Laman

Rabu, 22 Januari 2014

P#3 Syekh Siti Jenar (KUPAS dan TUNTAS) Biography



P#3 Syekh Siti Jenar (KUPAS dan TUNTAS) Biography

Rasionalisasi, Kisah Syaikh Siti Jenar
http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar
Versi sumber : http://yuliano.vox.com/library/post/asal-usul-syekh-siti-jenar.html
dipublikasikan : donyt.blogspot.com


Rasionalisasi, Kisah Syaikh Siti Jenar vesi CIREBON menerangkan Beliau BUKAN BRAWIJAYA PUNGKASAN jadi Eyang Lawu Siapa ?
Apabila kita membahas mengenai keberadaan, salah seorang wali di tanah Jawa, Syaikh Siti Jenar, seringkali kita menemukan berbagai cerita yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.

Di dalam salah satu tulisannya, Ustadz Shohibul Faroji Al-Robbani mencatat, setidaknya ada 5 Kesalahan Sejarah tentang Syaikh Siti Jenar, yaitu :

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing.

Sepertinya hanya orang-orang berpikiran irrasional, yang mempercayai ada seorang manusia, yang berasal dari seekor cacing. Syaikh Siti Jenar adalah manusia biasa, beliau dilahirkan di Persia pada tahun 1404M, dengan nama Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini.

Ayahnya bernama Sayyid Sholih, yang pernah menjadi Mufti Malaka di masa pemerintahan Sultan Muhammad Iskandar Syah.

Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas :

“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.”
[Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur.

Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’
merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah:
”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

Di dalam perjalanan hidupnya, pada tahun 1424M, terjadi perpindahan kekuasaan dari Sultan Muhammad Iskandar Syah, kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Maka pada sekitar akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Melalui Sayyid Kahfi, Siti Jenar memperlajari Kitab-Kitab seperti Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb.

Sejak kecil Syaikh Siti Jenar berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an di usia 12 tahun.

Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 menulis,
“Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa.

Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong.

Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa, di dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah.

5. Beberapa penulis telah menulis bahwa setelah kematiannya,
    mayat Syaikh Siti Jenar, berubah menjadi anjing.
Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, dimana seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing.
Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih.

Berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.

Dan hal ini, tentu sangat bertentangan dengan teori Biologi Molekuler, dimana seseorang yang lahir dari manusia, maka akan wafat sebagai manusia.
Sumber : Kanzun Qalam

BIOGRAFI SYAIKH SITI JENAR
Oleh: Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini
(Mursyid Thariqah Wali Songo)

Syaikh Siti Jenar adalah salah seorang Wali Allah yang tunduk pada Syari'at Islam, dan memiliki karamah yang luar biasa.


NAMA KECIL SYAIKH SITI JENAR
Nama asli Syaikh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Jazirah Iraq (Tanah Persia, Sekarang Negara Iran dan Iraq). Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Beliau mendapat gelar Syaikh Sidi Jinar atau Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah aBrit.

NASAB SYAIKH SITI JENAR
Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar bin Sayyid Shalih (Datuk shalih) bin Sayyid Abdul Malik bin Sayyid Husain Jamaluddin bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa Ar-Rumi bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

TANGGAL KELAHIRAN SYEKH SITI JENAR
Syaikh Siti Jenar (Sayyid Hasan Ali atau Sayyid Abdul Jalil) lahir di Jazirah Iraq (Tanah Persia).
Pada 8 Agustus tahun 1404 M.

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SYEKH SITI JENAR
Sejak kecil beliau berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 8 tahun.
Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 18 tahun, maka beliau bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka. ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani.
Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Syaikh Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sultan Sulaiman Al-Baghdadi bin Ahmad Jalaluddin.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Salah satu Thariqah Wali Songo. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Syaikh Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 21 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Syaikh Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan.

Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah:
1. Muhammad Abdullah Burhanpuri,
2. Ki Ageng Pengging/ Kebo Kenongo
3. Pangeran Panggung
4. Patih Wanasalam (Syekh Malang Sumirang)
5. Ki Ageng Tingkir
6. Ki Ageng Getasaji
7. Ki Ageng Balak
8. Ki Ageng Butuh
9. Ki Ageng Ngarang
10. Ki Ageng Jati
11. Ki Ageng Watulunan
12. Ki Ageng Pringapus
13. Ki Ageng Ngagas
14. Ki Ageng Wanalapa
15. Paladadi
16. Ki Ageng Ngambar
17. Ki Ageng Karangwaru
18. Ki Ageng Babadan
19. Ki Ageng Majasta
20. Ki Ageng Tambakbaya
21. Ki Ageng Baki
22. Ki Ageng Tembalang
23. Ki Ageng Karanggayam
24. Ki Ageng Ngargaloka
25. Ki Ageng Kayupuring
26. Ki Ageng Pandawa
27. Ki Ageng Selandaka
28. Kanjeng Kyai Ageng Purwasada
29. Kebo Kangan
30. Kanjeng Kyai Agung Kebonalas,
31. Ki Ageng Watu Rante,
32. Kanjeng Kyai Ageng Tarumtum,
33. Ki Ageng Petaruman Banyuwangi,
34. Ki Ageng Purna,
35. Ki Ageng Wanasaba
36. Ki Ageng Kare
37. Ki Ageng Gugulu Chandi
38. Ki Ageng Gunung pratoga Ngadibaya
39. Ki Ageng Karungrungan
40. Ki Ageng Jatingalih Wanadadi
41. Ki Ageng Tambangan
42. Kanjeng Kyai Ageng Ngampuhan
43. Kanjeng Kyai Ageng Bangsri
44. Ki Ageng Banyubiru,

THARIQAH YANG DIIKUTI SYAIKH SITI JENAR ADALAH
1. Thariqah Mu'tabarah Al-Ahadiyyah
2. Thariqah Mu'tabarah Al-Khidiriyyah
3. Thariqah Mu'tabarah Nur Muhammadiyyah
4. Thariqah Mu'tabarah Al-Maulawiyyah
5. Thariqah Mu'tabarah Al-Sanusiyyah
6. Thariqah Mu'tabarah Al-Syadziliyyah
7. Thariqah Mu'tabarah An-Naqsabandiyyah
8. Thariqah Mu'tabarah Al-Qadiriyyah
9. Thariqah Mu'tabarah Al-Alawiyyah
10. Thariqah Mu'tabarah Al-Akmaliyah


PERNIKAHAN SYAIKH SITI JENAR
Syaikh Siti Jenar menikah dengan Putri Ayu Kenanga, yaitu anak perempuan dari Ki Kebo Kenanga yang bergelar Ki Ageng Pengging (Bangsawan Majapahit yang masuk Islam). Kemudian melahirkan 3 orang anak, yaitu:
1. Sayyid Abdul Qahhar (Datuk Fardun),
2. Sayyid Abdul Qadir (Datuk Bardut),
3. Syarifah Zainab (Isteri Sunan Kalijaga)

Daftar Pustaka:
1. Babad Jalasutra
2. Serat Suluk Malang Sumirang
3. Babad Jaka Tingkir
4. Serat Syekh Siti Jenar
5. Serat Bima Suci
6. Serat Wali Songo
7. Serat Babad
8. Serat Cabolek
9. Serat Kanda
10.Suluk Abdul Jalil, Agus Sunyoto
11.Suluk Saloka Jiwa
12.Suluk Supanalaya
13.Suluk Suksma Lelana
14.Wirid Hidayat Jati
15. Nasab Syaikh Siti Jenar, Oleh Al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba'alawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU