Walisongo
Tapak Jejak "SUNAN BONANG" (Walisongo Periode KETIGA)
Tapak Jejak "WALISONGO" (Walisongo Periode Ketiga)
Makam Cungkup Petilasan SUNAN BONANG
"Sayyid Ibrahim Al-Huseini" di Pulau Bawean
Lokasi ketiga adalah makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean.
Ketika kami melacak ke pulau terpencil antara Jawa dan Kalimantan tersebut, terdapat dua makam Sunan Bonang di tepi pantai - dan tiada cara untuk memastikan mana yang lebih masuk akal, meski untuk sekadar "dikira" sebagai makam Sunan Bonang.
Danau Kastoba
Kastoba, terdapat sebuah desa pesisir yang bernama Tambak. Desa ini terletak di wilayah administrasi Kecamatan Tambak, dan merupakan pusat kota kecamatan. Desa ini memiliki lima buah dusun, yaitu Tambak Kramat, Tambak Barat, Tambak Tengah, Tambak Timur, dan Tambak Gunung.
TItik pusat desa berada pada Dusun Tambak Tengah. Lebih dari 50% wilayah Desa Tambak adalah pesisir, dan sisanya merupakan perbukitan. Desa Tambak Kramat, Tambak Barat, Tambak Tengah, dan Tambak Timur merupakan pedusunan pesisir yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga hampir keseluruhan warganya berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan, wilayah Dusun Tambak Gunung berada di daerah perbukitan yang tanahnya cocok untuk kegiatan bercocok tanam, sehingga mayoritas warganya bekerja sebagai petani.
Salah satu makam memang tampak lebih terurus, karena dibuatkan "rumah" dan diberi
kelambu - sedang makam satunya masih harus bersaing pengakuan dengan spekulasi lain bahwa itu sebenarnya makam seorang pelaut dari Sulawesi yang kapalnya karam di sekitar Bawean.
Dengan begitu, sudah terdapat tiga situs yang disebut sebagai makam Sunan Bonang. Tentang makam di Bawean terdapat legenda yang bisa diikuti dari Islamisasi di Jawa: Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad (2000) karya Ridin Sofwan, Wasit, dan
Mundiri.
Konon setelah Sunan Bonang wafat di Bawean, murid-muridnya di Tuban menghendaki agar Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, tetapi para santri di Bawean berpendapat sebaiknya dimakamkan di Bawean saja, mengingat lamanya perjalanan menyeberangi laut. Syahdan, para
penjaga jenazah di Bawean telah disirep (ditidurkan dengan mantra) oleh mereka yang datang Bawean telah disirep (ditidurkan dengan mantra) oleh mereka yang datangmalam hari dari Tuban.
Legenda Terjadinya Danau Kastoba (Pulau Bawean)
Dikisahkan betapa kuburan dibongkar {versi lain, dalam Misteri Syekh Siti Jenar: Peranan Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa (2004) karya Hasanu Simon, jenazah masih di tengah ruangan dan jenazah dibawa berlayar ke Tuban malam itu juga, untuk dimakamkan di dekat astana mesjid Sunan Bonang.
Meskipun begitu, menurut para santri Bawean, yang berhasil dibawa ke Tuban sebetulnya hanyalah salah satu kain kafan; sebaliknya menurut para santri Tuban, yang terkubur di Bawean juga hanyalah salah satu kain kafan. Terjadinya Danau Kastoba (Legenda) Alkisah, pada zaman dahulu, Pulau Bawean masih bernama Pulau Majeti.
Di tengah-tengah Pulau Majeti terdapat pohon besar dan anggun, tetapi rindang sehingga kalau seseorang berdiri di bawahnya akan dapat menjangkau sebagian daun pohon tersebut. Kala itu Pulau Majeti diperintah oleh Ratu jin yang berwibawa. Semua mahluk di daerah kekuasaanya tunduk kepadanya, baik mahluk halus maupun mahluk kasar.
Ratu jin di Pulau Majeti sangat termashur dan dikenal oleh Ratu-Ratu jin yang lain di Nusantara, ini karena di daerah kekuasaan Ratu Jin Majeti terdapat "pohon sakti" yg tdk dimiliki oleh ratu jin lain di mana pun di kepulauan Nusantara ini.
Yang tiada lain adalah pohon besar dan rindang ditengah Pulau Majeti itu. Karenanya dalam waktu tertentu, Ratu jin selalu mengubah kebijaksanaanya demi menyelamatkan pohon tersebut. Ratu juga ingin sekali melestarikan pohon kebanggaanya itu. Maka dipanggillah beberapa jin pengawal kerajaan. "wahai pengawalku!" "Ya Ratu!" "Coba kau jemput burung gagak jantan yg sedang berada di Pantai Ria, Desa Dekat Agung dan burung gagak betina yg ada di Pantai Mayangkara, Desa Ponggo!" "Hamba laksanakan Ratu!." Demikian jawab pengawal kerajaan sembari menundukkan tubuhnya dan terus berangkat untuk memanggil ke dua burung gagak tersebut.
Setelah keduanya datang menghadap Ratu, maka sang Sang Ratu jin berkata... "Hai, Gagak! kamu berdua akan mendapat tugas baru yg berat, tetapi sangat mulia! bersediakah engkau?" "Dengan senang hati, Ratu" sembah kedua gagk itu. "Bagus. Memang hanya engkaulah yg dpt mlksanakan amanat ini. Apalagi selama ini kalian telah mengerjakan tugas-tugas kerajaan dengan sangat baik n berhasil" "Tugas gerangan apakah itu, Ratu?" tanya kedua gagak itu. "Begini. Engkau berdua sudah waktunya untuk mengetahui keadaan ini, karena engkau telah menjadi pegawai kerajaan berjabatan tinggi. Tapi, sebelumnya saya ingatkan janganlah kalian membocorkan "rahasia kerajaan" ini." titah Ratu penuh harap, kemudian melanjutkan. "Kerajaan kita mempunyai pohon istimewa yg terdapat ditengah-tengah pulau ini. Berkat pohon itulah kerajaan kita termashur dan disegani oleh kerajaan lainya. Segala bagian pohon itu amat berguna bagi kehidupan!" "oh ya?" sambung kedua gagak itu. "Akarnya, batangnya, dan rantingnya sebagai tumbal bencana alam, dan bahaya lain.
Sehelai daunnya saja, bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan sgt ampuh daya sembuhnya. Bunganya juga dapat untuk kekebalan pemiliknya" "Hai, sakti amat!" "Nah, kewajibanmu sekarang adalah menjaga pohon itu serta bagianya. Berjagalah dengan disiplin atas segala gangguan dan ancaman,baik dari luar atau dari dalam kerajaan. waspadalah selalu ke udara,ke laut atau ke darat. Jika ada mahluk asing yg mencurigakan, segeralah hubungi dan lapor pd penjaga istana" Kedua pohon gagak itu tidak menjawab, hanya memperhatikan dengan seksama instruksi-instruksi Ratunya. Betapa berat tugas yg dipikulnya. Namun mereka cukup bangga karena mendapat kepercayaan dan kehormatan dari Tuannya.
Hingga pada suatu hari, burung gagak menjumpai seorang pemuda buta yang sedang tertatih-tatih dan berusaha mencari obat demi kesembuhan kesua matanya. Melihat hal yang demikian sang gagak merasa iba dan kasihan kepada pemuda tersebut dan melanggar janji mereka kepada ratu jin. "wahai pemuda buta, ambil daun pohon besar ini dan usapkan ke kedua matamu yang buta. Maka kau akan dapat melihat lagi", kata gagak kepada pemuda buta tersebut. Akhirnya pemuda itu mnuruti perinah si gagak dan pemuda itu langsung sembuh, kedua matanya dapat melihat secara normal.
Ratu jin mendengar berita tersebut kemudian marah lalu mencabut pohon besar dan sakti yang berada di tengah-tengah Pulau bawean itu. Bekas dari cabutan pohon besar itulah kemudian menjadi sumber dan membentuk danau. Hingga saat ini danau itu masih asri, rindang dan tentunya masih ada kesan mistisnya. Danau itu terkenal dengan sebutan Danau Kastoba
Makam Cungkup Petilasan SUNAN BONANG
"Sayyid Ibrahim Al-Huseini" di Pulau Bawean
Lokasi ketiga adalah makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean.
Ketika kami melacak ke pulau terpencil antara Jawa dan Kalimantan tersebut, terdapat dua makam Sunan Bonang di tepi pantai - dan tiada cara untuk memastikan mana yang lebih masuk akal, meski untuk sekadar "dikira" sebagai makam Sunan Bonang.
Makam Sunan Bonang di kampung Tegal Gubuk(Barat Tambak Bawean)
Kastoba, terdapat sebuah desa pesisir yang bernama Tambak. Desa ini terletak di wilayah administrasi Kecamatan Tambak, dan merupakan pusat kota kecamatan. Desa ini memiliki lima buah dusun, yaitu Tambak Kramat, Tambak Barat, Tambak Tengah, Tambak Timur, dan Tambak Gunung.
TItik pusat desa berada pada Dusun Tambak Tengah. Lebih dari 50% wilayah Desa Tambak adalah pesisir, dan sisanya merupakan perbukitan. Desa Tambak Kramat, Tambak Barat, Tambak Tengah, dan Tambak Timur merupakan pedusunan pesisir yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga hampir keseluruhan warganya berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan, wilayah Dusun Tambak Gunung berada di daerah perbukitan yang tanahnya cocok untuk kegiatan bercocok tanam, sehingga mayoritas warganya bekerja sebagai petani.
Salah satu makam memang tampak lebih terurus, karena dibuatkan "rumah" dan diberi
kelambu - sedang makam satunya masih harus bersaing pengakuan dengan spekulasi lain bahwa itu sebenarnya makam seorang pelaut dari Sulawesi yang kapalnya karam di sekitar Bawean.
Dengan begitu, sudah terdapat tiga situs yang disebut sebagai makam Sunan Bonang. Tentang makam di Bawean terdapat legenda yang bisa diikuti dari Islamisasi di Jawa: Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad (2000) karya Ridin Sofwan, Wasit, dan
Mundiri.
Konon setelah Sunan Bonang wafat di Bawean, murid-muridnya di Tuban menghendaki agar Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, tetapi para santri di Bawean berpendapat sebaiknya dimakamkan di Bawean saja, mengingat lamanya perjalanan menyeberangi laut. Syahdan, para
penjaga jenazah di Bawean telah disirep (ditidurkan dengan mantra) oleh mereka yang datang Bawean telah disirep (ditidurkan dengan mantra) oleh mereka yang datangmalam hari dari Tuban.
Legenda Terjadinya Danau Kastoba (Pulau Bawean)
Dikisahkan betapa kuburan dibongkar {versi lain, dalam Misteri Syekh Siti Jenar: Peranan Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa (2004) karya Hasanu Simon, jenazah masih di tengah ruangan dan jenazah dibawa berlayar ke Tuban malam itu juga, untuk dimakamkan di dekat astana mesjid Sunan Bonang.
Meskipun begitu, menurut para santri Bawean, yang berhasil dibawa ke Tuban sebetulnya hanyalah salah satu kain kafan; sebaliknya menurut para santri Tuban, yang terkubur di Bawean juga hanyalah salah satu kain kafan. Terjadinya Danau Kastoba (Legenda) Alkisah, pada zaman dahulu, Pulau Bawean masih bernama Pulau Majeti.
Yang tiada lain adalah pohon besar dan rindang ditengah Pulau Majeti itu. Karenanya dalam waktu tertentu, Ratu jin selalu mengubah kebijaksanaanya demi menyelamatkan pohon tersebut. Ratu juga ingin sekali melestarikan pohon kebanggaanya itu. Maka dipanggillah beberapa jin pengawal kerajaan. "wahai pengawalku!" "Ya Ratu!" "Coba kau jemput burung gagak jantan yg sedang berada di Pantai Ria, Desa Dekat Agung dan burung gagak betina yg ada di Pantai Mayangkara, Desa Ponggo!" "Hamba laksanakan Ratu!." Demikian jawab pengawal kerajaan sembari menundukkan tubuhnya dan terus berangkat untuk memanggil ke dua burung gagak tersebut.
Setelah keduanya datang menghadap Ratu, maka sang Sang Ratu jin berkata... "Hai, Gagak! kamu berdua akan mendapat tugas baru yg berat, tetapi sangat mulia! bersediakah engkau?" "Dengan senang hati, Ratu" sembah kedua gagk itu. "Bagus. Memang hanya engkaulah yg dpt mlksanakan amanat ini. Apalagi selama ini kalian telah mengerjakan tugas-tugas kerajaan dengan sangat baik n berhasil" "Tugas gerangan apakah itu, Ratu?" tanya kedua gagak itu. "Begini. Engkau berdua sudah waktunya untuk mengetahui keadaan ini, karena engkau telah menjadi pegawai kerajaan berjabatan tinggi. Tapi, sebelumnya saya ingatkan janganlah kalian membocorkan "rahasia kerajaan" ini." titah Ratu penuh harap, kemudian melanjutkan. "Kerajaan kita mempunyai pohon istimewa yg terdapat ditengah-tengah pulau ini. Berkat pohon itulah kerajaan kita termashur dan disegani oleh kerajaan lainya. Segala bagian pohon itu amat berguna bagi kehidupan!" "oh ya?" sambung kedua gagak itu. "Akarnya, batangnya, dan rantingnya sebagai tumbal bencana alam, dan bahaya lain.
Sehelai daunnya saja, bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan sgt ampuh daya sembuhnya. Bunganya juga dapat untuk kekebalan pemiliknya" "Hai, sakti amat!" "Nah, kewajibanmu sekarang adalah menjaga pohon itu serta bagianya. Berjagalah dengan disiplin atas segala gangguan dan ancaman,baik dari luar atau dari dalam kerajaan. waspadalah selalu ke udara,ke laut atau ke darat. Jika ada mahluk asing yg mencurigakan, segeralah hubungi dan lapor pd penjaga istana" Kedua pohon gagak itu tidak menjawab, hanya memperhatikan dengan seksama instruksi-instruksi Ratunya. Betapa berat tugas yg dipikulnya. Namun mereka cukup bangga karena mendapat kepercayaan dan kehormatan dari Tuannya.
Hingga pada suatu hari, burung gagak menjumpai seorang pemuda buta yang sedang tertatih-tatih dan berusaha mencari obat demi kesembuhan kesua matanya. Melihat hal yang demikian sang gagak merasa iba dan kasihan kepada pemuda tersebut dan melanggar janji mereka kepada ratu jin. "wahai pemuda buta, ambil daun pohon besar ini dan usapkan ke kedua matamu yang buta. Maka kau akan dapat melihat lagi", kata gagak kepada pemuda buta tersebut. Akhirnya pemuda itu mnuruti perinah si gagak dan pemuda itu langsung sembuh, kedua matanya dapat melihat secara normal.
Ratu jin mendengar berita tersebut kemudian marah lalu mencabut pohon besar dan sakti yang berada di tengah-tengah Pulau bawean itu. Bekas dari cabutan pohon besar itulah kemudian menjadi sumber dan membentuk danau. Hingga saat ini danau itu masih asri, rindang dan tentunya masih ada kesan mistisnya. Danau itu terkenal dengan sebutan Danau Kastoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU