. Berdasarkan laporan para saudagar Gujarat itu, Sultan Muhammad I lalu ingin mengirim tim yang beranggotakan sembilan orang, yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja.. Untuk itu Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.Berdasarkan perintah Sultan Muhammad I itu lalu dibentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.Secara lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran
Dengan informasi baru itu terjungkir-baliklah sejarah Walisongo versi Jawa. Ternyata memang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka, tidak pemah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa, termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat dari kenyataan yang sebenamya. Dengan informasi baru itu menjadi jelaslah apa dan siapa dan mana yang sebenamya Walisongo itu?. Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan walisongo versi jawa yang semuanya ternyata adalah orang cina yang sampai saat ini menjajah Nusantara dan menghisap kekayaan negeri ini.
*Sumber :
Bukit Banteng, Dusun Mancingan, Kalurahan Parangtritis
Kretek, Bantul, Yogyakarta
GPS: -8.0163306, 110.3242373 (cungkup), -8.01610, 110.32279 (gapura) Klik here
Ini adalah bukti bahwa Majapahit telah diatur oleh system Islam, dan ada Islam versi lain (baca: agama Islam) yang dibawakan oleh Para “walisongo” akhir yang diakui secara paksa sebagai penyebar Islam di tanah jawa.
Di daerah pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dekat pesisir yang kini dikenal dengan nama Parangtritis, terdapat dua buah bukit yang letaknya berdekatan. Dua buah bukit itu, yang sebuah dikenal dengan nama Bukit Sentana dan yang sebuah lagi bernama Bukit Pamancingan.
Dahulu kala, menurut cerita, di puncak kedua bukit itu masing-masing terdapat bangunan rumah untuk pondok. Yang tinggal di Pondok Pamancingan ialah Syekh Belabelu, sedang yang tinggal di pondok Bukit Sentana ialah Syekh Maulana Mahgribi.
Kedatangan Syekh Belabelu di Bukit Pamancingan itu jauh lebih dahulu dari kedatangan Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko di Bukit Sentana.Kedatangan Para Waalisongo periode awal bertujuan untuk menyelamatkan rongrongan pemberontakan kaum cina penyusup yang menyamar sebagai para sunan walisongo. Pergerakan walisongo ini dipelopori oleh Sunan Ampel pada th 1474 yg terdiri dari 9 wali yaitu:
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat
Syekh Belabelu mula-mula bernama Raden Jaka Bandem. Dia adalah putera Raja Majapahit, Prabu Brawijaya terakhir. Dengan berdirinya kerajaan Islam ala walisongo periode terakhir di Jawa Tengah di bawah pemerintahan Radeh Patah, maka kekuasaan dan pengaruh kerajaan Majapahit Islam menjadi terdesak. Wilayah kekuasaannya makin lama makin menjadi sempit, dan agama Buddha yang dahulu merupakan agama yang dianut oleh hampir seluruh rakyat, menjadi terdesak pula, oleh datangnya pengaruh ajaran agama Islam. Yang dibawakan oleh walisanga periode akhir.
Kekuasaan kerajaan Majapahit runtuh, kerabat dan keluarga keraton Majapahit, yang masih hidup dan tidak mau memeluk Islam versi walisanga, lalu meninggalkan keraton untuk menyelamatkan diri.Raden Jaka Bandem, salah seorang dari putera Prabu Brawijaya terakhir, beserta para pengikutnya sempat lolos dari keraton. Dengan maksud akan menyelamatkan diri, maka dicarinyalah tempat yang diperkirakan tidak mungkin terjangkau oleh pengaruh kekuasaan kerajaan di bawah pimpinan Raden Patah itu.
Lalu ditempuhnyalah perjalanan menyusuri pantai selatan menuju ke arah barat, sehingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat, yang dikenal dengan nama Parangtritis. Raden Jaka Bandem lalu mengakhiri pengembaraannya.Raden Jaka Bandem beserta para pengiringnya menetap di daerah itu. Mereka lalu mendirikan padepokan di puncak Bukit Pamancingan, dan Raden Jaka Bandemlah yang menjadi sesepuhnya.
Setelah menyaksikan keindahan alam di Pantai Parangtritis itu, tertariklah beliau untuk menetap di sana. Lebih-lebih lagi setelah diteliti lebih lanjut, ternyata puncak Bukit Sentana itu sesuai sekali dipergunakan untuk mendirikan pondok. (Mengenai asal usul pendirian pondok di tempat ini, lihat cerita Begawan Selapawening).
Menurut cerita, karena kesibukannya tidak ada lain kecuali hanya makan, maka tubuh Syekh Belabelu menjadi gemuk sekali. Karena dalam satu hari berkali-kali dia menanak nasi dan hal semacam itu dilangsungkan bertahun-tahun, maka “kerak nasi” terkumpul banyak sekali. Kerak nasi yang tidak sedikit jumlahnya itu lalu dijajarkan pada atap rumahnya dan pada dinding pondoknya.
Sejak masih muda, Raden Jaka Bandem alias Syekh Belabelu, memiliki kegemaran atau kebiasaan tirakat atau bertapa. Bahkan setelah menjadi Syekh sekalipun, kebiasaannya bertapa itu masih tetap dipelihara dan dilanjutkan.
Cara Syekh Belabelu bertapa bernyata lain dari yang lain. Syekh Belabelu mengupas butir-butir padi satu persatu. Setelah terkumpul beras secukupnya, mulailah dia menanak beras itu menjadi nasi. Setelah nasi masak lalu ditebarkannyalah ke pasir. Kesibukan selanjutnya ialah memunguti butir-butir nasi itu satu persatu. Dibersihkannya pasir yang melekat pada butir-butir nasi itu, lalu mulailah dia memakannya. Dengan demikian maka tak pernah dia sempat beristirahat dan tidur.
Menurut informasi dari sumber orisinil yang tersimpan di musium Istana Istambul, Turki. Menurut sumber tersebut, temyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I. Berdasarkan laporan para saudagar Gujarat itu, Sultan Muhammad I lalu ingin mengirim tim yang beranggotakan sembilan orang, yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja.. Untuk itu Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.Berdasarkan perintah Sultan Muhammad I itu lalu dibentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.Secara lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran
Dengan informasi baru itu terjungkir-baliklah sejarah Walisongo versi Jawa. Ternyata memang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka, tidak pemah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa, termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat dari kenyataan yang sebenamya. Dengan informasi baru itu menjadi jelaslah apa dan siapa dan mana yang sebenamya Walisongo itu?. Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan walisongo versi jawa yang semuanya ternyata adalah orang cina yang sampai saat ini menjajah Nusantara dan menghisap kekayaan negeri ini.
*Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU