Buah Langka
"Pohon Kawis/Kawista"
Tanaman Khas Rembang
"Pohon Kawis/Kawista"
Kawis alias kawista (Limonia acidissima), nama buah unik yang mungkin jarang diketahui oleh orang. Buah yang khas dengan aroma yang menusuk hidung dan warna daging buah yang coklat kehitaman. Bahkan apabila kita mendapatkan kawis yang benar-benar telah matang, warna daging buahnya akan hitam kelam.
Menurut Wikipedia, kawis termasuk pohon yang tahan banting. Buah Kawis mampu hidup di daerah dengan curah hujan rendah alias lahan kering, selain itu mampu bertahan pada tanah dengan salinitas yang tinggi. kawis juga dapat dimanfaatkan sebagai batang bawah dalam okulasi tanaman jeruk. Okulasi ini menghasilkan Kajer alias kawis jeruk.
Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.
Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk, namun mempengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai “kajer” (dari “kawista” dan “jeruk”) dan bisa ditemui di Galis, Madura. Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista. Orang Jawa menyebutnya kawis.
Menurut Sentra Informasi Iptek, Setiap 100 g bagian daging buah yang dapat dimakan mengandung: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, 7,5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Dalam 100 g bagian biji yang dapat dimakan terkandung: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, 3 5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Daging buah yang kering mengandung 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam-asam kalium, kalsium, dan besi. Kayu kawista berwarna putih kekuningan, keras, agak berat, dan berserat kasar, tetapi urat kayunya rapat dan dapat dipolis sampai berkilap.
Ciri-ciri pohon Kawista
Pohon Kawista (Kawis) menyukai daerah kering. Batangnya relatif kecil dan bisa mencapai tinggi hingga 12 meter dengan cabang dan ranting yang ramping, serta memiliki kebiasaan meluruhkan daunnya.
Cabang pohon Kawista (Limonia acidissima) biasanya ditumbuhi duri. Daunnya majemuk berukuran panjang hingga 12 centimeter, dan anak daunnya berhadapan, dua sampai tiga pasang.
Bunga Kawista biasanya bergerombol dengan warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau terletak di ujung ranting. Buah Kawista berbentuk bulat, berkulit keras dan bersisik, dan berwarna coklat putih. Daging buahnya berbau harum berwarna coklat kehitaman. Buah Kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya.
Karena kulit buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak.
Masyarakat Rembang tentu mengenal buah karena banyak terdapat pohon kawis di pekarangan rumah-rumah. Pohonnya tumbuh tinggi menjulang, bahkan kelewat tinggi. Pohon ini kebanyakan tumbuh liar, tetapi ada juga yang membudidayakan kawis. Sehingga sekarang sudah mulai dikenal di berbagai daerah di luar rembang.
Habitat dan Penyebaran Kawista
Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl. Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Buah ini bisa diklaim sebagai buah asli Rembang, Jawa Tengah. Entah benar atau tidak, namun sangat wajar apabila buah ini bisa menyebar hingga ke daerah sekitarnya di pesisir utara Jawa seperti Pati dan Tuban.
Bagaimana cara memanen kawis? Sabar kuncinya. Kenapa? Buah yang siap konsumsi adalah buah yang telah benar-benar masak. Tanda buah yang telah masak sempurna adalah telah jatuh dari pohonnya. Ingat, syarat “telah jatuh dari pohonnya” adalah dengan cara alami. Jatuh dari ketinggian tidak berarti akan menurunkan kualitas buah ini. Kulit buah yang sangat keras membuat kawis tetap aman mendarat ke permukaan bumi.
Bagaimanakah pemanfaatan
buah Kawista ini?
Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum. Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.
Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.
Bagaimana cara menikmatinya? Gampang saja!
Ambil buah kawis, pegang erat, sempatkan menghirup aroma khas buah ini dengan mendekatkan pangkal buah ke hidung anda. Hirup dalam-dalam… Ahhh…
Setelah puas dengan aroma terapi kawis, segera cari permukaan lantai yang keras dan bersih. Dengan gerakan lambat namun bertenaga, hantamkan buah kawis ke lantai hingga terbelah menjadi dua bagian. Prakkk…. Hmmmm… Coklat kehitaman bahkan mungkin hitam legam daging buah kawis akan membelalakkan mata. Daging buah bercampur dengan sedikit biji dan serat daging siap untuk kita santap.
Untuk menambah sensasi rasa, biasanya saya menambahkan gula pasir beberapa sendok. Ya, tinggal kita aduk rata daging buah tersebut dengan gula pasir. Gak usah memakai piring! Lebih alami apabila makan langsung dari batok kulit buah kawis ituh.
Bagaimana dengan bijinya? Tekstur biji yang tidak keras, memungkinkan kita untuk mengunyahnya bersama dengan daging buah dan juga serat yang ada. Tidak ada rasa pahit sama sekali.
Habitat dan Penyebaran Kawista. Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl.
Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Pemanfaatan Kawista. Di Indonesia pohon Kawista belum banyak dibudidayakan dan sekedar tumbuh alami secara liar di pekarangan dan kebun. Padahal dibeberapa negara seperti Sri Lanka, Kawista telah dibudidayakan bahkan buah Kawista yang diolah menjadi menjadi krim kawista menjadi salah satu komoditas eksport.
Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum.
Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.
Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita. Sri Langka saja mampu mengekspor buah ini kenapa kita tidak?
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Sapindales; Famili: Rutaceae; Genus: Limonia; Spesies: Limonia acidissima; Nama binomial Limonia acidissima
COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi.
Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini. ‘Rasa menggigit pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,’ kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten. Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita.
"Pohon Kawis/Kawista"
Menurut Wikipedia, kawis termasuk pohon yang tahan banting. Buah Kawis mampu hidup di daerah dengan curah hujan rendah alias lahan kering, selain itu mampu bertahan pada tanah dengan salinitas yang tinggi. kawis juga dapat dimanfaatkan sebagai batang bawah dalam okulasi tanaman jeruk. Okulasi ini menghasilkan Kajer alias kawis jeruk.
Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.
Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk, namun mempengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai “kajer” (dari “kawista” dan “jeruk”) dan bisa ditemui di Galis, Madura. Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista. Orang Jawa menyebutnya kawis.
Menurut Sentra Informasi Iptek, Setiap 100 g bagian daging buah yang dapat dimakan mengandung: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, 7,5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Dalam 100 g bagian biji yang dapat dimakan terkandung: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, 3 5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Daging buah yang kering mengandung 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam-asam kalium, kalsium, dan besi. Kayu kawista berwarna putih kekuningan, keras, agak berat, dan berserat kasar, tetapi urat kayunya rapat dan dapat dipolis sampai berkilap.
Pohon Kawista (Kawis) menyukai daerah kering. Batangnya relatif kecil dan bisa mencapai tinggi hingga 12 meter dengan cabang dan ranting yang ramping, serta memiliki kebiasaan meluruhkan daunnya.
Cabang pohon Kawista (Limonia acidissima) biasanya ditumbuhi duri. Daunnya majemuk berukuran panjang hingga 12 centimeter, dan anak daunnya berhadapan, dua sampai tiga pasang.
Bunga Kawista biasanya bergerombol dengan warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau terletak di ujung ranting. Buah Kawista berbentuk bulat, berkulit keras dan bersisik, dan berwarna coklat putih. Daging buahnya berbau harum berwarna coklat kehitaman. Buah Kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya.
Karena kulit buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak.
Masyarakat Rembang tentu mengenal buah karena banyak terdapat pohon kawis di pekarangan rumah-rumah. Pohonnya tumbuh tinggi menjulang, bahkan kelewat tinggi. Pohon ini kebanyakan tumbuh liar, tetapi ada juga yang membudidayakan kawis. Sehingga sekarang sudah mulai dikenal di berbagai daerah di luar rembang.
Habitat dan Penyebaran Kawista
Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl. Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Buah ini bisa diklaim sebagai buah asli Rembang, Jawa Tengah. Entah benar atau tidak, namun sangat wajar apabila buah ini bisa menyebar hingga ke daerah sekitarnya di pesisir utara Jawa seperti Pati dan Tuban.
Bagaimana cara memanen kawis? Sabar kuncinya. Kenapa? Buah yang siap konsumsi adalah buah yang telah benar-benar masak. Tanda buah yang telah masak sempurna adalah telah jatuh dari pohonnya. Ingat, syarat “telah jatuh dari pohonnya” adalah dengan cara alami. Jatuh dari ketinggian tidak berarti akan menurunkan kualitas buah ini. Kulit buah yang sangat keras membuat kawis tetap aman mendarat ke permukaan bumi.
buah Kawista ini?
Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum. Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.
Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.
Bagaimana cara menikmatinya? Gampang saja!
Ambil buah kawis, pegang erat, sempatkan menghirup aroma khas buah ini dengan mendekatkan pangkal buah ke hidung anda. Hirup dalam-dalam… Ahhh…
Setelah puas dengan aroma terapi kawis, segera cari permukaan lantai yang keras dan bersih. Dengan gerakan lambat namun bertenaga, hantamkan buah kawis ke lantai hingga terbelah menjadi dua bagian. Prakkk…. Hmmmm… Coklat kehitaman bahkan mungkin hitam legam daging buah kawis akan membelalakkan mata. Daging buah bercampur dengan sedikit biji dan serat daging siap untuk kita santap.
Untuk menambah sensasi rasa, biasanya saya menambahkan gula pasir beberapa sendok. Ya, tinggal kita aduk rata daging buah tersebut dengan gula pasir. Gak usah memakai piring! Lebih alami apabila makan langsung dari batok kulit buah kawis ituh.
Bagaimana dengan bijinya? Tekstur biji yang tidak keras, memungkinkan kita untuk mengunyahnya bersama dengan daging buah dan juga serat yang ada. Tidak ada rasa pahit sama sekali.
Habitat dan Penyebaran Kawista. Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl.
Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Pemanfaatan Kawista. Di Indonesia pohon Kawista belum banyak dibudidayakan dan sekedar tumbuh alami secara liar di pekarangan dan kebun. Padahal dibeberapa negara seperti Sri Lanka, Kawista telah dibudidayakan bahkan buah Kawista yang diolah menjadi menjadi krim kawista menjadi salah satu komoditas eksport.
Buah Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum.
Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.
Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita. Sri Langka saja mampu mengekspor buah ini kenapa kita tidak?
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Sapindales; Famili: Rutaceae; Genus: Limonia; Spesies: Limonia acidissima; Nama binomial Limonia acidissima
COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi.
Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini. ‘Rasa menggigit pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,’ kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten. Sayangnya tidak banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Kawista. Pohon dan buah Kawista ini memang kalah populer dengan aneka buah lainnya, tetapi bukankah ini juga termasuk salah satu kekayaan yang menunggu eksplorasi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU