Laman

Jumat, 07 Februari 2014

Petilasan Syekh Maulana Al Maghrobi/Maulana Al Maghribi (di Batang)

Walisongo 

Petilasan Syekh Maulana Al Maghrobi/Maulana Al Maghribi (di Batang)

Tapak Jejak "WALISONGO"  (Walisongo Periode Pertama)
Syekh Maulana Al Maghrobi/Maulana Al Maghribi (Walisongo Periode Pertama)
Sepanjang pengetahuan kami ada dua tempat di Kabupaten Batang yang dianggap masyarakat setempat sebagai 'makam' Syeh Maulana Maghribi yaitu di Ujungnegoro, Kec. Tulis dan Wonobodro, Kec. Blado.
ALkisah : 
Konon di Negara Rum, bertahta seorang Pangeran bernama Syekh Maulana Maghribi berasal dari Turki yang memeluk agama Islam dan dia adalah seorang ulama. Pada waktu fajar menyingsing, setelah beliau melakukan kewajibannya selaku orang muslim, terlihatlah oleh beliau cahaya terang misterius bersinar disebelah timur menjulang tinggi di angkasa.

Terdorong oleh perasaan ingin mengetahui tempat darimana cahaya terang misterius itu datang dan makna dari cahaya terang tersebut, maka timbullah niat dan itikad yang kuat di dalam sanubarinya dan mencari tempat yang dimaksud. Seorang sahabatnya bernama Haji Datuk dipanggil dan diperintahkan supaya para hulubalang dan balatentaranya menyiapkan armada dengan segala perlengkapannya untuk berlayar menuju kearah datangnya cahaya misterius tersebut.

Maka,berangkatlah si Pangeran bersama-sama dengan sahabatnya itu 298 (dengan dua ratus sembilan puluh delapan) orang pengikutnya mengarungi samudera menuju kearah terlihatnya cahaya itu memancar selama 40 malam.
Kemudian sampailah mereka di ujung timur sebuah pulau yang bernama dengan Pulau Jawa. Adapun tempat dimana mereka membuang sauh dewasa ini terkenal dengan nama Pantai Gresik.

Meskipun mereka telah lama menempuh perjalanan penuh dengan berbagai kesulitan dan penderitaan serta menghadapi bermacam-macam marabahaya, mereka belum mencapai apa yang menjadi cita-cita atau tujuannya karena cahaya terang misterius tersebut tampak disebelah barat. Pada suatu waktu terlihat kembali cahaya terang yang sedang dicarinya itu disebelah barat dan mereka mengambil keputusan kembali karah barat dengan menempuh jalan di laut Jawa di pantai Pemalang Jawa Tangah, dimana mereka berlabuh sambil sekedar melepas lelah. Ditempat ini Syekh Maulana Maghribi meminta para armadanya untuk pulang ke negerinya, sedangkan Syekh Maulana Maghribi ditemani oleh Haji Datuk dan untuk sementara bermukim ditempat itu.

Karena mereka mempunyai kepercayan pada Yang Maha Pencipta, mereka dijiwai oleh kekuatan Gaib yang tiada kunjung padam dan berketetapan hati akan melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam. 

Dari Pemalang mereka menuju ke selatan menyusuri hutan belantara tanpa mengenal bahaya yang dihadapinya karena tertarik sinar cahaya misterius yang sekarang terlihat di Timur Laut. Berhubung jalur yang ditempuhnya itu meletihkan, maka mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelahnya sambil termenung merasakan kisah perjalanannya serta kewajibannya yang dibebankan diatas pundaknya untuk menyebarluaskan agama Islam. Tempat dimana mereka beristirahat dengan diliputi pikiran-pikiran (gagasan-gagasan) dan perasaan-perasaan yang memenuhi hati sanubarinya diberi nama ‘Paduraksa’ yang artinya bertengkar didalam kalbu atau rasa.

Dari tempat itu mereka meneruskan perjalanannya ke selatan lagi dan sampailah mereka di hutan belukar dan untuk melepaskan lelahnya mereka singgah diatas tonggak randu yang tumbang dan tempat tersebut mereka beri nama ‘Randudongkal’ Randudongkal adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia.

Dari tempat peristirahatannya itu, cahaya terang masih kelihatan ada di timur laut, dan mereka meneruskan perjalanannya menuju arah cahaya tadi. Dan sebelum mereka sampai ketempat yang menjadi tujuannya mereka berhenti untuk beristirahat di dekat Sendang (kolam) untuk melakukan ibadah Sholat, dan sesudahnya tempat tersebut diberi nama ‘Belik’. Setelah melakukan Sholat, maka perjalanan diteruskan kearah timur dan sampailah disuatu tempat, dimana terdapat banyak batu-batuan dan di tempat tersebut mereka beristirahat lagi sambil memikirkan bagaimana cara mereka dapat menjangkau tempat kedudukan cahaya yang dicarinya, karena cahaya terang tersebut terlihat ada dipuncak Gunung. Tempat dimana mereka beristirahat dan terdapat banyak batu-batuan itu diberi nama ‘Watu Kumpul’.

Watukumpul adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Dalam bahasa Jawa, nama desa ini berarti "batu yang berkumpul".
lalu bliau melanjutkan perjalanan ke baturaden untuk tujuan Cahaya itu. Klik Disini

kemali lagi ke benang merah
Pantai Ujung Negoro. Terletak di Kabupaten Batang, pantai ini menyuguhkan pemandangan perbukitan dan perkebunan yang asri dan menghijau sepanjang perjalanan sejak keluar dari Jalan Raya Batang Kendal. Jarak yang ditempuh lumayan jauh kira-kira 10 kilometer.


Ada 2 objek wisata yang bisa dikunjungi, yaitu wisata ziarah ke makam Syeh Maulana Maghribi, penyebar agama Islam, dan wisata menikmati hamparan pantai di bawahnya.
(Gedung Putih di atas bukit adalah Makam Syeh Maulana Maghribi)
1301358196348382494
Dari makam ada jalan menuju ke pantai yang lumayan menurun dan curam.
Kelelahan dan capeknya perjalanan seolah terbayar lunas, melihat asyiknya para pemancing yang mencoba peruntungan mengail. Di seberang nampak pantai yang menghampar.
13013580231733231162
Karena tidak ada jalan penghubung antara kedua tempat ini, maka kita harus naik kembali ke makam dan memutar untuk mencapai pantai di maksud.
13013579691690306331
Di pantai, ada sebuah gazebo menjorok ke laut. Para pedagang masih sedikit, terlihat bahwa potensi pantai ini belum tergali dengan maksimal. Pantai yang indah ini mengundang para pengunjung untuk mandi ataupun sekedar bermain bola volley di tepian.
13013580781989713862

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU