Tapak Jejak Walisongo
As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (Pangeran Ketandhur Bangkal) "Walisongo" Periodesasi ke 9, 1650 – 1750M
Periodesasi ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
- Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang)
- Syaikh Shihabuddin Al-Jawi (tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi)
- Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura), Sumenep Madura (Menggantikan mertuanya, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir)
- Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, (tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon )
- Syaikh Nawawi Al-Bantani. (1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus)
- Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir ( tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin)
- Sultan Abulmu’ali Ahmad (Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani)
- Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
- Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos)
Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos)
As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (Pangeran Ketandhur Bangkal)
Alias : Pangeran Ketandhur Bangkal
Lahir : Madura
Orangtua : Sayyid Sholih bin Sayyid Amir Hasan
Menggantikan: Sayyid Sholih (Ayahnya)
Daerah da’wah: Jawa Timur dan Madura
Makam : Sumenep, Madura
As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (Pangeran Ketandhur Bangkal), menikah dengan Dewi Pandanaran binti Ki Ageng Pandanaran II alias Sunan Tembayat alias Bupati Semarang II, wafat di Sumenep Jawa Timur 1610 M / 1019 H
Karapan sapi dipopulerkan Pangeran Ketandhur pada abad ke-13 di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.
Ini merupakan asta/pasarean dari pangeran Katandur atau dikenal sebagai Syekh Ahmad Baidawi ini merupakan putra dari Pangeran Pakaos yang merupakan cucu dari Sunan Kudus. Beliau mendapatkan gelar Pangeran Katandur karena merupakan penyebar agama islam yang menggunakan keahliannya di bidang pertanian sebagai media untuk menyebarkan agama Islam.Katandur berasal dari kata “ Tandur ” yang berarti ahli menanam atau ahli pertanian.
Pangeran Katandur atau Syekh Ahmad Baidawisebagai seorang penyebar agama Islam di kabupaten Sumenep dan sekaligus yang pertama kali mengenalkan bercocok tanam dan membajak sawah menggunakan Nanggala atau Salagah yang ditarik oleh dua ekor sapi, yang selanjutnya merupakan cikal bakal budaya karapan sapi di Madura.
Alkisah menyebutkan bahwa Pangeran melakukan semedi dibawah pohon beringin kemudian tidak beberapa lama turun hujan. Dan untuk mengenang, sekarang tempat bersemedi pangeran di beri tanda keramik putih. Adapun letaknya tidak jauh dari Asta P. Katandur yaitu kurang lebih 1 km.
Alias : Pangeran Ketandhur Bangkal
Lahir : Madura
Orangtua : Sayyid Sholih bin Sayyid Amir Hasan
Menggantikan: Sayyid Sholih (Ayahnya)
Daerah da’wah: Jawa Timur dan Madura
Makam : Sumenep, Madura
Karapan sapi dipopulerkan Pangeran Ketandhur pada abad ke-13 di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.
Ini merupakan asta/pasarean dari pangeran Katandur atau dikenal sebagai Syekh Ahmad Baidawi ini merupakan putra dari Pangeran Pakaos yang merupakan cucu dari Sunan Kudus. Beliau mendapatkan gelar Pangeran Katandur karena merupakan penyebar agama islam yang menggunakan keahliannya di bidang pertanian sebagai media untuk menyebarkan agama Islam.Katandur berasal dari kata “ Tandur ” yang berarti ahli menanam atau ahli pertanian.
Pangeran Katandur atau Syekh Ahmad Baidawisebagai seorang penyebar agama Islam di kabupaten Sumenep dan sekaligus yang pertama kali mengenalkan bercocok tanam dan membajak sawah menggunakan Nanggala atau Salagah yang ditarik oleh dua ekor sapi, yang selanjutnya merupakan cikal bakal budaya karapan sapi di Madura.
Alkisah menyebutkan bahwa Pangeran melakukan semedi dibawah pohon beringin kemudian tidak beberapa lama turun hujan. Dan untuk mengenang, sekarang tempat bersemedi pangeran di beri tanda keramik putih. Adapun letaknya tidak jauh dari Asta P. Katandur yaitu kurang lebih 1 km.
Pasarean/Asta Pangeran Katandur berada di kecamatan kota Sumenep, tepatnya di belakang perumahan giling Sumenep. Seperti Pasarean/Asta seorang yang dianggap wali dan berjasa lainnya setiap hari tidak pernah sepi dari peziarah, dan pemerintah kabupaten Sumenep telah menetapkan Pasarean/Asta Pangeran Katandursebagai salah satu tempat wisata religi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sumenep.
Salam. Kalau boleh tahu referensi yang bisa saya dapatkan mengenai onformasi ini apa ya.
BalasHapusapakah sayid baidhowi pernah menjadi sayid ali asghor dresmo?
BalasHapusTahun brapakah lahir pangeran katandur dan dimana tempat lahirnya
BalasHapusada kesalahsn info sbb kskeknya pngeran katandur sunan kudus lahir th1400M...berarti cucu gk mungkin hidup pd masa abad 13 yg katanya kerapan sapi beliau yg mempopulerkan .....
BalasHapusmohon diralat ttg kerapan sapi yg dipopulerkan pangeran katandur pd abad 13....masa bisa pd waktu itu sedang kakeknya aja belum lahir...sepengerahuan sy...sunan kudus lahir thn 1400M
BalasHapus