Laman

Sabtu, 22 Februari 2014

Sunan Kudus Syekh Maulana Ja’far Shoddiq, Waliyyul Ilmi & Ulama Ahli Nasabnya Walisongo

Tapak Jejak Walisongo 

Sunan Kudus Syekh Maulana Ja’far Shoddiq, Waliyyul Ilmi & Ulama Ahli Nasabnya Walisongo

Gelar Azmatkhan diberikan karena ia keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, yaitu seorang sayyid yang lahir di Tarim, Hadramaut, dan kemudian menjadi raja di India. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah leluhur Walisongo.

Dalam sejarah Kesultanan Demak khususnya keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan yang adipatinya Pangeran Aria Penangsang Azmatkhan, orang yang paling didengar dan dipatuhi kata-katanya adalah Sunan Kudus, 

Bukan itu saja hubungan itu diperkuat dengan adanya putri Sunan Kudus  yang menikah dengan Pangeran Arya Penangsang, Kedekatan mereka memang sangat terkenal, sehingga tidak heran saking dekatnya mereka, ketika fitnah melanda cucu Raden Fattah tersebut, nama Sunan Kudus ikut ikutan diseret, padahal Sunan Kudus dan muridnya itu justru berusaha menghindari adanya konflik konflik di Kesultanan tersebut. 

Dan orang yang paling berjasa dalam menyelamatkan keturunan cucu Raden Fattah tersebut adalah Sunan Kudus. Melalui nasehat beliaulah akhirnya cucu Raden Fattah (Pangeran Arya Penangsang)  tersebut hijrah kenegeri Sumatra Selatan demi menghindari perang saudara dan fitnah yang melanda keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan tersebut. 

Dan walaupun keduanya sudah terpisah lokasi, namun ternyata hubungan kekeluargaan tetap terjalin. Sekalipun sejarah berkata lain tentang nasib Aria Penangsang yang dikatakan tewas, namun fakta sesungguhnya bahwa keturunan Aria Penangsang tetap masih lestari, itu karena jasa Sunan Kudus dan keluarga besarnya. 

Sunan Kudus adalah salah satu wali yang paling menonjol dalam jajaran walisongo. Nama besar beliau ini bahkan pernah menggetarkan Syarif Mekkah pada masanya. Dengan doanya Sunan Kudus wabah penyakit yang sedang melanda Mekkah pada masa itu berhasil disembuhkan, padahal sebelumnya Syarif Mekkah tersebut tidak terlalu menganggap jati diri seorang Sunan Kudus, namun berkat keikhlasan doa beliau akhirnya wabah tersebut lenyap. Sunan Kudus disamping sebagai seorang ulama, beliau juga terkenal ahli dalam ilmu filsafat, tatanegara, keperwiraan (militer) bahkan puisi. Itu masih ditambah dengan kealimannya dalam ilmu Tauhid, Ushuluddin, Mantiq dan Fiqh, sehingga dengan kemampuannya yang nyaris sempurna dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ini, gelar WALIYUL ILMI disematkan padanya. Gelar itu juga merujuk pada kecerdikannya dalam berdakwah, ketika beliau berhasil menarik umat Hindu dan Budha ke dalam Islam tanpa paksaan. Inilah yang disebut para ahli sejarah islam sebagai jejak penting warisan Sunan Kudus dalam bidang toleransi sosial.

Namun dibalik kemampuan beliau dalam berbagai disiplin ilmu baik agama maupun yang umum, tidak banyak yang tahu jika beliau sesungguhnya juga seorang ulama ahli nasab yang mumpuni dan ini kelak diturunkan kepada keturunannya, tidak heran banyak keturunan Sunan Kudus disamping alim sebagai ulama, kemampuan ilmu nasab mereka sangat luar biasa. 

Gelar waliyul Ilmi pada Sunan Kudus sebenarnya sudah mengisyaratkan itu. Sunan Kudus adalah Naqib Nasab pada masa walisongo khususnya Nasab keluarga besar walisongo. Bukan saja itu nasab-nasab lainpun beliau kuasai dengan baik. 

Jadi tidak benar jika penjagaan nasab tidak dilakukan keluarga besar walisongo. Sejak masa walisongo, Sunan Kudus sudah melakukan itu, bahkan tugas penjagaan nasab itu dilakukan itu bukan saja dari masa sunan kudus namun itu sudah dilakukan sejak masa Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan leluhur walisongo. 

Kenapa demikian? Karena catatan Sanad Ilmu Nasab Sunan Kudus bermuara kepada Sayyid Abdul Malik kemudian dilanjutkan kepada ayahnya Imam Alwi Ammul Faqih dan terus sampai ke Rasulullah SAW. 

Semua nasab-nasab keluarga besar walisongo Sunan Kuduslah yang memelihara, menjaga, meneliti, mencatat dan sudah tentu mentahqib lalu mensyahkannya, sehingga dengan fungsinya sebagai Naqib maka banyaklah yang selamat nasab-nasab keluarga besar walisongo. 

Keluarga walisongo memang mempunyai catatan nasab masing masing, namun demikian dari masing-masing keluarga walisongo itu terkumpul menjadi satu di tangan Sunan Kudus. Untuk menjadi seorang ahli nasab seperti Sunan Kudus tidaklah semua ulama bisa mencapainya. Oleh karena tidak perlu heran dengan kemampuannya yang kompleks itu beliau sampai sampai dijuluki WALIYUL ILMI.

Kemampuan Ilmu nasab Sunan Kudus pada perkembangan selanjutnya dilanjutkan kepada anaknya yaitu Sayyid Amir Hasan Azmatkhan dari Sayyid Amir Hasan terus dilanjutkan sampai generasi sekarang. Semua keturunan Sunan Kudus dari jalur Sayyid Amir Hasan Azmatkhan adalah ahli-ahli nasab yang saling sambung menyambung baik secara sanad ilmu, nasab darah dan sanad ilmu nasab. 

Salah satu keturunan Sunan Kudus yang sangat terkenal sebagai ahli nasab yang tidak banyak diketahui masyarakat umum (padahal ilmunya setara guru besar) adalah Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh yang hidup dari tahun 1899 Masehi sampai 1991 Masehi. 

Sayyid Bahruddin Azmatkhan adalah seorang pakar nasab yang Hafal Ribuan Nasab plus detailnya, Hafal Alquran dan Hafal Ribuan Hadist, beliau juga mursyid berbagai Thariqah. Beliau memang bertipikal tawadhu, tidak banyak orang tahu jika beliau adalah ulama ahli nasab. 

beliau juga murid dari Mbah Kholil Bangkalan yang juga sama sama keturunan SUNAN KUDUS. Bahkan Sayyid Bahruddin ini nasabnya lebih tua satu tingkat dari mbah kholil, sekalipun demikian secara keilmuan Sayyid Bahruddin tetap berguru dengan Mbah Kholil Bangkalan.

Sayyid Bahruddin ini melanjutkan perkembangan ilmu nasab yang telah dilakukan oleh datuk datuknya dengan mengadakan penelitian, penjagaan, pemeliharaan, pencatatan, pentahqiqan dan pengesahan nasab sejak dari tahun 1909 sampai wafatnya. 

Gerakan yang beliau lakukan jauh lebih awal daripada terbentuknya lembaga lembaga nasab yang ada dinegeri ini. Bahkan ayah dan kakek beliau juga tidak jauh beda dengan beliau ini gerakannya, bahkan gerakan keluarga besar Sunan Kudus tidak hanya Di Nusantara saja, mereka juga sudah merambah keluar Nusantara. 

Beliau banyak berkeliling keberbagai daerah untuk meneliti nasab, gerakan penelitian nasab dilakukan sepanjang hidupnya. Beliau melakukan tugas ini atas dasar keikhlasan demi terpeliharanya nasab nasab keluarga besar walisongo. Tidak ada yang membiayai kegiatan ini, semua murni karena panggilan jiwa dan keihklasan semata. Setelah beliau wafat, tugas tersebut kemudian diberikan tanggungj awabnya kepada cucunya yaitu As-Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam yaitu Assayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al Hafizh (Pangeran Penghulu Nata Agama). 

Dari mulai Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini tugas terus berlanjut sampai sekarang. Semua hal-hal yang berkaitan dengan walisongo diberikan kepada cucu tersayang dari Sayyid Bahruddin ini. 

Kedekatan Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini dengan kakeknya memang sangat kuat terjalin, dari kecil Syekh Mufti sudah dididik langsung oleh kakeknya baik dari berbagai ilmu agama dan sudah tentu gemblengan ilmu nasab dan juga Tariqah. Sayyid Bahruddin memang sangat mencintai cucu beliau ini, sehingga akhirnya tidak perlu heran jika ilmu yang beliau miliki menurun kepada Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam.

Semoga jasa keluarga besar Sunan Kudus dan keturunannya Allah ganjar dengan sebaik baiknya balasan. Amin…..
Wallahu A'lam Bisshowab....

  1. Nabi Muhammad menikah dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, wafat di Madinah 12 Rabiul Awwal 11 H, memiliki anak yaitu:
  2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra, menikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib, wafat di Madinah 634 M, memiliki anak yaitu:
  3. Al-Imam As-Sayyid Al-Husain, menikah dengan Syaharbanu putri Kaisar Yazdigird, kaisar terakhir Sasaniyah, Persia, wafat di Karbala Iraq 64 H/ 680 M, memiliki anak yaitu:
  4. Al-Imam As-Sayyid Ali Zainal Abidin, menikah dengan Syarifah Fathimah binti Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Wafat di Baqi Madinah 93 H/713 M, memiliki anak yaitu:
  5. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Al-Baqir, menikah dengan Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq, wafat di Baqi Madinah 114 H/731 M, memiliki anak yaitu:
  6. Al-Imam As-Sayyid Ja’far ash-Shadiq, menikah dengan Syarifah Fathimah binti Husain bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, wafat di Baqi Madinah 148 H/765 M, memiliki anak yaitu:
  7. Al-Imam As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, menikah dengan Ummu Walad, Wafat di Al-'Uraidh Madinah 210 H, memiliki anak yaitu:
  8. Al-Imam As-Sayyid Muhammad An-Naqib, menikah dengan Ummu Isa, wafat di Bashrah 243 H, memiliki anak yaitu:
  9. Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, menikah dengan Ummu Ahmad, wafat di Bashrah 298 H, memiliki anak yaitu:
  10. Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir, menikah dengan Zainab binti Abdullah bin Hasan bin Ali Al-Uraidhi, wafat di Hasys Yaman 345 H, memiliki anak yaitu:
  11. Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah, menikah dengan Ummul Banin binti Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi, wafat di Sumal Yaman 383 H, memiliki anak yaitu:
  12. Al-Imam As-Sayyid Alwi, menikah dengan Ummu Muhammad, wafat di Hadramaut Yaman 400 H, memiliki anak yaitu:
  13. Al-Imam As-Sayyid Muhammad, menikah dengan Ummu Alw, wafat di Bayt Jubair Yaman 446 H, memiliki anak yaitu:
  14. Al-Imam As-Sayyid Alwi, menikah dengan Ummu Ali, Wafat di Bayt Jubair Yaman 512 H, memiliki anak yaitu:
  15. Al-Imam As-Sayyid Ali Khali’ Qasam, menikah dengan Ummu Muhammad, Wafat di Tarim Yaman 529 H, memiliki anak yaitu:
  16. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, menikah dengan Ummu Banin, wafat di Marbath Oman 556 H, memiliki anak yaitu:
  17. Al-Imam As-Sayyid Alwi Ammil Faqih, menikah dengan Ummu Abdul Malik . wafat di Yaman 613 H, memiliki anak yaitu:
  18. Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, menikah dengan Ummu Abdillah binti Raja Nasarabad India Lama, wafat di Nasarabad India 653 H, memiliki anak yaitu:
  19. As-Sayyid Abdillah Amir Khan, menikah dengan Ummu Ahmad, wafat di Nasarabad India 696 H, memiliki anak yaitu:
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin, menikah dengan Ummu Husain, wafat di Nasarabad India 711 H, memiliki anak yaitu:
  21. As-Sayyid Jamaluddin Al-Husain, menikah dengan Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand), (Menikah tahun 1295 M),Wafat di Wajo Sulawesi 760 H, memiliki anak yaitu:
  22. As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-akbar (IBRAHIM ASMORO), menikah dengan Dewi Condrowulan binti Raja Ba Dich Lai (Raja Champa) bin Lai Khai Kocheng (Raja Champa) Terakhir Dinasti Ming, wafat di desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Tuban, 834 H, memiliki anak yaitu:
  23. As-Sayyid Fadhal Ali Murtadha (Sunan Santri), menikah dengan Syarifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim Azmatkhan, wafat di Gresik 895 H, memiliki anak yaitu:
  24. As-Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung), menikah dengan Dewi Sari binti Ahmad Wilwatikta (Dewi Sari adalah kakak perempuan dari Sunan Kalijaga), wafat di Troloyo Mojokerto, 945 H, memiliki anak yaitu:
  25. As-Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan (Sunan Kudus), menikah dengan Syarifah Dewi Rahil binti Sunan Bonang, Wafat di Kudus 5 Mei 1550M / 958 H, memiliki anak yaitu:
  26. As-Sayyid Amir Hasan Azmatkhan (Panembahan Wali Qutub I), menikah dengan Dewi Ratih binti Raden Fattah Azmatkhan, wafat di Kudus 1570M / 978 H, memiliki anak yaitu:
  27. As-Sayyid Shaleh Azmatkhan (Panembahan Pekaos), Menikah dengan Ratu Maduratna binti Khalifah Ismail bin Khalifah Ibrahim bin Khalifah Sughra bin Khalifah Husain (Sultan/ Raja Madura Pertama/ Pendiri Kerajaan Madura), Wafat di Surabaya 1590 M / 998 H, memiliki anak yaitu:
  28. As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (Pangeran Ketandhur Bangkal), menikah dengan Dewi Pandanaran binti Ki Ageng Pandanaran II alias Sunan Tembayat alias Bupati Semarang II, wafat di Sumenep Jawa Timur 1610 M / 1019 H, memiliki anak yaitu:
  29. As-Sayyid Yusuf Azmatkhan (Pangeran Waliyul Ilmi), menikah dengan Fathimah binti Yusuf Anggawi Al-Hasan, wafat di Madura 1630 M / 1039 H, memiliki anak yaitu:
  30. As-Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan (Pangeran Dipakusuma I/ Menantu Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam (Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, menikah dengan putrinya yang bernama Raden Ayu Dipakusuma binti Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam), Wafat di Palembang 1712 M / 1124 H, memiliki anak yaitu:
  31. As-Sayyid Hasan Azmatkhan (Pangeran Dipakusuma II), sejak tahun 1779 M tercatat sebagai Imam Masjidil Haram Makkah Mukarramah, ia menikah dengan Putri Hijaz Al-Hasani, yaitu Sharifa Muzeyma binti Al-Malik Ghalib (Raja Hijaz), wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1814 M / 1229 H, memiliki anak yaitu:
  32. As-Sayyid Sulaiman Azmatkhan (Pangeran Dipakusuma III), sejak tahun 1814 M / 1229 H tercatat sebagai Imam Masjidil Haram Makkah Mukarramah, ia menikah dengan Fathimah binti Musthofa bin Muhammad bin Ahmad bin Zaini bin Qadir bin Abdul Wahhab bin Muhammad bin Abdurrazzaq bin Ali bin Ahmad bin Ahmad Al-Mutsanna bin Muhammad bin Zakariya bin Yahya bin Muhammad bin Abi Abdillah bin Al-Hasan bin Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Al-Hasani, wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1834 M / 1250 H, memiliki anak yaitu:
  33. As-Sayyid Makkiy Azmatkhan (Mufti Besar Hijaz dari Pemerintahan Amir 'Abdullah Kamil Pasha bin Muhammad), sejak tahun 1834 M / 1250 H tercatat sebagai Imam Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah, ia menikah dengan Maryam (puteri Ke-2) binti Imam Nawawi Al-Bantani Azmatkhan (dan hidup di Makkah), wafat di Madinah Al-Munawwarah, 1877 M / 1294 H, memiliki anak yaitu:
  34. As-Sayyid Mujtaba Azmatkhan (Pangeran Macan Putih I/ Sultan Blambangan Islam/ Sultan Tawang Alun), menikah dengan putri bungsu Pangeran Diponegoro, yaitu Raden Ayu Putri Muna Adimah Azmatkhan binti Pangeran Diponegoro, wafat di Banyuwangi 1897 M / 1315 H, memiliki anak yaitu:
  35. As-Sayyid Mushthafa Azmatkhan (Pangeran Macan Putih II), menikah dengan Syarifah Hamatun Mujahidah (Hamatun II) binti Imam Bonjol, wafat di Banyuwangi 1917 M / 1335 H, memiliki anak yaitu:
  36. As-Sayyid Abdurrazzaq Azmatkhan (Pangeran Macan Putih III), menikah dengan Ummu Banin binti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Azmatkhan, wafat di Banyuwangi 1937 M / 1356 H, memiliki anak yaitu:
  37. As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan (Panembahan Wali Qutub II), menikah dengan Amnah binti Munir bin Siraj bin Abdullah Faqih Azmatkhan, wafat di Banyuwangi 1992 M / 1413 H, memiliki anak yaitu:
  38. As-Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan (Pangeran Tawang Alun II), menikah dengan Syarifah Ummul Khoir Salmah Diponegoro Azmatkhan binti Muhammad Mubin Azmatkhan.
  39. As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan (Syekh Mufti Pangeran Penghulu Nata Agama / Mufti Besar Kesultanan Palembang Darussalam pada Pemerintahan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin)
Referensi :
  •  a b c d e f g h i j k l m n o p q As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur, Syamsuzh Zhahirah, Penerbit. Mathba'ah Mulia Al-Attasiyyah, Surabaya, 1954,
  •  a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan, Kitab Al-Mausuu'ah Li Ansaabi Al-Imam Al-Husaini, Penerbit Madawis, Jakarta, halaman 63
  •  Waliyul Ilmi, Intisari Karya Shohibul Faroji Azmatkhan, Majelis Dakwah Walisongo, Jakarta, 2011
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Shohibul_Faroji_Azmatkhan_Ba%27alawi_Al-Husaini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU