Laman

Selasa, 21 Januari 2014

AKU JADI MEMAHAMI, BAHWA DEWI SRIKANDI TERNYATA LAKI-LAKI



AKU JADI MEMAHAMI, BAHWA DEWI SRIKANDI TERNYATA LAKI-LAKI

Dewi Srikandi Ternyata Laki-laki

 Dikisahkan Dalam Pelarian karena rasa malu  terhapat istrinya 
Dewi Srikandi bertemu dengan raksasa bernama Stuna. Sikhandi (dewi Srikandi) bercerita tentang masalahnya. Lalu mereka bersepakat untuk saling bertukar kelaminnya. Dengan janji untuk sementara. Namun ketika Sang Raja Ayah Stuna mengetahuinya, raksasa yang marah itu justru mengutuk Stuna menjadi perempuan untuk selamanya.

Kutukan yang secara tidak langsung, 
membuat Sikhandi (Dewi Srikandi)pun berubah menjadi lelaki seutuhnya.


Penggalan kisah Bharatayudha itu tiba-tiba terbayang lagi di kepala. sebuah buku komik kesayangan dikala masih anak-anak karangan RA.KOSASIH
cetak pertama di tahun 1977
Seorang resi tua, dengan tatapan tegar menjemput ajal di tengah padang gersang kurusetra. Pada sekujur badannya, dari telapak kaki hingga dada, telah tertembus ratusan anak panah. Mata panah yang menembus tubuhnya, hingga ketika dia rebah, panah-panah itulah yang menjadi penopangnya. Yang membuatnya serupa terpanggang ratusan panah penyangga tubuh rentanya, juga kepalanya.

Resi Bisma, sang Begawan telah mengetahui bahwa ajalnya akan tiba. Kutukan Dewi Amba, perempuan cantik yang pernah jatuh cinta padanya sudah di ambang mata, untuk menjemputnya. Ia yang pada waktu muda menolak cintanya, ditakdirkan akan mati oleh anak panah seorang wanita. Wanita yang dalam dirinya telah menitis sukma Dewi Amba. 
Dan perempuan itu adalah Srikandi, istri terakhir Arjuna.

Maka Bisma, senopati Astina yang sakti mandraguna pun memilih tak melawan, ketika Srikandi menyemburkan anak panahnya. Karena dalam pandangan matanya, Dewi Ambalah yang datang menjemput kematiannya. Yang cintanya ditolak di dunia, namun berharap mendapatkannya di nirwana. Hingga Bisma pun gugur dalam hujanan anak panah Srikandi, dengan ketegaran seorang brahmana.

Dalam buku karangan RA. KOSASIH dalam Seri MAHABARATHA dapat kita baca dan lihat perbedaan cerita. kita akan mendapatkan cerita yang tak sama dengan yang selama ini kita pahami secara turun temurun  srta image masyarakat tentang DEWI SRIKANDI / DEWI WARA SRIKANDI yang sudah menjadi icon Seorang sosok perempuan yang dipahlawankan serta dalam ceritera ‘Pedhalangan’ Panjebar Semangat. Salah satu cerita yang sangat membuatku terhenyak adalah tentang Wara Srikandhi.

Kita kembali ke Topik.
Dalam pemahaman kita sebelumnya, Dewi Srikandhi adalah istri Arjuna.

Namun dalam komik karya R.A Kosasih itu, tidaklah demikian adanya. Dan yang lebih mencengangkan lagi, Srikandhi pun ternyata bukan perempuan. Atau tepatnya, bukan asli perempuan. 
Karena ia adalah seorang laki-laki yang mengubah dirinya, dari seorang perempuan bernama Sikhandi.

Concept : Srikandi by kokenjoeDikisahkan di komik karya R.A Kosasih CERGAM yang kemudian melegenda, menjadi tonggak komik wayang dengan gaya India, sebagai saduran resmi Kitab Mahabharata.
bahwa Sikhandi terlahir sebagai bayi perempuan. Namun ayah ibunya, Prabu Drupada dan Dewi Gandawati yang raja Pancala memperlakukannya sebagai anak laki-laki. Sejak kecil hingga remaja, selalu dididik menjadi laki-laki. Lengkap dengan ketangkasan berkuda dan memanah yang menjadi kemahirannya. 
Keahlian yang kemudian membuat Putri Hiranyawati jatuh cinta padanya.

Sikhandi pun kemudian dinikahkan dengan putri negeri Darsana tersebut. Pernikahan yang penuh keanehan, karena Sikhandi tak pernah sekalipun menyentuh istrinya. Sampai sang istri yang curiga memergoki, bahwa suaminya adalah ternyata seorang perempuan juga.

Sikhandi pun minggat kebingungan. Berlari tanpa tujuan, hingga akhirnya tersesat di hutan. Ia lalu bertemu dengan raksasa bernama Stuna. Sikhandi bercerita tentang masalahnya. Lalu mereka bersepakat untuk saling bertukar kelaminnya. Dengan janji untuk sementara. Namun ketika Sang Raja mengetahuinya, raksasa yang marah itu justru mengutuk Stuna menjadi perempuan untuk selamanya.

Kutukan yang secara tidak langsung, membuat Sikhandi pun berubah menjadi lelaki seutuhnya.

Dan konon, tentang Sikhandi yang laki-laki itu juga terdapat dalam Kitab Bhismaparwa Jawa Kuno, yang ceritanya mengacu pada versi Sansekerta India. 

Sedangkan Srikandi yang perempuan 
adalah cerita wayang Jawa
Kemungkinan hasil kreasi para Wali dalam menerjemahkan Islam, karena tak mungkin mengajarkan kisah tentang seorang perempuan yang menikah dengan perempuan.

Srikandi - Vrsi Surakarta
Srikandi-Solo
Dewi Wara Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada , raja negara Cempalareja dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.


Dewi Srikandi bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak, menandakan ia putri bersuara dencing. Bersanggul gede (nama bentuk sanggul). Berjamang dengan garuda membelakang. Sebagian rambut terurai bentuk polos. Berkalung bulan sabit. Berkain dodot putren (pakaian putri dalam kraton).

Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. 
Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.

Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. 
Dewi Srikandi bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya.
Dalam perang Bharatayuda, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, satria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Resi Bisma, senapati Agung balatentara Kurawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Resi Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Resi Bisma.
Akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan : Ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Astina setelah berakhirnya perang Bharatayuda.

DEWI WARA SRIKANDI
Dewi Wara Srikandi adalah putri Prabu Drupada, raja negara Cempalareja. Waktu rnasih remaja putri ia berguru memanah pada Raden Arjuna. Kernudian ia diperistri Raden Arjuna.
Asal mula Srikandi berguru memanah pada Arjuna ialah, ketika ia menonton kawinnya Arjuna dengan Sumbadra, melihat tingkah laku kedua pengantin itu dan ingin menjadi pengantin pula.
Pada suatu hari Srikandi melihat Arjuna mengajar memanah gundiknya, Rarasati. Lalu datang Srikandi pada Rarasati untuk belajar memanah. Tetapi ini sebenarnya hanya cara untuk bisa bertemu dengan Arjuna.

Tingkah laku Srikand ini menjadikan murka Dewi Drupadi, permaisuri Prabu Puntadewa dan kakak perempuan Srikandi. Drupadi menganggap kurang baik perbuatan adiknya itu.
Menurut adat susila Jawa, seorang gadis dulu dilarang melihat pengantin.
Tetapi jaman berobah dan gadis-gadis mengerumuni pengantin sekarang dianggap biasa.
Dewi Wara Srikandi pernah dipinang oleh seorang raja, Prabu Jungkungmardea dari negara Parangkubarja. Prabu Drupada tertarik untuk menerima lamaran itu, tetapi Srikandi lalu mengadu pada Anjuna.

Srikandi dibela Arjuna dan di dalam perang yang terjadi, mati terbunuhlah Jungkungmardea. Selanjutnya Srikandi diperistri oleh Arjuna dengan adat kebesaran perkawinan seorang pangeran dengan seorang putri.

Tabiat Srikandi seperti laki-laki, gemar berperang dan oleh karena itu disebut juga putri prajurit. Hingga kini, wanita-wanita yang berani menentang hal-hal yang tidak baik, terutama yang mengenai bangsa Indonesia, disebut Srikandi-Srikandi.

Srikandi seorang putri yang gampang marah, tetapi kemarahannya lekas reda. Tanda bahwa ia sedang marah, membikin rujaklah ia dan memakannya sambil berkata-kaca keras tak berkeputusan.
Kalau sangat marah barang-barang pecah belah dipecahkannya dan burung-burung perkutut kepunyaan Arjuna dilepaskannya.

Amarah Srikandi jelas dilukiskan oleh dalang dan banyak menyebabkan penonton tertawa.
Di dalam perang Baratayuda, Srikandi diangkat sebagai panglima melawan Bisma yang menjadi pahlawan Korawa dan ditewaskan oleh Srikandi.

Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan suami, baik di masa damai maupun di masa perang.

Dewi Srikandi bukan saja berperang seperti yang biasa dilakukan orang. Di dalam perang Baratayuda pun ia berperang sebagai perjurit perwira.

Sehabis perang Baratayuda, Srikandi tewas oleh Aswatama karena dipenggal lehernya, sewaktu ia sedang tidur nyenyak.

Dewi Srikandi bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak, menandakan ia putri bersuara dencing. Bersanggul gede (nama bentuk sanggul). Berjamang dengan garuda membelakang. Sebagian rambut terurai bentuk polos. Berkalung bulan sabit. Berkain dodot putren (pakaian putri dalam kraton). Srikandi berwanda: Goleng dan Patrem.
///Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982///

Srikandi versi India:
Shikandi adalah seorang tokoh dalam wiracarita MAHABHARATA. Putra Drupada, ia berjuang dalam perang Kurukshetra di pihak Pandawa.

Dia telah lahir di masa sebelumnya sebagai seorang wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah.

Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba melakukan tapa dan penebusan dosa besar dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Amba kemudian dilahirkan kembali sebagai Shikhandini (wanita).

Dari dia lahir,terdengar suara dewata yang memerintahkan kepada ayahnya untuk membesarkannya sebagai anak laki-laki. Jadi Shikhandini dibesarkan seperti pria dan mengganti namanya Shikhandi, terlatih dalam peperangan dan akhirnya menikah. 

Pada malam pernikahannya, istrinya menghinanya pada saat menyadari kenyataan sebenarnya. Dengan maksud untuk bunuh diri, ia melarikan diri dari Pancala, tetapi diselamatkan oleh seorang Yaksha yang bersedia untuk menukarkan kelaminnya dengan Shikhandi . 

Shikhandi kembali ke keraton sebagai seorang pria dan telah menikah hidup bahagia bersama istri dan punya anak juga. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kepada Yaksha dan Shikhandi mati sebagai wanita. 

Dalam pertempuran di Kurukshetra, Bisma mengenalinya sebagai titisan dari Amba yang terlahir kembali, dan tidak ingin untuk melawan 'seorang wanita', sehingga dia menurunkan senjatanya. Mengetahui bahwa Bisma akan bereaksi demikian terhadap Shikhandi, Arjuna bersembunyi di belakang Shikhandi dan menyerang Bisma dengan tembakan anak panah yang mematikan.

Jadi, hanya dengan bantuan Shikhandi, Arjuna mengalahkan Bisma, yang telah hampir tak terkalahkan sampai saat itu. Shikhandi akhirnya dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 pertempuran.

Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan suami, baik di masa damai maupun di masa perang.

Kita kembali ke Topik.
Maka begitu pula yang kemudian ketika membuka-buka lembaran Serat Centhini. Dalam naskah yang dianggap sebagai ensiklopedi terlengkap budaya Jawa itu, sosok Srikandi pun adalah salah seorang istri Arjuna. Dan dalam karya sastra yang aslinya berjudul Suluk Tambangraras itu, pribadi Srikandi menjadi salah satu contoh kepribadian wanita Jawa. Teladan yang juga menceritakan 4 istri Arjuna lainnya, yakni Wara Sumbadra, Dyah Manuhara, Dewi Ulupi, dan Dewi Gandawati.

Dalam Serat Centhini pupuh ke-86 yang bertembang Asmarandana, dari bait 68 hingga 79 digambarkan dengan detail pribadi Srikandi. 
Yakni seorang perempuan yang mampu bersikap sangat tegas, keras hati, namun tidak kasar, dan terhadap suami sangat sayang dan cinta. Banyak ilmunya, karena suka membaca kitab-kitab, pandai dalam soal sastra, tembang dan kesenian. Terampil merias diri, luwes dan ramah dalam pergaulan. Hormat sekali pada mertuanya, Dewi Kunti, serta pandai melayaninya.

Semoga menjadi khasanah yang bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU