Walisongo
Tapak Jejak "WALISONGO" (Walisongo Periode Kedua)
Tapak Jejak "WALISONGO" (Walisongo Periode Kedua)
Pernikahan Sunan Gunungjati &
Perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan
Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480,Beliau menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten.Dari pernikahan ini,Beliau mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
Ketika Sunan Gunungjati di undang ke negeri Cina,beliau menikah dengan putri Kairar Cina yang bernama Putri Ong Tien.Kaisar Cina yang pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam.Dengan pernikahan itu Sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina,hal itu teryata menguntungkan bangsa Cina untuk di manfaatkan dalam dunia perdagangan.
Sesudah menikah dengan Sunan Gunungjati,Putri Ong Tien di ganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding.
Kaisar ayah Putri Ong Tien ini membekali putrinya dengan harta benda yang tidak sedikit,sebagian besar barang-barang peninggalan Putri Ong Tien yang di bawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat aman.
Istana dan masjid Cirebon kemudian di hiasi dan di perluas lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.
Perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan
Diriwayatkan dalam perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan,Syarif Hidayatullah memberikan 2 opsi.
Yang pertama Pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya seperti gelar Pangeran,Putri atau Panglima dan dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing.
Yang ke dua adalah bagi yang tidak bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari ibukota Pakuan untuk diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang.
Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini,sebagian besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi ke 1.
Sedang Pasukan Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi ke 2.Mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman hanya sebanyak 40 keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan.Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar.
Yang menjadi perdebatan para ahli hingga kini adalah opsi ke 3 yang diminta Para Pendeta Sunda Wiwitan.Mereka menolak opsi pertama dan ke 2. Dengan kata lain mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan (aliran Hindu di wilayah Pakuan) tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan.
Sejarah membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa penjajahan Belanda,bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak ditemukan sisa-sisa reruntuhannya.Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi menyatakan dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang sudah sangat sepuh sangat mudah dikabulkan,Syarif Hidayatullah telah memindahkan istana Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta Sunda Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah Istana Pakuan.
Bagi para sejarawan,ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur mencapai puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan seorang anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji. Dengan segala jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
Beliau wafat Dalam usia yang sangat sepuh hampir 120 tahun (1569).
Makam Sunan Gunung Jati
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati memiliki lahan seluas lima hektare, terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Jaraknya kira-kira 3 km sebelah utara Cirebon. Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jln. Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu.
Pernikahan Sunan Gunungjati &
Perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan
Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480,Beliau menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten.Dari pernikahan ini,Beliau mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
Ketika Sunan Gunungjati di undang ke negeri Cina,beliau menikah dengan putri Kairar Cina yang bernama Putri Ong Tien.Kaisar Cina yang pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam.Dengan pernikahan itu Sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina,hal itu teryata menguntungkan bangsa Cina untuk di manfaatkan dalam dunia perdagangan.
Sesudah menikah dengan Sunan Gunungjati,Putri Ong Tien di ganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding.
Kaisar ayah Putri Ong Tien ini membekali putrinya dengan harta benda yang tidak sedikit,sebagian besar barang-barang peninggalan Putri Ong Tien yang di bawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat aman.
Istana dan masjid Cirebon kemudian di hiasi dan di perluas lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.
Perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan
Diriwayatkan dalam perundingan terakhir dengan para Pembesar istana Pakuan,Syarif Hidayatullah memberikan 2 opsi.
Yang pertama Pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya seperti gelar Pangeran,Putri atau Panglima dan dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing.
Yang ke dua adalah bagi yang tidak bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari ibukota Pakuan untuk diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang.
Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini,sebagian besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi ke 1.
Sedang Pasukan Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi ke 2.Mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman hanya sebanyak 40 keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan.Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar.
Yang menjadi perdebatan para ahli hingga kini adalah opsi ke 3 yang diminta Para Pendeta Sunda Wiwitan.Mereka menolak opsi pertama dan ke 2. Dengan kata lain mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan (aliran Hindu di wilayah Pakuan) tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan.
Sejarah membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa penjajahan Belanda,bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak ditemukan sisa-sisa reruntuhannya.Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi menyatakan dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang sudah sangat sepuh sangat mudah dikabulkan,Syarif Hidayatullah telah memindahkan istana Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta Sunda Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah Istana Pakuan.
Bagi para sejarawan,ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur mencapai puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan seorang anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji. Dengan segala jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
Beliau wafat Dalam usia yang sangat sepuh hampir 120 tahun (1569).
Makam Sunan Gunung Jati
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati memiliki lahan seluas lima hektare, terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Jaraknya kira-kira 3 km sebelah utara Cirebon. Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jln. Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu.
Makam Sunan Gunungjati tampak dari luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU