primbon


Web Site Hit Counters

Sejak:17 Agustus 2013
DAFTAR SAHABAT YG MASUK The truth seeker
Tidak harus menjadi yang pertama,yang penting itu menjadi orang yang melakukan sesuatu dengan sepenuh hati.


Disclaimer:Artikel,gambar ataupun video yang ada di blog ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain,
dan Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber lain tersebut.Jika kami salah dalam menentukan sumber yang pertama,
mohon beritahu kami
e-mail primbondonit@gmail.com HOTLINE atau SMS 0271 9530328

GAMBAR-GAMBAR dibawah ini BUKAN HANYA IKLAN tapi merupakan LINK SUMBER




Bagi sebagian masyarakat yang mengklaim diri sebagai masyarakat peradaban modern,westernism bahkan sebagian yang mengesankan perilaku agamis yakni hanya bermain-main sebatas pada simbol-simbol agama saja tanpa mengerti hakekatnya,dan kesadarannya masih sangat terkotak oleh dogma agama-agama tertentu.Manakala mendengar istilah mistik,akan timbul konotasi negatif.Walau bermakna sama,namun perbedaan bahasa dan istilah yang digunakan,terkadang membuat orang dengan mudah terjerumus ke dalam pola pikir yang sempit dan hipokrit.Itulah piciknya manusia yang tanpa sadar masih dipelihara hingga akhir hayat.Selama puluhan tahun,kata-kata mistik mengalami intimidasi dari berbagai kalangan terutama kaum modernism,westernisme dan agamisme.Mistik dikonotasikan sebagai pemahaman yang sempit,irasional,dan primitive.Bahkan kaum mistisisme mendapat pencitraan secara negative dari kalangan kaum modern sebagai paham yang kuno,Pandangan itu salah besar.Tentu saja penilaian itu mengabaikan kaidah ilmiah.Penilaian bersifat tendensius lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri,kepentingan rezim,dan kepentingan egoisme(keakuan).Penilaian juga rentan terkonaminasi oleh pola-pola pikir primordialisme dan fanatisme golongan,diikuti oleh pihak-pihak tertentu hanya berdasarkan sikap ikut-ikutan,dengan tanpa mau memahami arti dan makna istilah yang sesungguhnya.Apalagi dalam roda perputaran zaman sekarang,di mana orang salah akan berlagak selalu benar.Orang bodoh menuduh orang lain yang bodoh.Emas dianggap Loyang.Besi dikira emas.Yang asli dianggap palsu,yang palsu dibilang asli.Semua serba salah kaprah,dan hidup penuh dengan kepalsuan-kepalsuan.Untuk itulah Warisjati merangkum beragam artikel dari beberapa sumber tentang pengetahuan Budaya dan tradisi di Nusantara yang merupakan warisan para leluhur yang sarat akan makna dan berbagai artikel lainnya yang saling melengkapi.Dengan harapan membangun sikap arif dan bijaksana dan mengambil pelajaran serta pengetahuan dari budaya masa lalu sebagai warisan leluhur di Nusantara ini.

ORANG YANG DENGAN MUDAHNYA MENGATAKAN SESAT KEPADA SESEORANG
ADALAH ORANG YANG TIDAK atau BELUM PAHAM AKAN DIRINYA SENDIRI



Sabtu, 01 Februari 2014

BAHASA OSING dan KAMUS BAHASA OSING

NUsantara 

BAHASA OSING dan KAMUS BAHASA OSING

BAHASA OSING dan KAMUS BAHASA OSING
Sebutan OSING sebenarnya berasal dari orang luar Banyuwangi (orang kulonan) terhadap kultur etnik Banyuwangi. Secara etimologis kata Osing dapat diartikan dengan kata ’TIDAK’ dalam Bahasa Indonesia atau ORA dalam Bahasa Jawa. Dalam konteks kebahasaan Pigeaud (1929) berpendapat bahwa, kata OSING bermakna ketertutupan penduduk asli Banyuwangi terhadap penduduk pendatang, atau dapat juga diartikan sebagai penolakan penduduk asli Banyuwangi dalam menerima dan hidup bersama dengan para pendatang dari luar Banyuwangi.

Keterasingan yang disebabkan secara geografis Banyuwangi memang agak terisolasi, yaitu tertutup oleh pegunungan Ijen dan raung di sebelah utara, Selat Bali disebelah timur, dan Pesisir Selatan Pantai Selatan di sebelah selatan. Dalam perkembanga jaman, perubahan struktur komponen masyarakat Osing berubah. Banyuwangi tidak lagi introvert terhadap penduduk pendatang. Mereka lebih membuka diri dan merasa ditantang untuk mengadakan perbaikan ekonomi atau pengetahuan, dengan jalan merantau ke kota-kota lain. Struktur komponen masyarakat pendatangpun bertambah dan menjadikan lapisan masyarakat Banyuwangi asli berkurang. Padahal kenyataannya masyarakat pendatang umumnya enggan belajar Bahasa Osing. Penyebabnya adalah penduduk pendatang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat berbahasa Osing dengan lancar, terutama dalam hal aksen serta ketepatan mengartikulasikan kosa kata.

Ada pemeo yang berkembang di kalangan generasi muda, bahwa Bahasa Banyuwangi dianggap ’ndeso’ bila dibandingkan dengan ’Bahasa Jakarte’. Meraka merasa lebih bangga bila dapat berkata : ’Ehhh jumpe lagi ama gue, bang...!!!’ daripada harus berkata : ’Ehhh kecaruk maning ambi ison, kang ...!!!’

Sungguh tidak mengherankan bila kemudian banyak para Budayawan Banyuwangi mengkawatirkan akan eksistensinya. Sangat beralasan, karena hanya ada sekitar 53% yang merupakan penutur aktif Bahasa Osing. Hanya ada 10 (sepuluh) kecamatan di Banyuwangi yang penduduknya dominan bertutur dengan Bahasa Osing. Antara lain : Rogojampi, Giri, Genteng, Cluring, Songgon, Kabat, Srono dan Singgonjuruh. Sembilan kecamatan lainnya mulai terimbas Bahasa Jawa, Madura, atau Indonesia. Bahkan menurut Hasan Ali (bapak dari Emillia Contessa, seorang budayawan daerah), dari 175 desa di Banyuwangi (termasuk desa pemakai Bahasa Campuran Osing Jawa atau Osing Madura), hanya 126 yang berbahasa Osing.

Penyusutan pemakai Bahasa Osing salah satunya disebabkan larena bahas tersebut sangat egaliter. Maksudnya dalam Bahasa Osing tidak mengenal ’unggah-ungguhing basa’ atau ’kromo’, padahal kenyataannya kelas-kelas sosial yang baru mulai terbentuk. Bahasa dan Orang Osing tidak mengenal hirarki atau status sosial. Kata ganti milik, kosa kata, atau kata panggilan untuk orang ke-2 (dua) dan ke-3 (tiga) tidak dibedakan antara satu dengan yang lainnya kendati berbeda status sosial. Ini menyebabkan beberapa orang Banyuwangi berusaha memperbaiki tutur kata bahasa Osing menjadi lebih halus, yaitu dengan mencampur-adukkan dengan Bahasa Jawa Halus untuk kesempatan-kesempatan tertentu yang bersifat formal.

Penggunaan Bahasa Osing untuk percakapan ’ragam tinggi’ pada penggunaan keagamaan, pendidikan dan hubungan formal hanya sedikit dibandingkan dengan ragam rendah. Maksudnya untuk pergaulan yang dianggap memerlukan ’kesopanan’ dan ’unggah-ungguhing basa’ Orang Osing lebih menyukai memakai Bahasa jawa. Sedangkan di lingkungan keluarga campuran, Bahasa jawa dan Bahasa Indonesia lebih banyak digemari.

Sementara disisi lain, bertahun-tahun para akademisi bahasa dan sastra daerah terjebak pada dikotomi : Apakah Bahasa Osing sekedar ragam dialek Bahasa Jawa ataukah bahasa tersendiri. Secara berkelakar seorang dosen saya (Kusnadi) pernah berpendapat bahwa : Sepanjang Bahasa Osing itu masih bisa dipahami oleh orang Jawa, maka tetap saja diklasifikasikan sebagai ’ DIALEK’ bukan ’BAHASA’. Secara guyonan pula saya timpali dengan berpandangan etnik, tentang adanya proses akulturasi budaya serta adanya persamaan sumber bahasa (Bahasa jawa Kuno) seraya saya komparasikan dengan Bahasa negeri Jiran yang mempunyai sumber yang sama dengan Bahasa Nasional kita, Bahasa Melayu. Bahkan saya mencoba membandingkan antara Bahasa Jawa Kuna dengan Bahasa Sansekerta, mengapa Bahasa Sansekerta tidak dikatakan sebagai Bahasa Jawa Kuna dialek Sansekerta ? Anehnya, pada Suku Tengger di Probolinggo mempunyai ’Jalur Budaya’ yang sama dengan masyarakat Banyuwangi. Ada beberapa kosa kata yang serupa dengan Bahasa Osing (Banyuwangi), sepertihalnya kata-2 : ’paran’, ’siro’, (sira, jika di Tengger), dan Isun. Namun ragam sosial tengger lebih tampak bila dibandingkan Bhasa Osing. Seperti isalnya Ragam Sosial Jenis Kelamin. Untuk kata ganti orang I, di Banyuwngi tidak dibedakan sebagaimana di Tengger. Ison (nison) artinya ’saya’ untuk wanita, dan reyang (eyang) artinya ’saya’ untuk laki-2 apabila di Tengger. Keduanya berfungsi sebagai subyek atau kata ganti milik. Tetapi berbeda di Banyuwangi, Ison tidak mengenal perbedaan baik laki-laki atau perempuan.

Untuk menjawabnya memang perlu adanya prespektif yang lebih luas, tidak saja hanya berkutat pada leksikologi, fonologi, morfologi, sitaksis, atau semantik saja tetapi perlu juga pendekatan-2 lainnya seperti historis, psycologis atau politis. Walaupun menurut saya tidak terlalu penting status kebahasaaan tersebut, karena ada yang lebih penting lagi dari itu yaitu : kelestariannya !!.

Sepertinya Bahasa Osing mulai diajarkan di sekolah2 dan telah memiliki Tata Bahasa dan Kamus Bahasa Osing, tapi apalah artinya bila dalam pergaulan sehari2 masih saja enggan untuk memakainya. Padahal menurut penelitian dahulu kala pada tahun 1930-an, penduduk beberapa desa seperti Biting dan Gemiri di Jember, Blendungan di Bondowoso serta Paiton di Situbondo diketahui juga sebagai penutur Bahasa Osing yang berdiam di luar wilayah Banyuwangi.

Yang jelas Serat budaya penyangga anyaman kebudayaan akan meruyak dan tidak berfungsi menjadi pengikat kesatuan kebudayaan, bila masyarakatnya tidak lagi dapat menjaga, merawat dan melestarikannya.

Kelendi Kang ?
sumber : http://ravindata.multiply.com/journal/item/135
KAMUS BOSO OSING
Oleh : Rofiklaros /Ki kuda kedhapan
A
  • Apalagi : paran maning
  • Acap kali : paceke,angger
  • Alasan : Anggul-anggul
  • Ada : ono,onok
  • Ada apa : ono paran
  • Adu : bombong
  • Agar supaya : myakne, Myane
  • Air : byanyu
  • Air meluap( deras ): Belabur
  • Akan : Nak
  • Aku : Isun, sun, hun
  • Akrab/kenal : Wawuh
  • Akar : Odod
  • Ajaran : Wuruk
  • Ambil : ampet, juwut
  • Ampas kopi : Gedhoh
  • Amuk : Imuk
  • Anak/pemuda : lare
  • Apa adanya : Sak majase
  • Anak laki-laki : thulik, lik
  • Anak perempuan : jebeng, beng
  • Anak yg blm tahu apa2/hijau : lare buru sore
  • Ancam : ancas
  • Anda : riko
  • Anda yg di hormati :ndiko
  • Andai : mungguo,Anggone
  • Alot : Waled
  • Apa : paran
B
  • Bambu : Jajang
  • Basah : kepos
  • Babi hutan : Celeng
  • Basah kuyup : Kelumus
  • Bablas : larad
  • Balapan : Gyalapan
  • Bakar-bakaran : Opor-oporan
  • Bagusan : anguryan
  • Bagusan : Banguryan
  • Bagaimana : kelendhi (kelendhay jika dibelakang kalimat)
  • Bantah : talar, nalar
  • Bapak : bapak (byapak)
  • Baru tumbuh : Merujuk
  • Bau badan yg tak sedap : Beledhus
  • Berenang : Ngeloyong
  • Bersinar : Mencorot,mencirat
  • Berlari : Melayu/melayau
  • Bertunas : Meltik
  • Bertunas : Merujuk
  • Berdesak-desakan : Wel- welan
  • Besar tinggi :Junggrang,jungglang
  • Biar : makne,myane
  • Biarkan : genengno
  • Bermain : memengan .
  • Berputar kencang sekali : Lenged
  • Berputar2 lepas kendali : Ngontreng
  • Bening : Kening
  • Bibi : Bik
  • Bedug : Jedhor
  • Begini : gedigi (gedigai)
  • Begitu : gedigu (gedigau)
  • Berani sekali : angas
  • Berat :abot
  • Berkilauan/bercahaya : MUbyar
  • Berani : wanen
  • Besar : Gedhig
  • Betul-betul : Seru
  • Beranian : wanenan
  • Bandel : Mbenu/mbenau
  • Bandel /ngeyel : Cengkal
  • Belepotan dimulutnya : gujreh.
  • Berhenti : ngempos
  • Berhubung : sarehne
  • Betah : pernah
  • Bekas : Pecak
  • Betis : Kempol
  • Bikin betah : mernahi
  • Bicara/marah : celathu (untuk perempuan)
  • Blambangan : blambyangan
  • Bohong : gubab (gubyab)
  • Bolos : lencur, melencur
  • Bubungan : wuwunyan
  • Buka sedikit : mingis
  • Buka lebar-lebar : Jemblang
  • Bukalah; Jemblangen (bukalah pintunya = Jemblangen lawangek)
  • Bulan : ulan (baca ulyan)
  • Bunga : kembang (kembyang)
  • Bodoh : bongol/goblog
  • Bodoh sekali : lengek
  • Bodoh sekali : belog
  • Bodoh dan pelupa : Dongong
  • Bukakan : Engekno
  • Buka : Bliyak
  • Buang : Buyang
  • Bungkus nasi/kue yg menggunakan daun pisang ; Ethuk
  • Bukit : Puthuk
  • Buah kelapa yg masih sangat muda : Cengkir
  • Buru-buru/tergopoh-gopoh : Gopoh
  • Busyett : Cerret
  • Busyeet : Nagud ( Busyet dah = Nagud oro… )
  • Busyet : Byalakk ( Busyet dah = Byalak aw……. }
  • Busyet : borrok ( busyet dah = Borrok oro weh….)
  • Busyet : Celleng oro ( Kasar )
C
  • Cari : golek golet.
  • Carikan : golekeno, golekaken
  • Cepat : gancang (gyancang)
  • Ceria : gromyoh
  • Ceroboh : ampah
  • Cekung/menjorok kedalam : DEkok
  • Cekung kebawah/berubah bentuk : Jelekong
  • Celingukan : Perdang-perding
  • Cemburu : Cupar
  • Cigukan : Sigunen
  • Cium : ambung
  • Mencium: Ngambung
  • Cincin : gelang alit
  • Cinta : demen
  • Ciduk sayur : Erus
  • Coba : abero
  • Coba : Aruo
  • Coba : Acake
  • Contoh : Tulodho
  • Condong : Doyong
  • Cuma : mung
D
  • Dari pada : ketimbyang, Timbyangeno
  • Dibiarkan : digenengaken
  • Dekat : parek
  • Di bohongi : Di apeni
  • Depak,sepak,terjang : Ndumpak,dhupak
  • Dengan : ambi
  • Dengan : Kambi
  • Dengan segala upaya : takal-takalan,petakalan
  • Di : ring, nong
  • Di marahi : Di uwel
  • Dibawa : digowo
  • Dibawa dan terseret : Diterak
  • Diseret : diered
  • Di bawah tempat tidur : Longan
  • Dimasukkan ke air : Nclob
  • Dia : yane
  • Dulu(waktu) : bengen
  • Dulu sekali : Wingek
  • Duluan : sulung ( baca solong)
E
  • Entah : embuh
  • Enakan : alung
  • Encer : Ancang
  • Enggan : sungkan
  • Empedu : Amperu (MUtah amperu; mutah sampai terasa di empedu)
  • Ekor terpotong : Bukung
F
  • Fasih /jelas : Kecoh
G
  • Galah panjang : Ganjur
  • Galah : Sengget
  • Ganti : Genten
  • Gantian : Gentenan
  • Gayamu( Sifat/tingkah) : Abete {kasar)
  • Garis : Garit
  • Gurau/merayu : gredoan
  • Gerah/berkeringt : ongkeb
  • Gempar : Ontrag
  • Gelap : Jumbleng
  • Gaya bicara yang ekspresif, dinamis, dan dramatis : Aclak
  • Gigih : tatak
  • Giat : Patheng
  • Guru : gurau
  • Gurau(canca) : muyab
  • Gemetar : Nderini
  • Gosong : Gempung
  • Gondrong dan kumal : Jibros
H
  • Hancur : Ndedek
  • Hadang : Bebeng
  • Hati2/sabar : Serantan
  • Hancur : Empur
  • Hancur : Lutrek
  • Hanya : Mung
  • Hajar : Sait
  • Hajar beramai-ramai : Krutugh
  • Hangus : Gempung
  • Heboh : Ruces
  • Hadapi : depani
  • Hitam : cemeng
  • Hitam sekali : nggelinseng
  • Hilang sedikit : Gothang
  • Hilang/ pergi : Mamut
I
  • Ingkar : nyulayani
  • Ingkar : Suloyo
  • Ingat : enget
  • Ibu : mak
  • Istri : rabi
  • Impas : pakpok
  • Injak : idek
  • Injak dg keras (sengaja) : Gejroh
  • Ikat : Cancang
  • Intip : inceng
  • Ingin Lagi : Kuryangen
  • Itulah makanya: Prandane
J
  • Jalan : lurung
  • Jalan-jalan keluar rumah : nggeledrek
  • Jari : driji
  • Jatuh : temebluk, tibok
  • Jatuh dari atas : Temebluk, cicir
  • Jatuh karena salah jalan : Keseliring
  • Jatuh tersandung/terpelosok: Kejiglang
  • Juga : Ugo, pisan
  • Jalan/lari kehilangan kendali dari ketinggian ; Larad
  • Jatuh tertelungkup : tibo kesereb
  • Jera : Kawus
  • Jemput : Papag
  • Jangankan : ojo papak
  • Jalan jalan tak menentu : ngelepek
  • Jalan : lurung
  • Berjalan (berirama) : Tayongan
  • Jotos : Jorong
  • Jotos : Sontok
  • Jongkok ; ngogrok
  • Jumpa : carok
K
  • Kampak : Perkul
  • Kamu : Siro
  • Kaku : Kekok
  • Kepeleset ; geberejed
  • Kalah sebelum bertanding : Nggeledeg
  • Kalah sebelum bertanding : Ngelencur
  • Kacamata : tasemak
  • Kakak laki2 : kang
  • Kakak perempuan : Mbok
  • Kakak yang masih kecil : kang ilik
  • Karena : Kerano
  • Kisinan : Kepilis
  • Karena : Polae
  • Kagum : kajon
  • Kalau : kadhung
  • Kalah menang urusan belakang : Kalah cacak menang cacak
  • Kalah menang urusan belakang :Kalah cacak menang apruo
  • Kakak perempuan : mbok
  • Kakek : kakik
  • Kalau : kadung, adung
  • Kamu : siro, iro, hiro
  • Kasih, sayang : welas
  • Kira : Tanggo ( hun tanggo riko mau nyang pasar = sy kira kamu kepasar)
  • Kemarin : Wingyenanek
  • Kenapa : apuo
  • Kena : Keneng
  • Ketakutan sekali(terkejut) : Gegeten
  • Ketagihan : Kuryangen
  • Kecil/ringan : Rencek
  • Kecuali : kecobo
  • Kepala yg berdarah : Bucur
  • Kebanyakan air : Kimbyang-kimbyang
  • Kenyang/puas sekali : Mongod-mongod
  • Kenyang ,sering,puas : Tuwuk
  • Kental : Kenthel
  • Keras kepala : wangkot
  • Kesiangan/kurang tidur : karipan
  • Keruh : getuh
  • Ketemu : kecaruk
  • Kena : Keneng
  • Keterlaluan : keseron-seron
  • Kebanyakan : Kejolok
  • Kebagian : Umyan(tdk kebagian= heng Umyan)
  • Ketombe : reki
  • Keras/alot : Atos
  • Kipas : ilir
  • Kipas-kipas : ilir-ilir
  • Konyol : Kenyab
  • Kurus : gering
  • Kuat : Tatag
  • Kuat,gagah,berotot : Pethekel
  • Kurus: Kenci/ai
L
  • Larang : Penging
  • Larang /marah: Uwel
  • Dilarang dgn marah2 : Di uwel
  • Letoy ,lemas : Lesuh
  • Lebih baik : anguryan,angur Byangur
  • Lagi : maning
  • Lama : lawas
  • Lama/usang : Luwas
  • Laris : Gyaros
  • Lampu : dyamar
  • Lampu lentera : dyamar telempek
  • Lelaki belum menikah : lancing
  • Lepas : coplok
  • Lengket : Jangged
  • Lari ketakutan = ngepret
  • Luas : wero/ Werok
  • Lubang kecil : Jelowokan
  • Lubang besar : Juglangan
  • Lunak sekali : Genjur/Nyunyur
  • Luka /infeksi : Borok
  • Lumpur : Belethok
  • Licin : Lunyau
  • Lidi : Semat
  • Lewat : liwyat
  • Lihatlah : delengen tah
  • Lompat : mlencung,Temencog
  • Lucu : lucau
M
  • Mampus : lodhong
  • Mampus kau : Lodhong iro.
  • masak ?(kaget) :Endane
  • Masak iya?( Kaget ): Using tah
  • Mantap sekali : Kesemek-kesemek
  • Mantra : sowok {ada yang putih dan hitam)
  • mantra untuk pertandingan : Rapuh
  • Mantra untk pengobatan : Sowok
  • Mantra untuk kejahatan : Sowok,tenung,sihir
  • Mantra untuk pengasihan : Santet
  • Mantra yg ditempatkan disuatu tempat : Pesengan(mantra dibungkus)
  • Marah/murka : Moring
  • Matikan(tiup) : Kebes
  • Makan : madhyang
  • Masak? : endyane?
  • Masak ? : Using tah?
  • Masih : magih
  • Mata : moto
  • Mendidih : gemulyak
  • Mempermainkan yang lebih tua : Kenyab
  • Meskipun : masio.ambekno
  • Meniti jalan agar tdk jatuh(sambil pegangan) : NGampar
  • Memang : Mulok
  • Mendingan : Aluk
  • Memang : Setalangan ( memang ngapain kamu disitu?=setalangan ono paran siro ring konok?)
  • Memasukkan sesuatu kelobang : Lodhok
  • Memekakkan telinga : Gumbleng
  • Menggairahkan : kenyes-kenyes
  • Menghiraukan /mengindahkan : melengon
  • Menjemur badan biar kering : Caring
  • Mengasah pisau : Ongkal
  • Tidak menghiraukan : heng melengon.
  • Menyamakan/tidak membeda-bedakan (terkesan tidak sopan)   : Bingkak
  • Menyebabkan mabok : Muronai
  • Mengapa : apuwo
  • Melingkar : melekintheng
  • Menggelikan/memuakkan : Ndol
  • Menginjak : Mancad
  • Melepaskan serangan tangan : Sait
  • Meletus : meledos
  • Merajuk : Ngambul
  • Merah muda : Kapuronto
  • Suka merajuk : Ngambulan
  • Merona : Mberanang
  • Menyusut : Kimples
  • Mempan : tedyas
  • Menyelesaikan : Mungkasai
  • Menyembul : Mungub
  • Memanggal : Puges,pugel
  • Membersihkan /memukul ke badan dg alat yg tdk membahayakan : Gebros
  • Menyebrang : Sabrang
  • Mati(kasar) : Bongko
  • Malas makan karena aromanya : Uneg-unegen
  • Monyet : bojog
  • Mulut yang ditampar : tempong
  • Musang : luwyak
  • Marah gak menentu : emok
  • Marah : Moreng/moring
  • Minyak tanah : Lengo gas
  • Muncrat : Meloncrot
  • Muntah : Melekok
  • Monyet : Bojog
N
  • Nampak : Katon
  • Nenek : Embyah
  • Nakal : Tambeng
  • Nakal : Mbenu/mbenau
  • Nanti malah : Gulakane
  • Nanti malah : Tuwyas
  • Nama : aran
  • Nikmat : gurih
  • Nikmat sekali : Enjyong
  • Nikmat sekali : Sokheh
  • Nyaman : mernahi
  • Nafsu sekali,semangat : Gyayab
  • Nutupi : Ningguli
  • Ketutupan : Ketinggulyan
O
  • Oles : boreh
  • Orang : lare, wong
  • Orang Osing : wong osing.
  • Orangtua : wong tuwyek
  • Ogah : emong/mong
P
  • Pacar : Sir-siran
  • Pacaran : Sir-siran
  • Pacaran : Byakalan
  • Paha : Pokang
  • Pasrah : Lilo
  • Pasrahkan : Lilakeno
  • Padahal : mongko
  • Panggung : Tratag
  • Papan :Belabag
  • Peras : Wejek
  • Paha ; Kempol
  • Padam : kebes
  • Paling-paling /mungkin : nai, nawi (nawai)
  • Paling : seru
  • Panen padi : Ngyampung
  • Panggilan pasaran ,Dab(jogja) , Rek (surabaya) : Laré ,Ndoh, pek, thulin (Osing)
  • Paman ; Man
  • Patah : Kuthung
  • Pastinya : Ukuryane
  • Penakut : Getap
  • Peyot : Desok
  • Peyot kebawah : Jelekong
  • Penampilan yg kumuh : Dywhoss
  • Pikiran jadi plong : penyar
  • Pisau : Lading
  • Parang : Boding
  • Pisang selai : Sale, gedhang goreng sabun
  • Pisah/pecah : Pethal
  • Peliharaan : rumyatan
  • Percaya diri : juwyari
  • Plan-pelan : Edheng-edheng
  • Perhatian : gyati
  • Perhatikan : ibuka’en [Ibukeno solong lare ikau = Perhatikan dulu anak itu)
  • Pelit : melid,Medit
  • Pelit sekali : Kumed
  • Pegangan senjata : Pesantikan
  • Pertama : kawitan
  • Penakut : Kacangan
  • penakut : Getap
  • Pegang : Candhak
  • PSK : senuk
  • Perangkap duri besar : Sunggrak.( benda2 runcing/duri yang mematikan pada perang bayu. banyak dipasang jebakan-jebakan yang dinamakan sungga (parit yang di dalamnya dipenuhi sunggrak)
  • Pukul pakai barang yg tdk membahayakan   :   gebros
  • Pukul pakai kayu : Sampat (biasanya utk anak2 kecil)
  • Pukul pakai kayu daun kelapa : Mbongkok
  • Putus : Tugel, Pedhot
  • Putus : Suwing
  • Putus /Selesai : Campleng
  • Puas / berulang kali : Towok
  • Punggung : Boyokk
  • Pusing : munyer
R
  • Ranting bambu : Sangkrah
  • Ragu-ragu: Mang-mangen
  • Ramai /ricuh : Royak
  • Rakus : kerahang
  • Rakus sekali : byangsong,kerahang
  • Retak : Bengkah
  • Ribut : Gomprang
  • Robek : Suwek,Suwak
  • Rusak(wajah) : Njepopor
  • Rusak sampai berair : Berrek
  • Rusak : Lutrek, Lonyod
  • Rusak : Rencem
  • Rusak parah : Lekrekan
  • Rusak : Jebod
  • Rumah : umyah
  • Ruang tamu : Byalek
  • Ruang dapur : Pawon
S
  • Saja : byaen
  • Saja : Beloko, Belokon( digu beloko moring yahh = begitu saja marah }
  • Saking : serang
  • Salah jalan : Kebabyas
  • Sampai : taker
  • Santet : pengasihan
  • Sangat : kari (ditempatkan sebelum kata sifat), temenan
  • Sawi : sawen
  • Saya : ingsun,isun, hun
  • Sayup-sayup : lamat-lamat
  • Sayap : Serwiwi/ai
  • Sayang : eman
  • Sayang (cinta) : welas
  • Sayur : jangan
  • Sayur nangka : jangan tombol
  • Sayur dari belondo :Jangan lerobyan {belondo : sisa pengolahan sendiri minyak kelentik/kelapa)
  • Sedih sekali : keronto-ronto
  • Sebaya : Sakpantaran
  • Seret : Ered
  • Sering/ Kebiasaan : Tumyan
  • Sembuh : aron
  • Semerbak : semembrung
  • Sendiri : dewek
  • Sedang/ pas lagi : Byangete
  • Sering : kerep,angger
  • Sering : Pati
  • Sendirian : dewekan
  • Senggama : Ancik
  • Bersenggama : Ancik-ancikan,ondo-ondoan
  • Senyum : unyik,monyik
  • Sembunyi : singidyan
  • Sembunyikan : Sengidyakaken
  • Semoga : Mugi
  • Sesuai : Bera-i
  • Seperti ini : gedigEnan
  • Seperti itu : GedigOnan
  • Setengah gila : serepet
  • Siapa : sopo, hopo
  • Siap : Cawis
  • Sikap/tingkah : abed
  • Sikapmu : Abed iro (kasar)
  • Silau : Kedhapen
  • Sisir rambut : Garu/au
  • sedang menyisir rambut : Garuan
  • Sirsak : nongko londo
  • Sampai segitunya ; Mesasat.
  • Sudah : wis
  • Suka taruh barang sembarangan : tembyeler
  • Sobek menganga : Bongak
  • Sobek jadi dua : Sibrak
  • Sompel : guwang
  • Sombong : Gathak
  • Suara jatuh dengan tiba2 : Gemerubyas
  • Suara mengagetkan yg tiba2 : Gemerosak
  • Suka memberi : Awean
T
  • Tajam : Landhep
  • Tangga : Ondok
  • Tetapi : taping
  • Tadi : mauko
  • Tadi : muko
  • Tamak : kerahang
  • Tampar : tempeleng,tabyas
  • Tampar : tapeng
  • Tampar : tabyas
  • Tampar : Tempeleng,Tapuk
  • Tangkai : janjang
  • Tarik : anyeng
  • Tarik dengan paksa : Ampred
  • Tarik-tarikan : anyeng-anyengan
  • Tega : mentolo
  • Teriak : Berak
  • Ternyata : temakno.
  • Ternyata : Ketang
  • Terang sekali : Byarak
  • Tendang : Tanduk
  • Tumbang : gemerubyas
  • Tetapi : taping
  • Teriak-teriak : Berak-berak
  • Tempat duduk panjang/lebar ; Peloncok
  • Tempat duduk pendek ditanah : Jhodhogh
  • Terbelalak : moto walangen
  • Terbirit-birit : ngidit
  • Terkam : Terbas
  • Tergila-gila : keloyong-loyong
  • Terjun : temencog
  • Ternyata : temakno
  • Ternyata : Cumpune
  • Ternyata(masih) : Mandaneo
  • Teguh pendirian tanpa kompromi : Ladhak
  • Terpeleset : kebelandur
  • Terpelosok : kejelowok
  • Tergores : bered
  • Terlempar : Melethuk
  • Tergores : Bebres
  • Teluh : Sowok,sihir
  • Terlalu kering : merkingking
  • Terlalu : Ambek-ambekaneo
  • Tidak menghiraukan : heng melengon.Tersebar : semebyar
  • Tempat cuci tangan : Kobokan
  • Terserah : paran jare
  • Terbahak-bahak : Cekakakan
  • Tersenyum : monyek
  • Terlanjur : WEs kadhung
  • Tempat u/ menggiling bumbu yang terbuat dari batu : Jebeg
  • ( Alat untuk menggiling : Canthuk
  • Tempat sampah umum : Lebuh
  • Tempat duduk pendek/dingklik : Jodog
  • Tersiksa : kapiliro
  • Terkejut dan salah tingkah : Protongan
  • Tersedak : Kebeselek
  • Teringat/termenung : Kantru-kantru
  • Tertawa : gemuyu
  • Tertawa terpingkal-pingkal : kekel
  • Terengah-engah : Ngonsrong
  • Teriak-teriak : Berak-berak
  • Terseret : Keli/kelai
  • Tertipu malu : kepeles
  • Tiba-tiba : Moro-moro
  • Tidak rata : Lebyak medekul
  • Tidak : osing,oseng,sing, heng,
  • Tidak tahu apa-apa : Bengok
  • Tidak apa-apa: sing paran-paran
  • Tidak apa-apa : Madak paran-paran
  • Tidak bagus(tdk semestinya) : Heng endo-endo
  • Tidak ada : nono, sing ono
  • Tidak mau : Emong.
  • Tidak mau dikasi tahu : Cengkal
  • Tidak Khas lagi : Camah
  • Tidak kuat : rempi
  • Tinggal : Kari
  • Tikam : Tujes
  • Tongkol Pisang : Ontong
  • Tiduran : nggelinting, gelintingan,leyek-leyek
  • Tuli sesaat :gumbleng/ kumpleng
  • Tua sekali : Nekek
  • Tumpul : Papak
  • Tiup : Semprong
  • Tumpul : Geblugh
  • Tumbang : gemerubyas
U
  • Uang : Picis
  • Uang : Yotro
  • Ubi kayu : Sawai
  • Ubi jalar : Sabrang
  • Untuk : kanggo
  • Usang : Bluwek
  • Usang : Luwas
  • Umpama : Cumpune
  • Ugal-ugalan : Mursal
  • Ular : Ulogk
  • Urap : Kerawu/au
  • Umpat/misuh : Celleng
W
  • Wanita : wadon
  • Wah! : byek!
  • Wah : Bebyek
  • Waktu : Wayah
  • Wajah kotor(karena baru bangun tidur ) : Korep
  • Wajar : Mupakat (Tdk wajar : heng mupakat}
  • Walau : Ambekno
  • Walau : Masio
  • Wajah : Praenan
  • Waspada : Amening
Y
  • Yang : kang, hang
  • Ya : yok,Iyok

4 komentar:

  1. mau tanya bahasa osing " MAHUL " itu artinya apa yaa

    BalasHapus
  2. suwe ra ketemu ning ngendi paranmu bahasa indonesia ne apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lama tidak bertemu, dimana dirimu

      Hapus

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU

KEBERLANGSUNGAN

Sedekah(Bisa Menunda Kematian)
KLCK aja ICON dibawah untuk Baca berita
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...