Makna Lagu Ilir-ilir (Tembang)
Lir-ilir lir-ilir tandure wus sumilir tak ijo royo royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodot tiro
Dodot tiro dodot tiro kumitir bedahing pinggir
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane
yo surako surak hiyo
Makna lagu Ilir-ilir
Lagu ini sangat populer dan umurnya sudah lima ratusan tahun lebih tetapi semakin hari semakin disenangi. Apalagi di desa-desa lagu ini sangat popular bagi anak-anak, dinyanyikan ketika bermain di bulan purnama. Kalau di pondok pesantren lagu ini seolah-olah menjadi lagu wajibnya bagi para santri. Sekarang lagu ini sering dinyanyikan dalam alunan campur sari bahkan oleh penyanyi penyanyi papan atas. Sehingga lagu ilir-ilir populer sepanjang masa.
Lagu ilir-ilir yang konon dikarang oleh Sunan Kagijogo tapi ada juga yang meyakini bahwa lagu ini merupakan ciptaan Sunan Giri atau Sunan Ampel. Terlepas siapa pengarangnya yang penting makna lagu ini bisa menjadi media perjuangan moral, mental, spiritual bangsa demi kemajuan Negara Indonesia. Menurut saya lagu ini merupakan amanat bagi bangsa Indonesia, mulai saat lagu ini dikarang sampai saat sekarang, lagu ini syarat dengan petuah dan mengandung makna furtulogi bagi bangsa Indonesia. Lagu ini saya pandang dari segi furtologi mengandung makna sebagai berikut :
Lir -ilir lir- ilir
Lir ilir artinya “bangun-bangun”, maksudnya orang ronda malam membangunkan warganya dengan seruan lir-lir, seperti lir mbah…, lir pak…, lir bu..., lir dik…, lir kang…, lir yu… dan sebagainya. Maknanya supaya kita terbangun dari lelapnya tidur dan disuruh bangun dari tempat tidurnya agar meneliti kalau-kalau ada pencuri masuk atau orang berbuat jahat. Makna secara luas ditujukan kepada bangsa Indonesia, maksudnya “bangun-bangunlah” Bangsa Indonesia, telitilah apakah ada orang mencuri aset-aset bangsa? Apakah ada orang menguasai aset-aset bangsa? Apakah ada orang menjual aset-aset bangsa? Apakah ada orang menggadaikan aset-aset bangsa? Maka kalau jawabnya ya para leluhur mengingatkan agar bangsa Indonesia bangkit dari tidurnya dan jangan mau dininabobokkan lagi. Kerena kalau tidur terus aset-aset bangsa akan selamanya kuasai oleh fihak asing.
Tandure wus mumilir tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar.
Indonesia merdeka itu kalau dihitung umur telah menjadi orang dewasa bahkan sudah menjadi kakek-kakek karena sudah 65 tahun. Diibaratkan menanam tanaman padi, pohonnya sudah tumbuh tinggi dan daunnya tumbuh dengan lebatnya, sehingga ketika tertiup angin para petani merasakan adanya hawa sejuk semilir menerpa. Juga menunjukan bahwa tanaman padi yang menghijau sudah hampir berbunga dan berbuah.
Diibaratkan seperti penganten baru sebentar lagi punya anak dan harapan bapak dan ibunya segera punya cucu, harapan petani segera tanaman itu berbunga lantas dipanen. Maknanya Negara Indonesia sudah saatnya segera menjadi bangsa yang adil dan makmur, karena Negara Indonesia sudah 65 tahun. Mestinya sudah adil dan makmur. Apakah hal itu akan terjadi? Wallahu alam, tergantung rakyat Indonesia sendiri, apakah peka atau tidak akan isyarat tanda jaman!
Cah angon-cah angon penekno Blimbing kuwi luyu-luyu penekno kanggo mbasuh dodot tiro
Maknanya cah angon merupakan sebutan anak yang menjadi utusan para leluhur, kalau Sri Prabu Jayabaya menyebutnya Satriyo pinandito, meskipun orang desa kalau di pingit oleh Tuhan mengerti akan masalah Negara. Kalau menurut Sri Prabu Jayabaya satriyo itu mumpuni sakabehing ilmu. Penekno artinya disuruh mengambilkan barang yang masih ada diatas pohon. Sedang Blimbing kuwi artinya bahwa blimbing itu lingirnya lima maknanya adalah Pancasila. Artinya secara budaya disuruh mengambilkan makna Pancasila. Sementara ini Pancasila masih dalam wacana. Secara spiritual untuk mengambil Mustika Pancasila yang masih ada dilangit.
Lunyu-lunyu penekno artinya meskipun licin harus tetap diambil. Kanggo mbasuh artinya untuk membersihkan, dodot tiro artinya jarik atau pakaian ibu, simbul Wilayah Ibu Pertiwi. Maknanya menyuruh penggembala mengambilkan makna Pancasila dan Mustika Pancasila yang masih dalam wacana dan masih berada di langit meskipun licin. “Panjatlah” untuk membersihkan Ibu Pertiwi. Maksudnya apa?! Pancasila masih di langit maksudnya, dahulu Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Eka, Tan Hana Dharma Mangrua yang ditulis oleh Empu Tantular dalam karya sastranya yang berjudul Sota Soma, sudah dijalankan oleh Kerajaan Majapahit sehingga Majapahit menjadi besar.
Kemudian pada tahun 1400 saka Majapahit hancur. Majapahit hancur secara cultural hilanglah makna Pancasila dari wilayah Majapahit. Secara budaya hilanglah kesejahteraan rakyat sampai sekarang. Dan secara spiritual hilanglah Mustika Pancasila. Ibarat pusaka, secara spiritual hilang Ruh Pancasila. Berangkat dari itu Ibu pertiwi mulai tercabik-cabik, sakit dan merana hingga sekarang ini.
Dalam bahasa spiritual anak gembala disuruh memanjatkan Mustika Pancasila atau ruh Pancasila, untuk membasuh ibu pertiwi. Mengapa ibu pertiwi harus di basuh? Karena Ibu Pertiwi terkena kotoran dari tangan, kaki dan otak “Dosomuka” (Matrealisme, kapitalisme, liberalisme, imperlisme, feodalisme, matrealistik, kapitalistik, liberalistik, imperalistik, Feodalistik).
Kurun waktu yang sekian lama Pancasila belum menjadi Dasar Negara yang sesungguhnya, juga belum menjadi dasar kehidupan, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena masih dijajah oleh Dosomuka. Maka Cah Angon disuruh untuk menurunkan Mustika Pancasila dan makna Pancasila agar menjadi pembersih Negara dari kotoran. Agar Pancasila benar-benar menjadi dasar kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. NKRI tidak dikuasai oleh Dosomuka.
Dodot tiro dodot tiro kumitir bedahing pinggir dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Dodot tiro-dodot tiro merupakan wilayah ibu pertiwi, kumitir bedahing pinggir artinya Wilayah Indonesia itu sudah mulai bedah pinggirnya, seperti hilangnya Timor Timur dari pangkuan NKRI dan pulau Ligitan-Sipadan. Kondisi sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang digambarkan oleh para lelulur. Dondomono jlumatono artinya disuruh menjahit dan menelisih. Artinya Cah Angon diamanatkan untuk mengemban NKRI agar tetap utuh. Kanggo sebo mengko sore artinya untuk menuju Indonesia Raya.
Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane
Hanya Cah Angon yang mengerti kapan dia akan muncul. Namun yang jelas setelah tanda-tanda jaman terpenuhi, antara lain; kali ilang kedunge artinya “pedangkalan makna”, artinya jaman semua serba praktis, prahmatis, dokmatis, instan, inginnya semua lewat jalur yang mudah dalam berbagai mekanisme kehidupan. Bahkan semua makanan sudah dibuat instan. Pasar ilang kumandange artinya pasar sudah tidak ada transaksi lagi atau tawar menawar. Semakin banyaknya pasar modern seperti mall dan super market, semakin tergusur pasar tradisional. Wong wadon ilang wirange artinya perempuan hilang rasa malunya, seperti kasus Luna Maya dan Cut Tari bisa dikatakan sebagai penggenap akan tanda-tanda jaman. Dan kasus tersebut merupakan puncaknya wong wadon ilang wirange karena dilihat berjuta-juta orang.
Yo surako surak hiyo
Maknanya jika rakyat nanti menerima kedatangan Cah Angon semua akan bergembira karena jalan kebenaran sudah datang pada Bangsa Indonesia. Jika menolak kedatangannya, Wallahu alam, karena digambarkan memang licin atau susah sekali. Kedatangan Pembaharu biasanya tidak disukai sebab akan merubah sistem yang otomatis merubah kemapanan.
Demikian makna lagu Ilir-ilir yang saya sampaikan ditinjau dari makna furturlogi. Kita tunggu bagaimana jantrane jagat dan babare lelakon nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU