Tanaman Lagka
UWI (Umbi Ungu) yang Langka dan berdayaguna
Uwi merupakan jenis umbi-umbian pangan. Banyak kultivarnya yang memiliki umbi berwarna ungu sehingga dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Purple Yam dan bersifat generik. Umbi uwi yang mempunyai nama latin “Diocorea alata” ini banyak ditemukan didaerah pedesaan.
Uwi (Dioscorea alata), atau dikenal dengan sebutan ubi saja, uwi legi, uwi manis, uwi kelapa, uwi ungu, ubi kelapa, huwi, lame (Sulawesi), ubi (Bali), lutu (Banda), same (Makassar dan Bugis), palulu luwangu (Sumba) adalah suatu ubi-ubian yang bisa dimakan dan paling digemari daripada spesies lainnya dari genus Dioscorea.
Persebaran & ekologi
Aslinya berasal dari Asia Tenggara Lalu tersebar ke India, Semenanjung Malaya, dan Pasifik.
Lagi, oleh orang Portugis dan Spanyol ke Amerika pada tahun 1500-an.
Catatan terbaru menunjukkan, ia tersebar pula ke Florida dibawa oleh tukang bunga. Ia juga dinaturalisasikan ke utara Florida dalam jumlah banyak. Juga, di selatan Florida bisa didapati di wilayah pesisir. Di Karibia, ditanam sebagai spesies yang penting.
Di wilayah Purwodadi, sebagaimana yang dikutip dari website Kebun Raya Purwodadi, bahwasanya di Purwodadi uwi yang tumbuh di sana ada yang memang dibudidayakan, ada juga yang tumbuh liar.
Deskripsi Fisik Tanaman Uwi Ungu
- Uwi merupakan perdu yang memanjat dan dapat mencapai ketinggian 3-10 m.
- Tumbuhan ini semusim. berumah 2, memanjat, sistem perakarannya berserabut.
- Umbinya beragam, bulat, pipih panjang, bercabang, atau menjari.
- Uwi dinamai berdasarkan bentuk umbinya.
- Kulit umbi berwarna coklat hingga coklat-kehitaman.
- Kulit umbi beralur kasar.
- Daging umbinya ada yang putih ungu atau warna gading.
- Daging umbinya berlendir.
- Bunganya berwarna dua macam, yang jantan berwarna kuning/kuning kehijauan, sementara yang betina berwarna kuning saja.
- Perbungaannya majemuk, terletak di ketiak daun, bulir jantan tersusun rapat dengan ukuran 1-3 cm, sementara betina tidak. Panjangnya 12-50 cm, mahkotanya hijau, panjangnya ± 2 mm.
- Batangnya bersayap 4,
- Memanjat ke kanan, tidak berduri tetapi kadangkala kasar atau berbintik di bagian dasar, bersudut 4 dan berwarna hijau sampai keunguan.
- Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, berseling di bagian dasar, berhadapan dibagian atas, agak seperti anak panah atau melonjong seperti tombak, hijau terang atau seringkali agak keunguan. Berukuran 15-20 cm × 10-15 cm. Bentuk pertulangannya melengkung, dan licin.
Bisa dibedakan dengan gembili. Yang mana, umbi gembili lebih kecil dengan daun yang berselang-seling. Juga bisa dibedakan dengan Dioscorea floridana Bartl. dan D. quaternata (Walt.) Gmel., yang tumbuh di dataran banjir (floodplain) dengan daun yang berbentuk perisai dengan panjang setidaknya 15 cm.
Sering kita dengar hal yang aneh ketika kita mengkonsumsi aneka ragam produk pangan yang sudah jarang didapat. Jika makanan seperti umbi-umbian (umbi uwi) tersedia di sebuah rumah tembok kalangan menengah ke atas diartikan penghuni tersebut sedang menikmati makanan tradisional, bernostalgia, atau mencicipi makanan langka. Namun jika makanan seperti umbi uwi di sebuah rumah kayu keluarga miskin diartikan bahwa keluarga tersebut memang benar-benar miskin hingga tak mampu membeli beras, ataupun camilan roti.
Kegunaan
Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam dan juga Papua Nugini dianggap sangat penting sebagai makanan.
Di Kepulauan Banggai, uwi merupakan makanan pokok masyarakat, selain itu juga huwi masih digunakan dalam barter barang dengan masyarakat luar. Umbi dan kuncup daunnya setelah dimasak dengan berbagai cara dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Umbinya dapat diproses sebagai tepung atau serpihan/potongan-potongan tipis; merupakan sumber tepung minor. Kultivarnya dengan umbi yang berwarna ungu digunakan dalam pembuatan es kream dan permen.
Di Papua Nuigini, digunakan juga dalam upacara adat. Umbi memiliki rasa yang hambar dengan tekstur umbi pulen. Dibudidayakan untuk bahan pangan.
Di Afrika Barat dan Filipina, umbi uwi dipergunakan untuk industri pembuatan pati dan alkohol. Salah satu kultivarnya digunakan untuk membuat es krim. Di musim kemarau, ia disimpan di tempat kering, di atas perapian dekat dapur, ataupun disimpan dengan abu.
Padahal umbi uwi merupakan makanan alternative pengganti karbohidrat yang menyehatka karena didalamnya terdapat kandungan-kandungan yang berguna bagi tubuh kita dan juga cocok bagi penderita Diabetes mellitus.
Di Filipina uwi dimasak dengan gula dan dijadikan dessert atau selai yang dinamakan ube halaya. Uwi juga menjadi bahan baku utama dessert yang dinamakan halo-halo. Penggunaan masa kini bahkan dipakai sebagai komponen rasa bagi es krim, susu, kue tar, serta cake. Walaupun umbi uwi jarang kita temukan dipasar-pasar menengah keatas, akan tetapi karena umbi uwi merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tinggi sehingga sekarang masih dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional.
Sebenarnya kalau kita cermati pada musim kemarau walaupun anomali cuaca membuat hujan sesekali turun di beberapa tempat dan menyebabkan banjir. Salah satu kekawatiran yang muncul saat menghadapi musim kemarau ialah bencana kelaparan akibat kekeringan di beberapa wilayah. Kekeringan membuat tanaman (pangan) tak sanggup bertahan hidup, kelangkaan pangan pun terjadi saat dimana kekawatiran akan langkanya pangan, justru saat itulah banyak umbi-umbian yang siap untuk dipanen seperti umbi uwi.
Keunggulan
Ada beberapa keunggulan/khasiat umbi uwi diantaranya:
- Dalam pengobatan tradisional Sumba, akar uwi dengan kepleng [Sumba:rau kabungggulu] (Stephania japonica), bawang putih, umbi jeringau [Sumba:hikiluare] (Acorus calamus) direbus dalam air bersih hingga mendidih dan diminum 2-3 kali sehari, sebanyak segelas.[8]
- Dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi penderita diabetes karena mengandung kadar gula rendah.
- Mudahnya pengolahan uwi menjadi tepung, cukup menggunakan metode tradisional. Cara pembuatannya:
- Uwi diparut kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah lingkungan,"
- Parutan yang sudah dikeringkan, dapat langsung diolah menjadi tepung.
- Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam makanan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar, jadi gampang divariasikan.
- Sebagai obat bengkak. cara pembuatannya: Untuk obat bengkak dipakai ± 100 gram Uwi basah, dicuci dan ditumbuk halus, dibalurkan pada bagian yang bengkak.
- Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tinggi.
- Kandungan kimiawi : alkaloida, saponin, flavonoida, politenol.
- Glikemik rendah (lebih rendah dari nasi), sehingga dapat digunakan sebagai alternatif makanan sumber karbohidrat yang bermanfaat bagi kesehatan. Cocok dikosumsi bagi penderita Diabetes mellitus.
Uwi-uwian (Dioscorea) :
Pangan Alternatif yang Belum Banyak Dieksploitasi
Ketahanan pangan adalah tersedianya pangan yang cukup, merata dan terjangkau dan setiap orang mampu mengkonsumsi pangan, yang aman, dan bergizi sesuai pilihannya guna menjalani kehidupan sehat dan produktif. Salah satu kebijakan ketahanan pangan adalah penganekaragaman konsumsi pangan.
Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa ketahanan pangan yang hanya bergantung pada satu jenis pangan rentan terhadap perubahan lingkungan global. Saat ini mulai sering terjadi kekeringan dan musibah banjir sebagai dampak perubahan iklim global, dan berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yang terbatas dengan harga yang semakin mahal dan tidak terjangkau penduduk berpenghasilan rendah. Pada kondisi demikian, perlu alternatif pangan murah, terjangkau dan tersedia. Tanaman uwi-uwian (Dioscorea)merupakan tanaman sumber karbohidrat dan sudah dikenal lama penduduk Indonesia, namun terdesak oleh komoditas pangan yang bernilai ekonomis.
Uwi-uwian (Dioscorea) secara alami bersifat toleran naungan dan kekeringan, hidup merambat dan menghasilkan umbi di dalam tanah. Sebagai bahan pangan tradisional, uwi-uwian juga potensial sebagai bahan pangan fungsional. Umbi Dioscorea mengandung lendir kental yang terdiri dari glikoprotein dan polisakarida larut air. Glikoprotein dan polisakarida merupakan bahan bioaktif yang berfungsi sebagai serat pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).
Tanaman uwi-uwian tumbuh melilit pada tanaman keras, biasanya mulai tumbuh pada musim hujan dan pada musim kemarau mulai dipanen, namun di lapang tidak selalu ada di setiap musim. Spesies uwi-uwian terdiri dari Dioscorea bulbifera (huwi buah), Disocorea nummularia (huwi upas), Dioscorea pentaphylla (huwi sawut/fibrous yam), Dioscorea pentaphyla, Dioscorea alata, Dioscorea esculenta(gembili), Disoscorea hispida (gadung), dan beberapa sub spesies lainnya. Secara umum yang membedakan satu dengan sub spesies lainnya adalah arah lilitan batang, bentuk batang, ada tidaknya duri pada batang, bentuk dan jumlah helaian daun, ada tidaknya buah di atas atau biasa disebut “katak” atau “aerial bulbil”.
Jenis uwi yang masih terdapat di pasar lokal, khususnya di Pulau Jawa adalah gadung, gembili dan uwi dengan nama daerah yang terkadang sama namun jenisnya berbeda. Gadung biasanya dipasarkan dalam bentuk keripik, sedangkan uwi dan gembili dipasarkan dalam bentuk umbi segar. Hingga tahun 1980-an uwi-uwian masih menjadi cadangan pangan penting pada musim paceklik (krisis pangan). Dengan kemajuan ekonomi, sebagian besar masyarakat beralih ke nasi, dan uwi-uwian jarang dikonsumsi, kecuali kripik gadung masih dijumpai di pasar. Tersingkirnya tanaman uwi-uwian akan diikuti oleh musnahnya gen-gen berguna yang terkandung di dalamnya. Karenanya, upaya konservasi tanaman uwi-uwian melalui kegiatan koleksi, diteruskan dengan karakterisasi dan penelitian lainnya terutama pengembangan produk. Dari tepung uwi-uwian dapat dibuat aneka produk pangan “modern” sehingga secara potensial dapat dikembangkan dalam industri pedesaan. Tanaman uwi-uwian dapat ditanam di pekarangan guna menopang kebutuhan pengembangan produk di pedesaan.
Koleksi plasma nutfah uwi-uwian di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian sebanyak 64 aksesi menunjukkan adanya keragaman bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun, warna tulang daun, warna tangkai daun, warna tepi daun, bulu pada daun, dan permukaan daun. Dari karakteristik batang, daun, dan umbi teridentifikasi bahwa koleksi terdiri dari Dioscorea esculenta, Dioscorea alata, dan Disoscorea hispida. Selain itu, terdapat pula Dioscorea bulbifera, Dioscorea pentaphylla, dan Dioscorea nummularia.Keragaman uwi-uwian tersebut terlihat pada arah lilitan batang (searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam), batang ada yang berduri dan tidak berduri, bentuk dan ukuran daun beragam, serta ada tidaknya buah di atas (aerial bulbil) (Gambar 1).
Gambar 1. Koleksi plasma nutfah aneka uwi-uwian (Dioscorea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU