Laman

Sabtu, 08 Februari 2014

Makam Cungkup / Petilasan SUNAN GUNUNG JATI (SYARIF HIDAYATULLAH)

Walisongo 

Makam Cungkup / Petilasan SUNAN GUNUNG JATI (SYARIF HIDAYATULLAH)

Tapak Jejak "WALISONGO"  (Walisongo Periode Pertama)
Makam Cungkup / Petilasan SUNAN GUNUNG JATI (SYARIF HIDAYATULLAH)
Lokasi gerbang Makam Sunan Gunung Jati ini berjarak sekitar 100 meter dari tepi Jl. Raya Sunan Gunung Jati, arah ke utara dari Kota Cirebon.
Sunan Gunung Jati adalah salah satu diantara dewan dakwah (Walisongo Periode ke 2) beliau merupakan penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Dewan dakwah Wali Sanga. 

Bila ditarik garis keturunannya maka silsilah sebelum Sunan Gunung Jati akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui cucu Nabi yang bernama Imam Husain. Pada masa kejayaannya Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai Pemimpin rakyat karena beliau pernah menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang dulunya bernama Keraton Pakungwati.
Sunan Gunung Jati Tomb
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati 
memiliki lahan seluas lima hektare, terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Jaraknya kira-kira 3 km sebelah utara Cirebon.  Selain tempat utama untuk peziarah, kompleks ini juga dilengkapi tempat pedagang kaki lima, alun-alun, lapangan parkir, dan fasilitas umum lain.

Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jln. Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu. 

Yang satu lagi yakni Kompleks Makam Syekh Dathul Kahfi di Gunung Jati, berada di timur jalan raya. Menuju makam Sunan Gunung Jati kami melintasi jalan setapak berkelok, berpapasan dengan banyak pengemis segala usia, melwati rumah penduduk yang cukup rapat dan sebuah Masjid yang merupakan bagian dari kompleks makam.


Aroma dupa langsung tercium saat langkah kami menapaki pintu gerbang. Sebelum memasuki pintu masuk, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki. Jika Anda adalah pengunjung biasa seperti kami, isilah buku tamu dan beri sumbangan secara sukarela kepada pengurus makam/juru kunci yang merawat makam.

Salah satu gapura di dalam kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang kerapihan dan kebersihannya tampaknya perlu mendapatkan perhatian. Ketika pada hari lain saya berkunjung lagi ke Makam Sunan Gunung Jati ini, di hampir setiap pintu gapura ada petugas yang menyodorkan kotak sumbangan.


Aura mistis begitu kental terasa saat kami masuk lebih dalam ke areal Makam. Terkagum-kagum kami melihat ratusan makam berjejer rapi nan artistik. Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung memiliki 9 pintu utama (Lawang Sanga). 

PINTU SEMBILAN:

I. Pintu Gapura, II. Pintu Krapyak, III. Pintu Pasujudan, IV. Pintu Pasujudan, IV. Pintu Ratnakomala, V. Pintu Jinem, VI. Pintu Raraoga, VII. Pintu Kaca, VIII. Pintu Bacem, IX. Pintu Teratai

Namun demikian untuk peziarah umum, hanya diizinkan sampai pintu ke-4 di serambi muka Pesambangan. Serambi muka dibatasi Lawang Gedhe, pintu pembatas bagi peziarah umum. 

Pintu ke-5 sampai 9, lebih ekslusif, hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati, yakni para sultan dan kerabatnya di Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. 

Pusat dari kompleks yakni Makam Sunan Gunung Jati berada setelah pintu ke-9, terletak di Puncak Gunung Sembung yang tingginya mencapai 20 meter.
Pusara Putri Ong Tien Nio (Putri Laras Sumanding)
Di sebelah barat serambi muka ada Lawang Mergu, diperuntukkan bagi para peziarah Tiong Hoa yang ingin berdoa untuk Putri Ong Tien Nio. Inilah sebabnya mengapa terdapat begitu banyak keramik dengan kondisi baik dan berornamen unik juga gambar yang menarik seperti burung, orang berpakaian khas Tionghoa dan bunga-bunga. Rupanya keramik-keramik aneka warna yang terintegrasi di dinding itu dibawa oleh Putri Ong Tien Nio dari China.
Keterangan denah makam:
1. Sunan Gunung Jati, 
2. Fatahillah, 
3. Syarifah Muda’im, 
4.Nyi Gedeng Sembung (Nyi Qurausyin), 
5. Nyi Mas Tepasari, 
6. Pangeran Cakrabuana, 
7. Nyi Ong Tien, 
8. Dipati Cirebon I, 9. Pangeran Jakalelana, 10. Pangeran Pasarean, 11. Ratu MAs Nyawa, 12. Pangeran Sedang Lemper, 13. Komplek Sultan Panembahan Ratu, 14. Adipati Keling, 15. Komplek Pangeran Sindang Garuda, 16. Sultan Raja Syamsudin (Sultan Sepuh I), 17. Ki Gede Bungko, 18. Komplek Adipati Anom Carbon (Pangeran Mas), 19. Komplek Sultan Moh. Badridin, 20. Komplek Sultan Jamaludin, 21. Komplek Nyi Mas Rarakerta, 22. Komplek Sultan Moh. Komarudin, 23. Komplek Panembahan Anom Ratu Sesangkan, 24. Adipati Awangga (Aria Kamuning), 25. Komplek Sultan Mandurareja, 26. Komplek Sultan Moh. Tajul Arifin, 27. Komplek Sultan Nurbuwat, 28. Komplek Sultan Sena Moh. Jamiudin, 29. Komplek Sultan Saifudin Matangaji

PINTU SEMBILAN:
I. Pintu Gapura, II. Pintu Krapyak, III. Pintu Pasujudan, IV. Pintu Pasujudan, IV. Pintu Ratnakomala, V. Pintu Jinem, VI. Pintu Raraoga, VII. Pintu Kaca, VIII. Pintu Bacem, IX. Pintu Teratai

LAIN-LAIN:

  • Masjid Sunan Gunung Jati (sebelah timur No. 26),
  • Karas/Lunjuk (tempat istirahat keluarga Kraton setelah naik makam Sunan Gunung Jati),
  • Pintu Mergu (tempat ziarah orang-orang Tionghoa, D. Komplek Sultan Raja Sulaiman,
  • tempat Juru Kuncen menerima tamu-tamu umum, F. Pelayonan: tempat jenasah keluarga Kraton disholati,
  • Balemangu Pajajaran: hadiah dari Prabu Siliwangi, H. Pintu masuk para peziarah
  • Paseban Soko: tempat permusyawaratan, J. Gedung Jimat: tempat penyimpanan guci-guci Tiongkok
  • Balemangu Trusmi, L. Balemangu Pos Penjagaan, M. Gapura Timur: pintu masuk pertama peziarah umum,
  • Balemangu Majapahit: hadiah Demak, O. Paseban Besar : pendopo tempat penerimaan tamu-tamu kehormatan
Kota Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang cukup terkenal berkat adanya makam Syarif Hidayatullah, seorang mubaligh, pemimpin spiritual, dan sufi yang juga dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Peristirahatan terakhir Sunan Gunung Jati dan keluarganya ini disebut dengan nama Wukir Sapta Rengga. Makam ini terdiri dari sembilan tingkat, dan pada tingkat kesembilan inilah Sunan Gunung Jati dimakamkan. Sedangkan tingkat kedelapan ke bawah adalah makam keluarga dan para keturunannya, baik keturunan yang dari Kraton Kanoman maupun keturunan dari Kraton Kasepuhan.

Di makam ini terdapat pasir malela yang berasal dari Mekkah yang dibawa langsung oleh Pangeran Cakrabuana, putera Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran. Karena proses pengambilan pasir dari Mekkah itu membutuhkan perjuangan yang cukup berat, maka pengunjung dan juru kunci yang akan keluar dari kompleks makam ini harus membersihkan kakinya terlebih dahulu, agar pasir tidak terbawa keluar kompleks walau hanya sedikit. Larangan tersebut merupakan instruksi langsung dari Pangeran Cakrabuana sendiri.

Makam yang menempati lahan seluas 4 hektar ini merupakan obyek wisata ziarah yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan/peziarah baik dari Cirebon maupun kota-kota sekitarnya. Kedatangan para peziarah itu biasanya berlangsung pada waktu-waktu tertentu seperti Jumat Kliwon, peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, ritual Grebeg Syawal, ritual Grebeg Rayagung, dan ritual pencucian jimat.

B. Keistimewaan

Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki gaya arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan makam itu.

Keunikan lainnya tampak pada adanya sembilan pintu makam yang tersusun bertingkat. Masing-masing pintu tersebut mempunyai nama yang berbeda-beda, secara berurutan dapat disebut sebagai berikut: pintu gapura, pintu krapyak, pintu pasujudan, pintu ratnakomala, pintu jinem, pintu rararoga, pintu kaca, pintu bacem, dan pintu kesembilan bernama pintu teratai. Semua pengunjung hanya boleh memasuki sampai pintu ke lima saja. Sebab pintu ke enam sampai ke sembilan hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati sendiri.

Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan dua buah ruangan yang disebut dengan Balaimangu Majapahit dan Balaimangu Padjadjaran. Balaimangu Majapahit merupakan bangunan yang dibuat oleh Kerajaan Majapahit untuk dihadiahkan kepada Sunan Gunung Jati sewaktu ia menikah dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari salah seorang pembesar Majapahit yang bernama Ki Ageng Tepasan. Sedangkan Balaimangu Padjadjaran merupakan bangunan yang dibuat oleh Prabu Siliwangi untuk dihadiahkan kepada Syarif Hidayatullah sewaktu ia dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati (kesultanan yang merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon).

Selain terkenal dengan arsitektur bangunannya yang unik, obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini juga terkenal dengan berbagai macam ritualnya, yaitu ritual Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan pencucian jimat. Grebeg Syawal ialah tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap hari ke 7 di bulan Syawal, untuk mengenang dan melestarikan tradisi Sultan Cirebon dan keluarganya yang berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati setiap bulan itu. Sedangkan Grebeg Rayagung ialah kunjungan masyakat setempat ke makam yang diadakan setiap hari raya Iduladha. Selain itu, terdapat juga ritual tahunan pada hari ke-20 di bulan Ramadhan, tradisi itu disebut “pencucian jimat” dan benda-benda pusaka (gamelan dan seperangkat alat pandai besi) yang merupakan benda peninggalan Sunan Gunung Jati. Tradisi ini dilaksakan setelah shalat shubuh, bertujuan untuk memperingati Nuzulul Qur‘an yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan

C. Lokasi
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat, Indonesia.
D. Akses
Makam Sunan Gunung Jati berjarak kurang lebih 6 km ke arah utara dari Kota Cirebon. Untuk menuju lokasi makam ini pengunjung dapat menggunakan kendaran pribadi (mobil) atau naik angkutan umum (bus) dari Terminal Cirebon. Dari terminal ini, pengunjung naik bus jurusan Cirebon—Indramayu dan turun di lokasi. Perjalanan dari Cirebon menuju lokasi makam ini biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit.
E. Harga Tiket
Memasuki obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini tidak dipungut biaya. Namun, para pengunjung dapat menyumbang dana seikhlasnya pada kotak sumbangan yang terletak di setiap pintu masuk kompleks makam itu.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di area makam Sunan Gunung Jati terdapat fasilitas seperti penginapan, warung makan, masjid, pendopo, Paseban Besar (pendopo tempat penerimaan tamu), Paseban Soko (tempat untuk bermusyawarah), parkir luas, dan alun-alun. Di lokasi ini juga terdapat pedagang kaki lima, kios cendramata, kios buah-buahan, dan lain-lain.
TEMPAT TEMPAT KERAMAT di KAWASAN MAKAM
Balemangu Majapahit dengan beberapa undakan di kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang merupakan hadiah sewaktu Sunan Gunung Djati mengawini Nyi Mas Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan, seorang pembesar Majapahit.

Selain itu, di kompleks Makam Sunan Gunung Jati juga terdapat Balemangu Padjadjaran yang merupakan hadiah dari Prabu Siliwangi sewaktu penobatan Syarif Hidayatullah, nama Sunan Gunung Jati, sebagai Sultan Kasultanan Pakungwati (sebelum menjadi Keraton Kasepuhan).


Salah satu pintu di Makam Sunan Gunung Jati yang disebut Pintu Krapyak.


Makam Sunan Gunung Jati sendiri terletak di perbukitan Gunung Sembung, dan karena alasan keamanan maka Makam Sunan Gunung Jati hanya boleh dikunjungi oleh keluarga Keraton dan keturunannya, serta para tamu kehormatan mereka.





Sebuah tempat di Makam Sunan Gunung Jati dimana setiap pengunjung, atau perwakilannya, diminta untuk menulis buku tamu dan memberikan sumbangan.

Sumbangan Sukarela
Sumbangan Sukarela

Tidak ada tarif sumbangan tertentu, namun Anda akan melihat lembaran ratusan atau lima puluh ribu bergeletakan di sana. Keramik Cina terlihat bertebaran di tembok pendopo, undakan dan sebagian dinding. Dua buah ornamen udang terlihat menempel pada dinding diantara hiasan kaligrafi pada logam bulat berwarna kuning keemasan.


Dinding tinggi bercat putih di kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang permukaannya nyaris penuh berhiaskan keramik Cina asli dengan hiasan batu beraneka warna bertebaran di sana sini. Sangat indah.



Keramik piring dan bentuk bulatan lebih kecil yang mengelilinginya di lingkungan Makam Sunan Gunung Jati, yang konon dibawa oleh Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Negeri Cina.

Keramik dan hiasannya di Makam Sunan Gunung Jati yang telah berusia ratusan tahun, dan warnanya belum juga pudar dan terlihat cukup terawat dengan baik.


Sebuah tempat di Makam Sunan Gunung Jati dimana para peziarah biasanya berkumpul dalam kelompok-kelompok dan bersama-sama berzikir dan memanjatkan doa, entah untuk menghormati Sunan Gunung Jati sebagai salah satu Wali Songo yang berpengaruh, atau karena mereka memiliki keinginan tertentu dan berharap mendapat berkah dari sang wali.


Sebuah bangunan kayu di kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang disebut Playonan, atau bangunan pelepasan bagi keluarga Sunan Gunung Jati yang meninggal dunia.



Jenazah akan disholatkan di tempat ini sebelum kemudian dimakamkan. Menurut kepercayaan, jika ada yang tidur di balai Playonan ini, sekembalinya ke rumah maka orang tersebut akan di-sholati oleh orang lain, alias meninggal.

Gentong Puter Giling

Gentong Puter Giling yang letaknya berada di dekat Playonan Makam Sunan Gunung Jati. 
Menurut kepercayaan, gentong ini bisa membantu memanggil kerabat yang telah lama tidak diketahui kabar beritanya dan keberadaannya


Mitos yang Beredar
Semisal si kerabat lahir hari Jumat, maka pada jam 12 Jumat malam Sabtu si pemanggil menelungkup di atas gentong, mengaduk air dengan tangannya sampai airnya berputar sambil memanggl nama si kerabat. Selang berapa minggu kemudian konon akan ada kabar dari si kerabat.
Tempat sembahyang di ujung sebelah kiri kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang diperuntukkan bagi pengunjung keturunan Cina, melewati sebuah pintu bernama Pintu Mergu. Tempat ini tengah mengalami renovasi ketika kami berada di sana.


Sebuah hiolo berukir naga, di tengah batu nisan jasad keturunan Cina yang dimakamkan di kompleks Makam Sunan Gunung Jati ini. Cungkup yang bentuknya mengingatkan saya pada bentuk sebuah joli (tandu Cina) ikut mewarnai kompleks ini.

Dinding Berkeramik


Ornamen indah pada beberapa batu nisan di kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang dikerjakan oleh tangan yang halus. Di bagian ini terdapat makam keturunan Sunan Gunung Jati yang memiliki gelar Pangeran, Elang, Raden, atau pun Ratu.


Sunan Gunung Jati yang aslinya bernama Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 dari ayah bernama Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Muballigh dan Musafir besar dari Gujarat, India, yang dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar oleh kaum Sufi, dan ibu bernama Nyai Rara Santang, putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang, dan merupakan adik Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Cirebon Girang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU