Serat Kuno
Sêrat Widyakirana Inggih Sêrat Darmasunya Anggitanipun Êmpu Yogiswara
Sêrat Widyakirana Inggih Sêrat Darmasunya
Anggitanipun Êmpu Yogiswara
Darma sonya berisi mengenai diantaranya: asal mula terjadinya alam semesta, adanya tumbuh-tumbuhan, obat untuk sakit, tata cara mengurus orang meninggal dan lain-lain
Darmasonya adalah suatu karya sastra yang digubah oleh R. Ng. Yasadipura II. Karya sastra ini berbahasa Jawa, berbentuk tembang macapat, yang terdiri dari 21 pupuh. Bentuk-bentuk pupuh yang digunakan adalah Dhandanggula, Sinom, Asmaradana, Pangkur, Kinanthi, Pucung, Durma dan Mijil. Isi dari Darmasonya ini adalah petuah-petuah dan ajaran-ajaran agama Islam
dalam kitab ini kata Tuhan disebut dengan Hyang Widdhi atau Hyang Suksma. Hampir tidak ditemukan kata Allah dalam kitab ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu Buddha masihlah sangat kuat dalam masyarakat ketika kitab ini dibuat.
Namun, walaupun penyebutan Tuhan, mirip dengan penyebutan Tuhan dalam agama Hindu, tapi isi kitab ini tidak ada pengaruh ajaran Hindu atau Buddha sama sekali. Hampir tidak ada ajaran kejawen atau apapun yang mencampur-baurkan ajaran-ajaran Islam dengan ajaran lain.
01. Bila anda ditanya dan anda tiada tahu, janganlah anda merasa mengerti, seyogyanya berterus terang bahwa sesungguhnya, anda belum mengerti, sebaiknya anda berketetapan hati, bahwa j ika anda menganggap baik sesuatu yang tiada melalui empat jalan, yaitu melalui dalil, hadis rasul, kias dan ijemak, anda akan menjadi kafir.
02. Tumbuhnya rasa kasih tiada, lain dari dalil hadis kias dan ijemak; barang siapa tiada percaya adalah kafir, apabila ada ilmu yang menyimpang dari empat jalan terse but, itu adalah ilmunya syaitan, wajib dibunuh dimusnahkan dan cepat-cepatlah anda singkirkan, selain empat hal tersebut, lebih sempurna lagi : iman, taukhid, makripat, keempatnya Islam.
03. lman itu diuraikan dalam semara-kandhi, sanbayan dan tesdik. Adapun arti taukhid, adalah tunggal, jangankan anda mengira Tuhan itu dua, sebaliknya harus percaya Tuhan itu satu, yang agung tiada samanya.
04/5. Sudahlah tersebut dalam tafsir, dosa besar mendua Tuhan, itu kafir musrik namanya. Taukhid disebut sempurna : janganlah anda merasa dalam diri anda, memiliki tingkah laku, dapat mengucap, memiliki penglihatan, penciuman, pendengaran, rupa serta menjadi titah Tuhan sebagai miliknya sendiri. Apabila orang mengira demikian, maka jadilah orang itu kafir, musrik kadariyah dan akan berada di neraka selamanya.
06/07/08. Adapun yang disebut makripat berarti : tabu apa sesungguhnya Tuhan. Bila anda ingin megerti sebenarnya, bacalah kitab Taurat, Bayan Tesdik. Arti Islam, menyerahkan diri kepada Tuhan. Syaratnya menyerahkan diri, baca dan pelajarilah kitab Sitin, Misa, Sujak Makali lbnu Hajar, Hunari Anwar, Bayan Patawi, Istilapilmad Abngajid, Mutada dan Akrar Mustaal Mahriru, semuanya kitab fikih. Semuanya itu pula sebagai sarana menyerahkan diri kepada Hyang Widi. cerita dalam kitab, kitab Iniahal dan Tashi. Orang-orang mukmin wajib membaca dan mempelajari sarap dan midkale, semua tata bahasa Arab. Pemerintah hati nurani : wajib semuanya a bersembahyang. Orang mukmin sewaktu berbakti, tiada dapat pisah bila tiada makan.
09/10. Semuanya wajib makan, makan semau rejeki yang halal agar dapat dengan takwa menjalankan sholat. sebagai seorang Islam yang taqwa, harus menjalankan lima perkara: pertama membaca sahadat, kedua sembahyang lima waktu, ketiga memberi zakat-fitrah, keempat puasa romadhon, kelima naik haji ke kakbatolah bila kuasa, yang artinya terbuka jalan, punya bekal dan cukup terang keadaannya dalam perjalanan pulang pergi. Bila demikian keadaannya, orang Islam berkewajiban menjaga makan, pakaian, bekal naik haji dan sarana sarana diri mekah.
11. Dalam kitab subah sudah tersebut, bagaimana imam yang sempurna. Orang yang betul-betul bersih hati sanubarinya dan percaya kepada enam hal : bermula sujud menghadap Hyang Widhi dan percaya kepada malaekat, ketiga percaya kepada kitab Qur’an dan mengagungkannya.
12. Orang mukmin bila cinta kepada Qur’an berarti cinta kepada kitab-kitab sebelumnya, keempat percaya kepada para Nabi, percaya kepada hari kiamat, keenam percaya kepada kodrat, tinggi rendah, besar kecil, baik dan buruk kesemuanya dari Hyang Suksma.
13. Percaya kepada Hyang Suksma, selayaknya cinta kepada-nya dan mengagungkan-nya. Bila anda ingin terbalas kasih sayang anda oleh Hyang Widdhi, ikutilah Nabi utusan-nya, pastilah anda mendapat kasih sayang Hyang Widdhi. Percaya kepada Tuhan yang maha lebih akan tahu, mengerti Hyang Suksma.
14. Bahwa Tuhan itu pasti hidup/ada, hidup-nya tiada nyawa, selama-lamanya dada akan mati. Hendaklah anda ketahui, bahwa Tuhan pasti tahu dalam alam semesta ini, apa kehendak-nya jadi. Dalam Qqur’an telah tersebut, bahwasanya Tuhan lebih tahu gerak-geriknya hati.
15. Ketahui dan ingatlah, bahwa sayang itu lebih kuasa, sudah menjadikan alam ini semua, dan itu sudahlah kehendak Hyang Agung. Berbeda dengan hamba sekalian dalam hal pekerjaan dan kehendak. ketahuilah lagi, bahwa Allahtangala tiada berbadan halus tiada berjizim kasar.
16. Sesunguhnya berbeda dengan manusia; titah semuanya berbadan kasar, malaikat, jin dan syaetan berbadan halus. Ketahuilah selanjutnya, bahwa roh tiada bemafas, itu semuanya dijadikan oleh Hyang Widdhi.
17. Orang-orang bodoh yang setengahnya memper-Tuhan segala apa yang serba kelihatan bercahaya, karena dari angan-angan makripatnya, dianggap Tuhannya. Berfikir dan bersalah, dan silakan sungguh-sunggh tekun bersujud, rasakan arti dan maknanya. Ketahuilah selanjutnya, bahwa Tuhan pasti mendengar dan mengetahui segala apa yang ada di dunia ini.
18. Melihat mendengar anda sekalian, sesungguhnya tiada buta dan tuli. Kaya ilmu, tiada dengan akal budi, melihat tiada dengan mata, pendengarannya ada dengan telinga. Bersabda tanpa bibir, tiada dengan mulut dan tiada bersuara.
19. Sabdanya tiada dengan membutuhkan mulut dan suara. Hyang Suksma tiada mengalami bisu untuk selama lamanya. Tiada bertambah dan berkurang . lain sekali dengan makliluk, hidup dan mati, tinggi dan rendah, sakit kemudian enak, kosong dan penuh sudahlah menjadi bagiannya. Ingatlah selanjutnya.
20. Hyang tiada bersifat hitam, tiada putih, tiada merah muda, tiada hitam, tiada hijau tiada berbentuk, tiada biru tiada kelihatan. Ketahuilah selanjutnya, Hyang Suksma tiada suram, pudar, tiada bercahaya bersinar-sinar, tiada berbau, tiada harum, tiada bau busuk.
21. Tiada apek, lengit, prengus, tengik, tiada masam tiada manis, tiada merasa enak dan sakit, tiada panas dan dingin, tiada senang dan susah, berbeda dengan makhluk. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Besar, besamya tiada terbatas, ke timur, ke utara, ke barat ke selatan, ke bawah dan ke atas, itu sudah pasti tiada berbatas.
22. Para Nabi dan para wali sudah bermufakat semuanya, bahwa takbir sholat dan sholat-sholat semuanya, beserta lapal Allahu akbar bermakna: Allah Maha Agung. Bila sudah mengerti dan percaya Allah Maha Agung, agung tiada berbatas, maka :
23. lngatlah selanjutnya bahwa Allah sesungguhnya Hyang Mulya, tiada ubah dan gerak, tiada berhenti dan bealan, sebab dari besamya Hyang Widdhi. ketahuilah, bahwa Tuhan besertamu; bila anda hendak melihat dan mengetahui Hyang Widdhi, jangan menyiksa diri anda. Meski berbatasan dengan lautan dan gunung sekalipun hendaklah anda lakukan. Tuhan pasti bersamamu. Dalam kitab jubah tersebut, manusia tidak berwenang menyiksa dirinya demi hak miliknya di dunia. Mmanusia hanya berwenang menyakiti raganya untuk mengetahui apa dan siapa sesungguhnya Hyang Widdhi. Demikian agar sempuma.
01. Adapun yang tersebut alam : Bumi dan langit ketujuh, beserta seisinya, surga dan neraka, sabda Allah, kedudukan-nya, tiada lain Illahi Allahtangala. maka disebut bahwa ilmu itu petunjuk adanya Hyang Suksma.
02/03/04/05/06. Tersebut bumi dan langit ke tujuh, bila di letakkan, dikembalikan kepada kedudukan Hyang Widdhi, yang juga tersebut dalam kitab, luasnya bumi ketujuh tidaklah lengkap, seperti dirham, uang, ketujuhnya terletak dalam nyiru, pastilah uang uang dan nyiru berbeda besarnya. Adapun singgasana Hyang Suksma, bila di letakkan kembali disebut Hyang Widdhi, seperti satu-satunya berada di tanah lapang luas, tiada makhluk yang tahu. Di tepi tempat kedudukan itu hanyalah Hyang Suksma, mengetahui tepian tempat kedudukan. Besamya alami, tak lain adalah ngaras yang bertepi yang disebut makhlukpun satu dengan alam, jisim pun demikian. Alam besarta yang disebut dahulu termasuk alam, kesemuanya tiada langgeng, bersifat fana. Diam dan bergerak, sakit dan enak, suka dan duka, tertawa dan duka hijau, kuning biru ungu dan putih. ltulah semua disebut ngaral. Bau busuk dan bau harum, segala yang berwarna dan berupa, yang bercahaya bersinar-sinar dan yang gemerlapan, yang suram sesamanya adalah ngaral smuanya, hanyalah Hyang Suksma yang tiada ngaral, zat mulia tiada memiliki banyak sifat.
070/8. Lebih banyak sifatnya tiada dapat dihitung. Lebih sedikit yang terdapat dalam kitab Taurat, hanyalah dua puluh. Mengenai sifat ini, wajiblah semua yang disebut mukmin membaca dan mempelajarinya dalam Taurat, bayan dan tesdik, sehingga tahu yang disebut Tuhan dan segala yang ada di dunia pasti jadi satu dengan Tuhan. Tempat kedudukan Hyang Widdhi pasti di luar hal-hal yang buruk. Dalam alam itu pastilah Tuhan yang agung, Yang Maha Kuasa, di atas lumut, di dalam samudera.
09/10/11. Di luar lumut adalah samudera, di dalam lumut pasti laut juga. Yang disebut iman, yang kedua: kasih sayang kepada malaekat janganlah sekali-kali ada yang mencaci makinya. Malaekat ada yang membuat hujan, ada yang membuat pohon-pohonan serta tumbuh-tumbuhan dari bumi. Malaekat adalah makhluk Tuhan. Siapa yang percaya kepada malaekat lebih tebal imannya. yang benci kepada malaekat dan mencela, mencerca dan mencaci maki, jadilah kafir orang itu. Ketahuilah bahwa malaekat banyak jumlahnya dan bermacam-macam. Ada yang bersayap satu, dua, tiga atau empat ada yang jadi utusan Nabi muhammad, ada yang besar kedudukannya.
12. Sedang tempat duduknya, ada yang melingkari tempat kedudukan Hyang Suksma. Ada yang menyakiti diri pribadinya, ada yang menjatuhkan air, ada yang menghembuskan angin, ada lagi malaekat kalanya memecah biji, setiap satu malaekat satu biji.
13. Setiap titik air hujan, satu malaekat. meskipun demikian tiada penuh sesak. Adapun badan halus demikian juga halnya. Banyaklah jumlahnya malaekat itu, ada yang menarik samudera, ada yang menarik bulan. Aada pula yang hanya berdiri.
14. Ada yang bersatu, ada pula yang selama-lamanya hanya bersholat. malaekat-malaekat itu ada yang menyamar sebagai hewan-hewan suci. Ada yang berupa manusia, hewan, berupa menjangan, kerbau , kambing, lembu, unta, kuda, burung, hewan segala.
15. Langit yang tersebut, dibuat dari manik-manik, jumerut hijau warnanya. langit yang ketiga dari emas, keempat dari perak yang putih.
16. Langit yang kelima dari masaru, keenam dari intan putih. Sejumlah langit-langit itu tiada disebut besarnya, hanyalah langit ketuiuh disebutkan: besarnya seperti peristiwa-peristiwa dalam empat tahun.
17. Adapun semua ada dua puluh ribu macam jumlahnya, tambah lima tahun lagi. Langit ketujuh sebagai cahaya yang tiada pada lllahi. Adapun langit itu bemama ngirabiyan, tingginya tiada terbilang. Sejumlah langit langit tersebut penuh dengan malaekat.
18/19/20. Ada yang menjaga manusia, ada yang mencatat segala dosa dan sembahnya para mukmin. Ada yang masuk dalam kalbu manusia, selama manusia itu berdikir. Bila berhenti berdikir, malaekat itupun pergi. Syaitanlah
yang mencegah dan masuklah syaitan itu ke dalam kalbu manusia. Adapun yang lama dengan itu, manusia beserta dikirnya, ialah: membaca Qur’an, sholat, kuat, tekun berdo’a, mendo’akan keselamatan para Nabi, para wali dan para mukmin, beserta puji-pujian, puji subkanalahi. Tersebut dalam kitab Atkiya : yang disebut jahil. Sesungguhnya jahil itu seperti sifat anjing menjelma dalam kalbu manusia. ltulah yang menghalang-halangi bila ada malaekat membawa rahmat.
21/22. Raklunat Yang Maha Mulia, yang akan masuk ke dalam kalbu manusia. si drengkin, jahil karyanya membatalkan rakmat, karena itu ingatlah selalu, sehingga si jahil tiada berada di kalbumu selalu. Bila jahil telah pergi dari kalbu manusia, datanglah lagi malaekat membawa rakhmat, masuk dalam kalbu manusia. Kkitab Juwahir menyebutkan : bila anda merasa panas, tempatnya dalam hati, itulah syaitan yang menjelma. Tidaklah syaitan itu berasal dari api neraka. Panas di hati, menembus merah padam di mata.
23/24. Maka merah kuning, karena berasal dari hati. Cerita kitab Juwahir, selanjutnya dari Qur’an di dalam surat rabilnasi : hendaklah anda ketahui, bahwa apabila malaekat itu berupa binatang, tidak akan berupa anjing kecil, serigala, tiada juga berupa kambing, babi hutan, babi. Malaekat tidaklah akan menyamar seperti itu. Setengah pandhita berkata : barang siapa orang Islam memanggil anjing dan babi hutan, yang, ikut memanggil pun jadilah orang kafir.
25. Khotbah jum’at berkata : manusia yang meninggalkan diri dari sholat lima waktu, adalah najis, lebih najis daripada najisnya anjing dan babi. Manusia yang bersholat haruslah dapat mencegah tiada berkumpul dengan orang yang meninggalkan diri dari sholat.
26. Imam yang ketiga: tekun mempelajari kitab Hyang Widdhi. Segala kitab dari Hyang Suksma yang diturunkan kepada para rasul, bejumlah seratus empat, kepda Nabi Adam sebanyak sepuluh, kepada Nabi Sis lima puluh enam banyaknya.
27. Nabi Idris tiga puluh. Nabi Ibrahim sepuluh, genap seratus jumlahnya. tersebut empat buah lainnya, kitab Tauret, kitab Jabur, lnjil dan Qur’an. Kitab Tauret kepada Nabi Musa.
28. Jabur kapada Nabi Dawud, lnjil kepada Nabi lsa. Qur’an kepada Nabi Muhammad. segala kitab tersebut, jelas perintah-nya, tiada pula berbeda, karena ke Nabiannya telah dimusyawarahkan dan telah diputuskan dalam taukhid.
29. Berkatalah seorang wali, Abu Hurairoh. Rumah yang dipakai membaca Qur’an, yang empunya jadi kaya tiada terhingga banyaknya, dan lagi kedatangan para malaekat, syaetan-syaetan keluar dari rumah.
30/31/32/33. Dalam khadis tabsirah, Abu Hurairoh, berkata rumah para mukmin yang tiada dipakai untuk itu, artinya khilaf atau melupakan Qur’an, yang empunya miskin, karena bendanya sedikit, para malaekat pergi yang datang masuk rumah syaetan-syaetan. Selanjutnya ki Sahid putera Kabib dari kangjeng, Nabi berkata: barang siapa mengucapkan lafal dalam Qur’an kelak akan sembuh dari siksa jauh dari akhirat; dan lagi akan mengurangi siksanya ayah dan ibu. Sekalipun ayah dan ibunya orang kafir, akan juga mengurangi siksanya. Selanjutnya ki Abdullah putera lbnu Umar berkata: barang siapa membaca Qur’an, akan mendapat pangkat tinggi dari Hyang Widdhi hingga seperti derajat Nabi, hanya berbeda wahyu. Nabi memiliki wahyu lahir wahyu batin.
34/35. Tidak hanya hafalnya kitab, menurut pendapatmu tampaknya sudah sesuai dengan keterangan hadish bahwa Al-Qur’an sebenarnya merupakan hal keutamaan. lman yang keempat : orang mukmin yang ingin tetap sebagai mukmin, hendaklah mencintai kepada semua rasul Tuhan dan para Nabi, wajib menghitung-hitung jumlah Nabi. Seratus ribu jumlahnya, tambah dua puluh empat ribu, jumlah Nabi seratus ribu, tambah dua puluh ribu, dan empat nambang.
36. Setengah pendeta berkata: para Nabi dan para rasul jumlahnya dua ratus ribu, dua puluh ribu lagi, lebihnya empat ribu. Anda tiada wajib hanya menghitung-hitung jumlah para. Nabi, tetapi diperintahkan mengagungkan-nya.
37. Tiada wajib hanya menyatakan menyebut jumlahnya satu persatu, hanya wajib mempercayai, mencintai dan meyakini para Nabi dengan benar-benar. Bila dada percaya, orang akan jadi kafir, janganlah ingkar, benci kepada satu kitab, satu kalimat pun janganlah.
38. Bila anda tiada percaya, mencerca dan mencaci makinya, mentertawakannya anda menjadi kafir. Siapa saja orangnya yang mencaci maki, menghina, mentertawakan Nabi dan malaekat, akhimya jadi kafir.
39/40/41. Sungguh kafir seperti halnya mencerca Hyang Widdhi para Ambiya dan Rasulullah. Nabi yang menjadi utusan,pesuruh Hyang Agung jumlahnya tiga ratus tiga belas, termasuk juga yang dua ratus dua puluh empat ribu. alkIsah para Nabi punya sareat atau peraturan enam jumlahnya. Nabi Adam yang pertama, diganti Nabi Nuh. Nabi Nuh diganti Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diganti Nabi Musa. Nabi Musa diganti Nabi lsa putra Maryam. Nabi lsa diganti Nabi Muhammad Rasulullah selama lamanya tiada batas sampai kiamat.
42. Semua utusan, ketiga Nabi tersebut kemudian beserta yang tiga belas, dengan perantaraan malaekat Jibril memberi nasihat mendidik agama suci dari Hyang Agung dan manusia, Jin diajak ke sorga.
43. Nabi-Nabi itu lurus dan benar sabdanya. Mereka di jaga oleh Hyang Suksma, supaya jauh dari dosa besar dan kecil. Para Nabi yang menjadi rasul, semuanya manusia laki-laki bebas dan bukan budak, semuanya suci dan bukan bekas boyongan.
44. Yang memiliki wahyu batin dan wahyu ahir, misal Jeng Nabi Musa, wajahnya bersinar seperti bulan, tongkatnya bila dibuang jadi ular, ular yang besar sekali. banyak sekalilah mukjijat para Nabi rasul, lain-lain dan bermacam-macam.
45. Ada yang sangat hina dina. Tersebut dalam kitab Juwahir: para rasul keadaannya hina, fakir dan miskin. Selanjutnya kitab llbab berbunyi : dahulu Nabi Sulaiman kaya sekali tiada terhingga, itu di dalam lahir, batinnya bersatu dengan fakir miskin yang hina.
46/47. Tersebut dalam khadis tabsirah: dalam batin Nabi Sulaiman tiada terasa sama sekali kaya raya, karena kerap kali berkumpul dengan fakir miskin. Dalam kitab Juwahir disebutkan, bahwa makan Nabi Sulaiman tiada yang enak-enak, hanyalah apem jagung. Kangjeng Nabi Sulaiman dermawan, kasih sayang kepada sesama, bila memberi makan makanan yang enak-enak beserta yang indah-indah pemberiannya. Yang dimakan sendiri bukan yang enak-enak.
48/49. Kitab Juwahir menerangkan : orang Islam bila membuat rumah cukuplah sudah satu tiang tingginya. Kitab Atkiya dan Juwahir sepakat, sama-sama menyebut: bila rumah manusia terlalu besar, lebih dari enam tiang tinggi-nya, tiada lain akan menjadi milik pasek. Ada lagi sabda yang menambah: “hai manusia, apabila kamu membuat rumah terlalu besar, besarnya berlebih-lebihan, maka jadilah pasek, betul-betul pasek, tiada beragama, murtad. Arti berlebih-lebihan, tiang-tiangnya tinggi, lebih tinggi daripada enam hasta. barang siapa menghina kitab ini, betul-betul jadi kafir. Buda namanya orang itu. Hai orang-orang mukmin, janganlah menyangkal, sebaliknya milikilah tenggang rasa, rasa kasih sayang.
01/02. Bersabdalah kangjeng Nabi rasul mustapa, “hai orang orang Islam. barang siapa menyakiti orang lain, kepada seorang mukmin, sama halnya orang itu menyakiti diri saya. Barang siapa menyakiti sesamanya, sama halnya menyakiti Hyang Suksma. Siapa yang menyakiti orang beserta Allahnya, akan mendapat laknat, siksa dari dunia hingga ahirat.” hadis tabsirah berbunyi :
3. Barang siapa sebagai orang Islam tiada mencintai kepada sesamanya, beserta orang-orang mukmin sekalian, itu belum dIsayangi oleh Hyang Maha Mulia. tandanya disayangi bila sayang kepada sesama Islam.
4. Barang siapa ingin kasih sayangnya diterima oleh para Nabi, para malaekat dan para utusan, seharusnya orang kasih sayang kepada jeng Nabi rasul Muhammad Mustapa.
5/6. Barang siapa kasih sayang kepada Nabi, kepada malaekat, disebut sempurnalah imannya dan disayangi oleh Hyang Suksma. Siapa saja membuat malu sesama Islam, sama halnya membuat malu para Nabi dan utusannya, sama juga membuat malu Hyang Suksma dan akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
7. Barang siapa benci kepada para Nabi, jadilah kafir orang itu. Siapa juga cinta kepada orang ulama, sama halnya cinta kepada kangjeng gusti rasul, seperti cinta kepada Allah.
8/9. Barang siapa sayang kepada orang mukmin, jadi sayang kepada ulama, kepada Nabi utusannya. Jeng Rasul bersabda: Barang siapa sayang kepada orang alim satu itu, jadilah sayang kepadaku. Barang siapa membenciku, jadilah jadilah benci kepada Allah, akan jatuh ke neraka. Orang yang sayang kepada sesama, seperti halnya orang itu sayang kepada yang dikasihi Tuhan, di dunia.
10/11. Tersebut dalam kitab subkah : dalam kitab mustahal kangjeng Nabi bersabda: bahwasanya orang ulama sama halnya seperti raja dari Hyang Suksma yang menguasai dunia, dan selanjutnya, siapa menyiksa orang alim, akan rusaklah sendiri.Ddalam kitab dinyatakan : pengulu, modin sebagai orang al im yang menjadi kepercayaan Tuhan di dunia.
12/13. Tiada pula sejalan dalam perbuatan dengan satriya, punggawa, menteri dan raja-raja. Iman yang kelima: percayalah, bahwa besok di hari kiamat manusia, tidak akan mati. Bumi dan langit akan rusak. Hanya sorga neraka seisinya tiada akan rusak. Pastilah itu menjadi kehendak, tanda-tandanya hari kiamat:
14/15. Bila matahari terbit dari arah barat dan terbenam di sebelah timur. sampai saatnya hari kiamat, semua makhluk Tuhan terkejut, karena hebatnya topa, gempa bumi seperti dibanting-banting. sangatlah hebat angin topannya, di langit meniup kencang. Gunung berlaga sesama gunung, bintang-bintang berjatuhan seperti hujan. Langit ketujuh bagaikan di belah-belah, dunia berputar kencang seperti dinyiru.
16/17. Ceritera hari kiamat yang tersebut dalam mahdinal, tapsir iksan – kamil; manusia, jim syaitan malaekat mati semuanya. Bumi dan langit hilang sama sekali. Allah tangala bersabda dalam diri pribadi : siapa lagi, yang akan berkuasa dan berdiri sebagai raja tiada tolok samanya.
18. Akan dijawab sendiri: hanyalah diri pribadi sebagai raja tiada bandingnya, membunuh dan menghidupkan. Yang sudah menemui ajalnya dihidupkan kembali oleh Yang Maha Mulia.
19/20. Para mukmin masuk ke sorga yang serba indah dan fana keadaannya, lebih bagus dan tambah muda. Kitab sanusi muntabak menyebut : orang-orang mukmin di dalam sorga tiada habis habisnya bersuka ria, menari-nari sehendaknya. Adapun orang-orang kafir masuk neraka semuanya, menderita sakit tiada batasnya. Orang mukmin yang murtat merasa sangat berat di dalam siksa.
21. Bila dosa mereka sudahlah dipandang cukup, dimasukkan mereka itu ke dalam sorga. Orang mukmin yang meninggalkan diri dari sholat pun disiksa, seratus tahun lamanya, begitulah tersebut dalam kitab lubab.
22. Meninggalkan lima waktu, tersiksa lima ratus tahun. Berkatalah seorang pendeta: meninggalkan satu waktu, tersiksa seribu tahun, lima waktu, lima ribu tahun siksanya.
23. Iman yang keenam: percayalah hendaknya anda sekalian, bahwa untung dan baik, kafir, Islam, kaya dan miskin , sudahlah menjadi kehendak Tuhan, Allah yang maha tinggi. Bila anda menghendaki menjadi seorang kafir, akan selalu mendapat marah. Bila ingin sebagai lhdinas sirotol hingga akhir patekah, dan lagi yang disebut waktunya sholat, adalah niat, hasratnya sholat.
24/25. Barang siapa mengira kafir, lslamnya jadi berKurang. Orang itu jadilah kafir, disebut kafir kadariyah. Adapun yang disebut kepada iman, tiada lain dikir Allah, La ilaha illolah, mukhamad rosulullahu. Yang disebut hatinya iman. 26. Membaca Qur’an, tahu arti serta baik membacanya. Yang disebut otaknya iman: keras berdoa, siang malam, memohon belas Tuhan.
27. Belas kasih Tuhan kepada para mukmin semua, agar mendapat selamat. Dalam surat subkah disebut: janganlah memberi salam kepada orang yang meninggalkan sholat, salamnya janganlah dijawab. Setengah ceritera menyebutkan: orang meminum minuman keras, bila memberi salam kepadamu, janganlah kamu jawab.
28. Tersebut dalam kitab Juwahir: yang disebut otaknya iman, adalah lain takbir. Takbir Allahu akbar, artinya Allah Maha Agung.
30. Tepatlah lafal Allah. Agar alipnya ditekankan, dipelankan pada ucapan Allah dan diberi tesjid lagi, dipendekkan ehenya, dijelaskan ucapan akbar. Untuk itu jangan sampai tersela karena itu merupakan syarat takbir pada sholat.
31. Jangan sampai diselingi sendiri mendengar, dan jangan sampai membalik takbirnya. Pada ucapan akbar agar dicepatkan, dan jangan sampai disela dengan kalimat lain.
32. Tetapi apabila ucapan itu tersela sedikit dengan ucapan Allahul jahinul akbar itu akan tidak tepat ucapan alipnya dan disebutnya alip taplul.
33. Adapun arti taplil : Allah maha agung, maha besar, dan percayalah hendaknya, di dalam dan di luar pastilah Tuhan sendiri, seperti lumut dalam laut.
34. Di dalam lafal takbir haruslah memakai Allahuaklam, janganlah memakai lafal yang lain. Adapun yang disebut pokok sholat: mengucapkan fatekhah dengan bismillah juga.
35. Panjang pendeknya hendaklah tepat, dan tesjid fatekhah-nya diterangkan empat belas jumlahnya, huruf yang panjang jumlahnya tujuh belas, madlajam lafal alip.
36. Tiga alip panjang-panjang, berseling-seling seperti alip yang ketiga. Setengah pendeta berkata: orang bepergian seperti panjangnya alip, tesjid dan lam, baik-baiklah membaca tahyat.
37/38. Tahyat akhir dan membaca selawat ditujukan kepada kangjeng Nabi rasul, diawali dengan salam yang baik. Adapun kuatnya sholat: rukuk dan sujud. Adapun yang disebut zat sholat: tumaninah, dan lagi yang disebut intinya sholat: letaknya dalam tahyat akhir. Kakinya sholat salam yang permulaan, yang disebut sholat, dari tekbir hingga salam.
39. Adapun nama dan sebutan serta arti sholat meminta rahmat dan ampun Tuhan. Kitab Juwahir menerangkan :
40. Otaknya iman, ialah bahladinas siratal , hatinya sholat ialah patekhah. Yang disebut akarnya iman: janganlah beranggapan bahwa manusia memiliki barang sesuai. Manusia hanyalah makhluk Tuhan.
41. Yang disebut tempat pemberhentian iman : rowatib, tarraweh. Yang disebut membatalkan iman ialah semua sholat sunat. Bila sholat wajib telah terlaksana semuanya, baru sholat stitiat. apabila masih banyak kesempatan dan waktu-waktu itu tetap tidak disahur, sholat sunatnya tidaklah syah.
42/43/44/45. Dosa besar orang yang meninggalkan diri dari sholat, meminum minuman keras, tiada memberi zakat, pun berzina. Makan riba, bertaruh, merampas di jalan, mencuri, membakar rumah , tiada berpuasa dalam bulan romadhon, tiada naik haji ke mekah meskipun ada sarananya. Dan manusia yang aneh itu menjamak dubur isteri atau isteri orang lain, baik laki-laki maupun perempuan berdosa besar. Putra ngabas berkata: dosa besar yang tersebut dalam, tabsir dan kutbah tujuh puluh jumlahnya. Yang disebut mukmin yang murtad, adalah yang menjalani dosa, baik kecil maupun besar. Sebelum bertobat dan syarat tobat yang dianggap syah adalah berkeras hati untuk tidak mengulang berbuat dosa lagi.
46/47. Selanjutnya, orang yang selalu melakukan dosa-dosa kecil sekalipun, selama itu celaka sebelum benar-benar bertobat. Dalam kitab Adkiya disebutkan
48/49/50/51. Barang siapa membuat rumah tinggi tiangnya lebih tinggi dari enam hasta, jadilah celaka orang itu. Dari besamya rumah, pada waktunya hari kiyamat, ada yang memanggilnya. Hai orang-orang celaka, bila demikian halnya, jadilah kamu raja kesengsaraan, sangat sengsara orang yang terlalu besar rumahnya. Dalam kitab ahya dan kitab sitin bersabdalah kangjeng rasul : semua orang Islam, laki-laki dan perempuan wajib memperhatikan ilmu agama Islam. Sabda jeng rasul : yang mendapat kasih dan anugerah, pada waktu meninggal dunia, adalah raja Islam yang ulama. Runtuhlah bumi dan dunianya. semua merasa sakit dan merasa, langit ikut sedih bEla sungkawa merasa seisi samudera beserta ikan-ikannya memintakan ampun, ampun kepada Tuhan yang maha mulia. Beserta burung-burung di angkasa membaca istigfar. Sabda jeng rasul agar orang mukmin bersholat.
52. Bila sudah jadi alien, demikianlah kelak akan jadi kaya dan bagus. Kitab ahya dan kadis, sabda jeng rasul pastilah benar semua. Bila ada orang yang mencerca seorang ulama, sama halnya dengan memaki-maki kepada Nabi, yang jumlahnya tujuh puluh. Adapun orang mukmin yang meninggalkan diri dari sholat satu waktu, tersiksalah di kemudian hari.
01. Seratus tahun siksanya bagi orang yang meninggalkan satu kali sholatnya. Di dalam kitab lulbab ada lagi riwayat: pendeta yang meninggalkan satu waktu, di hari kemudian tersiksa seribu tahun lamanya.
02. Semua orang yang kafir, baik laki-laki, maupun perempuan selamanya di neraka tempatnya. Jim pria, Jim wanita yang sama-sama kafir, selamanya di neraka, orang kafir musuh Hyang Widdhi.
03/04. Semua jim yang kafir dan syaitan, laki-laki maupun perempuan semuanya dibenci Hyang Widdhi. Dalam Qur’an kitab bagoroh menyebut: sesungguhnya Allah yang maha mulia, bersifat kasih sayang, sayang kepada orang mukmin. sayang juga Hyang Widdhi kepada orang ulama. Sangat bencilah Hyang Widdhi kepada orang mukmin yang ingkar dalam segala hal. Sebaliknya sangatlah sayang kepada para mukmin yang halus.
05/06. Dan sangatlah kasihnya Hyang, suksma kepada semua orang mukmin yang tulus. Para Nabi yang sangat dikasihi menurut ceritera adalah para kabibullah, yang lebih atas Nabi muhammad, kemudian Nabi lsa, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan para rasul semuanya. Para Nabi sangat disayangi oleh empat utusan ialah: para malaekat Jibril, Mikail, lsrafil dan ljrail ; semuanya kekasih Allah.
07/08/09/10. Dan lagi empat orang hamba, Abubakar, Umar, Usman dan Ali dikasihi Hyang Agung. Sangat sayang Hyang Widdhi kepada orang yang “mati sabil” dan “mati sahid”, dan kepada para Nabi, karena semuanya sangat tekun dikir dan sholat tahjud siang malam juga tekun sholat dhuha. Sesungguhnya Hyang Agung sangat sayang kepada mukmin yang tulus, sayang juga Hyang Widdhi kepada orang yang berilmu, banyak ilmu tambahan, tekun berbakti, kasihnya melebihi manusia yang mati sabil. Di dalam perasaan segala dosanya diampuni. Kitab Lul menyebut: orang mukmin yang alim, lebih sulit merusaknya oleh syaetan dan iblis. Syaitan dan iblis merasa susah dan pedih hati daripada merusaknya seribu orang yang bodoh-bodoh meskipun seribu orang ini sangat taqwa berbakti kepada Hyang Agung.
11/12. Jeng Nabi rasul bersabda manusia yang tekun membaca dikir: La illaha illahu, muhammad rasullulah, itu lebih utama daripada perang sabil. kitab lulbab menyebutkan lagi : orang mukmin yang kuat tekun membaca: ya bismillahi rohmanirrahim, setidaknya syaetan-syaetan hancur luluh seperti timah digoreng di atas api. Demikian juga kitab Qur’an menyebut: janganlah anda bicara tentang manusia mati sabil.
13/14. Janganlah anda mengira mati, sebaliknya anda menamakan hidup, karena rohnya masuk ke dalam tembolok burung, yang wamanya hijau, Melompat lompat di dalam sorga gung. Dalam kitab daka disebut: roh orang-orang mukmin menjadi satu tempatnya di dalam tembolok, tembolok dari burung-burung kecil yang melompat-lompat di dalam surga. Kitab sukbah berucap: perang sabil dikatakan sempuma, apabila dengan mengucapkan kalimah kak dekat raja jair.
15. Kalimah kak terdapat dalam kadis, dalil, kias ijmak. Kadis tabsirah menyebut: di dalam mati sahid harus sambil mengucapkan kalimat kak di muka raja-raja jair. ltulah perintah Tuhan.
16/17. Adapun arti jair, raja jair: raja yang menyimpang dari adil, berbuat sekehendaknya, menyimpang dari hukum, peraturan menjatuhkan hukuman mati yang belum dibenarkan oleh hukum. Kitab nukayah mengucap : di bawah mati sabil , termasuk orang-orang yang taqwa, tekun sholat, membaca dikir dan doa, mendoakan orang Islam agar selamat di dunia dan akhirat. Kangjeng Nabi bersabda hai umatku semua.
18/19. Barang siapa bersholat dhuha, hendaklah tepatkan pada hari jumuah sebelum saat bedug, jumlahnya empat rokaat, permulaan membaca fatekah sepuluh kali, surat palak juga sepuluh kali, surat binas sepuluh kali lagi, surat kulhu, ayat kursi juga sepuluh kali, kedua kalinya sepuluh kali rekaat, tiada berbeda dengan permulaan.
20. Rokaat yang ketiga empat kali, tiada berbeda bacaan ayatnya, orang yang punya waktu, hendaklah menjalankan sholat sunat-sunat itu, sesudah mengucap salam mengucap : astafirulah hal ngalim, jumlahnya tujuh puluh kali.
21. Juga membaca subkanalah juga tujuh puluh kali, selanjutnya membaca : sabkanallah, walkamdulilahi, walahaula walaquwata, illahbilahil alim.
22/23. Nabi rasul bersabda: “orang yang menjalankah sholat, mendapat ganjaran sama dengan perang sabil juga tujuh puluh kali”. Yang mati di dalam peperangan mendapat ganjaran seperti Nabi Ibrahim, jalan orang menjadi fakir dan melarat, demikian juga sebaliknya terbukalah jalan menjadi kaya dan mulia, tujuh puluh kali dan yang dikehendakinya.
24. Tujuh puluh kali kehendaknya sewaktu di dunia dan tujuh puluh kali kehendak di akhirat, semuanya akan dikabulkan oleh Hyangagung, orang bersholat tiada akan kena oleh perbuatan sihir tujuh puluh ribu, juga, teluh tenung racun tiada akan dapat masuk, keballah orang itu. Kangjeng rasul arif dan bijak, sabdanya: pasti benar tiada salah.
25. Jeng rasul bersabda lagi barang siapa menghamba kepada orang alim dan merendahkan dirinya dengan maksud membutuhkan dan mendapatkan i lmunya:
PUPUH 05
KINANTHI
01. Selama tujuh hari, disamakan dengan berbakti kepada Allah selama tujuh ribu tahun, diganjar oleh Hyang Widdhi sehari sama dengan mati sabil.
02. Mati sahid seribu kali, mati perang sabil didalam peperangan pahalanya sama dengan mengabdi kepada ulama hanya selama sehari.
03/04/05. Ada lagi disebutkan: orang alim disebut sempurna bila sudah sanggup menganggap dirinya, seperti raja, kitab binayah kitab mamalingah menyebut: “barang siapa merendahkan diri kepada orang kaya, maka kehilangan agama lslamnya di pertigaan”, kitab atkiya menyebut: “uiama yang paling buruk adalah ulama yang kerap kali datang di rumah bangsawan tiada dengan maksud mencari ilmu”. Dalam keterangan sudah disebut : raja, punggawa, karyawan satriya dan menteri disebut paling baik, bila dekat dengan ulama, serta menganut ilmu agama.
06. Dalam tabsirah diceritakan: orang alim yang menjadi kepercayaan Tuhan di atas bumi, adalah yang tiada berkumpul dengan raja, ksatriya, punggawa dan para menteri .
07/08. Kangjeng rasul bersabda orang-orang mukmin sekalian janganlah makan di lima jenis rumah seperti berikut, bila tidak demikian akan mendapat nama yang pertama, jangan makan di rumah orang yang meninggalkan sholat (waktu), dan jangan makan di dalam rumah yang ada bayangan, yang tiada berwujud.
09. Seperti tiada punya nyawa, dan lagi jangan makan di rumah orang yang makan riba dan lagi rumah orang yang meminum minuman keras, terdapat dalam kitab Fikih .
10/11/12. Hendaklah orang waspada terhadap riba, kadis bidayahpun sudah memuat : barang siapa merendahkan diri kepada orang yang berharta benda, diumpamakan seperti lalat yang selalu berada di tempat pembuangan kotoran dan tiada urung teangkit kotoran yang berbau busuk. Kitab atkiya menyebut “siapa ingi kenyang di dunia, jadilah rendah pangkatnya.” kitab mustahal menerangkan: orang alim yang tekun melakukan sholat jadi raja sedunia sepertiahya ngulumudin, sebagai juga disebutkan dalam kitab mustahal : ulama yang pisah dengan orang jadi kepercayaan.
13/14/15. Hyang Agung di dunia, jeng susuhunan adiya kangjeng rasullulah bersabda: siapa bersholat sesudah jum’at menjadi hina, baktinya menjadi selang, malunya manusia bagi Allah sebagai hiasan di hari kiyamat nanti, kitab mustahal berceritera: kangjeng Nabi muhammad rasullulah bersabda: kepada fakir miskin yang hatinya tiada (resat) menyimpang dan yang tekun berbakti ditambah lagi selalu menjaga ayat, Allah sangat sayang.
16. Kitab Adkiya menyebut : barang siapa memandang ringan melakukan makruh, tersiksalah kemudian akhirnya menjadi kharam perbuatan yang tiada pantas.
17. Barang siapa begitu melakukan kharam, menghalalkan perbuatan kharam, akan menjadi kafir, akhinya tersiksa.
18. Kadis Adkiya, kadis insan kamil yang sejalan dengan kadis subkah menyebut, bahwa : buruklah orang ulama yang biasa menghadap raja-raja satriya dan para menteri.
19/20. Jeng rasul bersabda dalam kitab mustahal : orang yang baik sembah sujudnya akan menjadi raja amal, yang meninggalkan diri dari yang samar dan mengagungkan bagusnya indahnya makan dan pakaian akan menjadi malu. Allah selalu melihat akan jiwa badan yang baik, yang selalu berbuat amal kebaikan, maka perbuatan yang baik tidaklah perlu ditonjolkan dan disebar luaskan.
21. Tuhan melihat baiknya hati di rimu, selanjutnya Nabi bersabda : barang siapa tertawa, tertawa mengejek, pertanda suka di dunia, di akhirat nanti akan menangis.
22/23. Kenyang di dunia, di akhirat jadi lapar, kadis mustahal berceritera: sesungguhnya orang lapar dikasihi Tuhan, orang kaya, angkara murka di dunia menjadi kekasih setan. Nabi bersabda lagi : lapar di dunia akan kenyang di sorga. Orang yang arif, tabu sifat Allah, berkata:
24. Orang mukmin sekalian wajib menyembah orang keempat ini pertama yang harus disembah adalah raja yang adil, menyembah ayah dan ibu, keempat pada orang-orang alim yang kurus ilmunya.
25. Dalam kadis anwar disebut: sesungguhnya orang alim itu raja Allah di dunia, barang siapa menganiayanya akan rusak di dunia dan akhirat.
26. Kadis mustahal bersabda: barang siapa belajar membaca Qur’an, sholatnya disamakan dengan seribu rokaat, yang membimbing mengasuh, dIsamakan dengan mengabdi kepada Tuhan selama seribu tahun.
27/28. Kadis jubat pun menyebut: tiada layaknya orang Islam menyakiti dirinya demi kepangkatan di dunia, tetapi wenanglah orang mukmin menyakiti diri untuk kepentingan agamanya, akan bertambahlah alimnya setahun, tiada berguru pada orang, bertapalah dengan tekun , memperhatikan, meninggalkan makan dan pakaian.
29. Makan dan pakaian anal cukup, sebagai bekal berbakti, berkain dan berbaju jubah, ikat kepala cukup rimong, cincin perak dini lai hanya setali.
30. Dengan tiada menghilangkan rasa, tiga macam menambah pengorbanan (suka berkorban) yang membaca Qur’an yang kedua mengucap syukur dan ketiga puasa sunat.
31/32/33. Kadis tabsirah dan kadis Juwahir menyebut: fakir miskin yang tiada bertapa di dunia, tetapi memiliki hati yang sabar dan bersyukur sekadarnya, percaya kepada Allah dengan tulus ikhlas, Tuhan akan menyayanginya melebihi orang bertapa. Orang yang mendidik, memberi pelajaran agama suci, yang menyerahkan ilmunya kepada orang-orang bodoh tiada dengan maksud menjual ilmunya, dan tiada loba tamak kepada sesuatu maksud, akan sangat dikasihi oleh Hyang widdhi.
34/35/36/37. Di hari kiyamat besok orang itu akan menghadap Tuhan berdampingan para mukmin segala, dengan ulama samudera, dan burung-burung di langit bersama sama memohonkan ampun kepada Hyang Widdhi. begitu pula malaikat-malaikat memohonkan ampun, yang mendapat siksa dari Tuhan, ialah: orang yang mengajar dengan maksud menjual ilmu, bersifat loba tamak, serakah. Di kelak kemudian di ikat dengan api neraka, orang-orang mukmin yang tersiksa, yang berdosa waktu itu, akan lebih dahulu keluar dari dalam api, orang-orang alim yang mendapat murka, yang mengajar dengan menjual ilmunya, akan keluar terakhir dan mendapat marah tiada mendapat manis sedikitpun.
01. Dalam tafsir akhir diceriterakan: akhir siksa bagi orang-orang mukmin yang berdosa di dunia, desudah mengalami dua alam, kemudian akhimya keluar juga dan masuk surga, juga dua alam. Bumi dan langit datang pada akhir hari kiyamat, itulah yang disebut sang alam.
02. Setelah dua alam Hyang Maha Mulia bersabda: orang-orang kafir sekal ian, janganlah ada yang memhon minta keluar dari api neraka. Orang sewaktu di dunia tiada malu-malu menjalankan hal-hal yang halal karena butuh makan dan pakaian serta sebagai bekal naik haji ke Mekah, itu sangatlah utama.
03. Jeng Nabi bersabda, mengambil dari ajaran tapsirah: laki-laki dari perempuan. Pentingnya orang-orang mukmin memperhatikan ilmu agama rasul. Kadis ahyapun menyebut: orang-orang yang najis, laki-laki dan perempuan, belajarlah huruf-huruf arab, bergurulah kepada bangsa arab, agar tahu aturan agama, mengerti bahasa Arab.
04. Dalam kitab dalial tersebut, tafsir surat asra dan kitab anwar tercatat : orang-orang mukmin wajib menyembah kepada empat orang, pertama kepada ayah, kedua kepada ibu yang kedua-duanya Islam.
05. Ketiga kalinya kepada raja yang adil, .Kyai Ahman berkata : yang dimaksud ngadal: adalah orang Islam, yang sesudah Jeng Nabi mangkat, bertobat dari dosa besar dan dosa kecil, bertobat kepada Hyang Widdhi , dan sungguh-sungguh akan menepati melakuk sembahyang.
06/07. Dan tiada segan-segan menjalankan sejumlah sunah dari rasullullah yang adil. Keempat kalinya: orang alim yang sangat alim, ialah orang alim yang bila mendapat siksa merasa sangat pedih dan memandang siksa itu sebagai baktinya. Sabda Hyang Agung dalam kitab uddi, demikian perintahnya: hai orang Islam semuanya, janganlah sayang dan janganlah pura-pura tiada tahu kepada orang-orang yang berbuat dosa, dalam kitab insan kamil sudah disebut: masuk naranalala.
08. Orang yang sewaktu di dunia acuh tak acuh atau tiada menaruh perhatian terhadap orang-orang bodoh yang berdosa, atau rela umpamanya kepada perbuatan perbatan dosa semacam itu, kemudian kelak pada hari kiyamat tiada mendapat pertolongan, karena acuh tak acuh sewaktu di dunia.
09/10. Dalam kitab tapsirah tersebut: orang-orang mukmin wajib mempelajari huruf-huruf dalam bahasa Arab, dengan mempelajari Islam supaya mengerti aturan-aturan, usul fikih bercerita bersembahyang itu mudah bagi orang Islam yang sangat bodoh sekalipun, yang tiada dapat membaca fatekah dan membaca sunah, lebih-lebih tiada dapat membaca kitab qur’an, membaca dzikirpun cukuplah, sudahlah lama dengan membaca fatekah, sehingga sholatnya dianggap syah, karena Tuhan Maha Murah.
11. Bila dzikirpun tiada dapat, cukuplah dengan berdiri dan tetaplah penting tinggal selama membaca fatekah sudahlah syah sholatnya. ltu karena Hyang Agung bersifat murah. Jeng Nabi bersabda: orang-orang ulama lebih utama dari pada orang-orang bodoh yang bersholat.
12. Jeng Nabi bersabda: tidaklah orang-orang ulama menjadi kepercayaan Tuhan yang maha luhur, sewaktu orang alim yang tiada berkumpul dengan orang banyak. Bila kamu ingin tenteram jiwa berdzikirlah sebanyak-banyak-nya.
13/14/15. Sesudah sholat jum’at bersama orang banyak pergi nyepi, menyepi ke tempat yang sunyi. Centera, petikan kitab Nabihat Jeng, Nabi bersabda : lngatlah, orang yang tiada diterima sholatnya ada sepuluh macam. Yang pertama : orang bersholat tetapi melaksanakan hal, yaitu tiada sholat jum’at bersama orang banyak, yang kedua : bersholat, tetapi tiada melakukan hal, tiada memberi zakat, yang ketiga : bersedia menjadi imam, tetapi yang makmum dibenci senitia, yang keempat : bertanya kepada orang yang lari dari Tuhan, apa sebab-sebabnya. ltu wajib bagi orang Islam, yang kelima : juga orang minum-minuman keras, selamanya tidak akan diterima lagi. Yang keenam : perempuan yang ditinggal mati suaminya, sedang suaminya itu orang Islam dan masih merasa kesedihan karena ditinggal mati itu sholatnya tidak syah.
16. Yang ketujuh: perempuan yang sembahyang dengan makmun kepada abdi laki-laki, dan bukan makmum kepada orang yang, merdeka. Kedelapan: raja yang keji, sembilan siapa saja yang makan riba, yang kesepuluh: orang mengerjakan sembahyang, tetapi tidak berusaha mencegah perbuatan dosa.
17/18. Demikian juga, seorang laki-laki berbuat jina, tidak akan diterima sholatnya, tidak mendapat ampunan, bahkan makin bertambah jauh, ada juga disebutkan dalam kitab, ialah dari kitab subkah, sembahyang lima kali itu seperti orang mandi merendam diri dalam bengawan tiap kali sehari semalam, pasti hilang najis orang itu, dan lebur setiap dosanya serta taubatnya, ada lagi pendeta yang mengatakan, apa ingin masuk surga yang pertania kali apabila telah sampai waktunya sholat lalu menginjakkannya, dan tidak mengakhirkan, karena neraka jahanam tempatnya.
19. Siksa bagi orang mukmin yang mangakhirkan waktu sholatnya, dalam kitab Al-Qur’an sebagaimana disebut dalam ayatnya diajarkan, bahwa neraka jahanam tempatnya, jadi siksa bagi orang yang mengakhirkan sholatnya tiga kali, juga orang yang berbuat dengan maksud mendapat pujian dan orang itu kumet namanya.
20. Dalam kitab Juwahir disebutkan, lama-lama orang mukmin yang mendapat siksa di neraka jahanan itu sebenarnya Hyang Maha Agung tidak melihat yang tampak dalam perbuatan, tetapi Hyang Maha Mulia hanyalah melihat kesucian hati jauh dari takabur, dan minta sanjungan.
21. Suatu perbuatan akan dicema apabila dalam hatinya tidak ada niat sanjungan, tidak angkuh dan banyak amalnya, ketahuilah bahwa baik mukmin laki-laki maupun perempuan, bacaan bagi orang yang sedang sakaratul maut ada lima macam jumlahnya, apabila orang yang sedang sakaral maut melihat lima
22. lalah suatu pertanda habisnya kehidupan, tetapi apabila orang itu belum melihat kelima cahaya itu masih panjang umumya, adapun warna kelima cahaya itu ialah: hitam, merah, kuning, hijau dan putih, apabila melihat cahaya yang berwama hitam agar cepat membaca lailaha illalah.
23/24/25/26. Tidak ada Tuhan, hanya satu dan Muhammad adalah rasullulah, Nabi Muhammad sebenamya utusan Allah, cahaya hitam itu adalah cahayanya setan, dan apabila anda melihat kepada cahaya merah itu adalah cahayanya setan yahudi, lalu bacalah : lailaha illalah hu hu hu yang artinya tidak Tuhan kecuali hanya Allah saja, ialahTuhan yang sebenar-benarnya, apabila anda melihat cahaya hijau, kuning itu, cahaya setan nasrani, namanya, dan segeralah baca: lailaha illalah dan hu hu hu yang artinya tiada Tuhan kecuali Allah ialah Tuhan yang sesungguhnya, apabila anda melihat cahaya hijau, itulah cahaya Jibril, dan segeralah baca takabalahu dan hu hu hu yang artinya mudah-mudah yang maha luhur menerimanya, adapun hu ketiganya berarti yang membuat jagad raga dan membuat sendiri makhluk hidup dengan sendiri tanpa ada yang membantunya.
27. Apabila ini bacaan sahadat itu berarti mukmin itu telah mini, tetapi apabila orang itu mati dan mengucapkan sahadat itu pada saat cahaya hitam juga berarti matinya kafir, dan bernama kafir jahilliah, oleh karena itu perbanyaklah berdikir, ingatlah bahwa akan meninggal.
28. Apabila teringat sahadat bersama-sama cahaya merah, matinya orang mukmin, bilamana lupa mengucapkan sahadatnya maka disebut matinya kafir yahudi, dalam hal ini agar orang Islam semua berhati-hati dan air dibaca puji-pujian, apabila teringat kepada bacaan sahadat saat cahaya kuning kelihatan disebut mukmin kasi.
29. Apabila lupa mengucapkan sahadat itu disebut mati kafir nasrani orang itu, berhati-hatilah dan berdikirlah kepada Hyang maha agung dan juga Nabi muhammad, bilamana ingat kepada sahadat cahaya hijau ialah disebut mukmin kasul kasi.
30. Apabila orang itu lupa mengucapkan sahadat, disebut mati kafir karamiah, maka ingatlah anda kepada Hyang Agung, janganlah hanya terburu akan kebahagiaan di dunia, hal itu membuat orang lupa berbakti kepada Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang disunatkan.
31. Apabila ada orang melihat kepada cahaya yang lebih putih, Nabi muhammad namanya, segera bacalah huhu , yang artinya ya Allah dan ya Muhammad, apabila kacamata dipakai untuk membaca ai qur’an, kacamata itu tidak tampak.
32. Apabila ada orang mati melihat cahaya lebih putih, lebih sempuma matinya, pasti orang itu teringat sahadat yang diucapkannya, karena itu para wali itu kelihatan, dan sudah tentu para Nabi yang jumlahnya duaratus ribu dan dua puluh empat kelihatan.
33. Sedang yang disebut najis batin jumlahnya tujuh macam : merusak yang dijual, semua amalnya, dan hilang kebaktiannya, disiksa di neraka jahanam orang itu, yang satu berbuat kebaikan dengan niat ngujub.
34/35. Artinya ngujub ialah berbuat kebaikan-kebaikan seperti sholat lima kali sehari semalam dan sedekah, berpuasa naik haji biar dihormati orang lain sesamanya, hadis Juwahir menyebutkan apabila ada orang mama yang memohon kepada Tuhan supaya dikagumi sesama manusia, termasuk catat dan akan masuk neraka jahanam: tidak diterutama amalnya dan semakin besar dosanya, yang kedua orang ria yang artinya mereka berbuat amal dengan tujuan dalam hatinya agar mendapat pujian dari sesamanya. hal ini juga tidak akan diteirima dan semakin besarsik saannya.
36/37. Yang artinya orang itu tidak akan disiksa, yang keempat orang yang takabur, minta sanjungan fail semakin angkuh, lain lagi mereka merasa berlebihan, tidak akan diterima amalnya, dan bahkan semakin besar siksanya, seperti disebutkan dalam hadis subkah : “siapa beramal dengan maksud dipuji orang selain Allah, maka berfirmanlah Tuhan supaya minta surga kepada mereka yang memujinya.
38/39. Hyang widdhi bersabda kepada segenap malaikat: manusia yang minta sanjungan agar diseret dan dijungkirkan ke neraka jahanam, sebagaimana diceritakan dalam hadis Juwahir: siapa beramal dengan tujuan agar ditiru orang lain: dan tidak mau berbakti, yang demikian akan mendapat surga baik, yang ke ima orang disebut kasud yang artinya mengharap-harap agar kenikmatan semua orang Islam dihilangkan dan supaya disetujui semua manusia, orang demikian itu disebut dengki.
40/41/42. Sebagaiman disebut dalam keterangan pendeta balngum, bahwa lidahnya menjulur-julur matinya kafir dari doanya dengan dido’akan supaya melarat. Nabi musa bersabda seperti disebut dalam Juwahir tentang arti dengki ialah manusia yang mempunyai keinginan menjadi orang berpangkat, apabila hal ini terdapat pada orang Islam akan menghilangkan annainya, yang keenam orang yang sering membicarakan cacad orang lain, maka orang yang menceriterakan hal itu amalnya akan tertutup orang yang dicerca, yang ketujuh orang yang suka mengadu atau disebutkan tumbak cucukan : ini akan merusak amalnya. lni akan ditutup amalnya dan digunakan kepada orang yang dicerca seperti disebutkan pada kitab Adkiya ada penebus dosanya itu bagi orang yang mencerca orang lain, agar diikuti dengan segera memujiinya seketika itu.
43/44. Sesudah orang tersebut memberi pujian, maka segera Tuhan menurunkan ampunan dunia dan akhirat, agar rahmat Hyang widdhi dapat menutup dosa pribadinya, dan masuklah ke surga bagi orang yang bertobat setelah mencerca orang lain itu, bagi orang yang mencerca tersebut tidak bertobat, maka masuklah ke neraka, meskipun bertobat masih jelek, hadis tapsirah menyebut sebagaimana kanjeng rasul memberitahukan dalam hukum kitab asra datanglah siksanya bagi orang yang berkuku panjang.
45. Dalam kitab asar disebut juga bahwa siksa bagi orang yang makan riba, dan memeras sesamanya, orang demikian itu kepada kepalanya akan dicurahkan sungai yang mengalir darah dan akan di lempari batu oleh malaekat, orang itu menjerit-jerit minta pertolongan agar dinaikkan dari bengawan berdarah tersebut.
46/47/,48. Tersakit-sakit ia menangis, tetapi bagi yang beragama Islam lama-kelamaan akan di lepaskan dari siksa, bersabdalah kangjeng rasul : “orang Islam yang mengetahui bagaimana kebaktiannya musa kepada Hyang Agung, dan juga melihat mukanya orang alim yang hanya berbakti kepada Hyang Widdhi berta siapa saja makan bersama ulama, maka mendapat pahala lahir batin sebagaimana dikasihi seperti Nabi, bersabdalah juga kangjeng rasul, mudah-mudahan Tuhan selalu mengasihi kepada mama yang selalu giat mengajar kebaikan, karena hal itu adalah suatu langkah keutamaan, dari Tuhan akan dilimpahkan pahala yang besar. untuk itu melebihi orang yang sembahyang seratus bulan, kangjeng Nabi bersabda lagi : “siapa saja yang berbakti . . . . . . . . . . selama tujuh hari, itu dIsamakan berbakti kepada Hyang Widdhi, sebenamya orang yang demikian itu berarti menyembah kepada Hyang Agung selama 7.000 bulan lamanya, padahal Allah setiap harinya menyamakan pahalanya dengan orang sabil dari 1.000 orang dalam sehari.
49/50/51. Kangjeng rasul bersabda lagi, bahwa sebagaimana disebut dalam kitab rustatal suatu kebahagiaan bagi orang Islam miskin yang memberi pelajaran dengan penuh kesabaran, meskipun orang itu dihinakan oleh manusia lain waktu herada di dunia, tetapi ia akan merupakan bunga di hadapan Tuhan di hari kiyamat kemudian, ada juga diceriterakan oleh kangjeng rasul, bahwa siapa saja yang mengasihi kepada orang yang miskin itu seperti apa yang dikeakan oleh semua Nabi, sedang orang yang membenci kepada orang miskin, disebut kafir firaun namanya, demikian juga diceriterakan oleh Nabi bahwa orang yang mcneintai kepada fakir, maka apabila orang itu memohon surga sudah pasti Allah yang maha mulia akan mengasihi, juga kepada orang kafir yang memelihara kecukupan hidup keluarganya, merupakan suatu bukti kebaktiannya kepada Hyang Widdhi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah.
01/02/03. Disebutkan dalam kitab subkah dan kitab daka oleh kangjeng Nabi waktu beliau melewati kuburai ada dua orang disiksa karena dosanya yang kerena, dan bukan karena dosa yang besar ialah satu dosanya waktu berak dan kencing tidak mengucap doa sedang kencingnya tidak pantas juga.
04. Sedang yang seorang lagi karena memaki-maki dengan menyebutkan anjing, orang yang panjang mulut yang berusaha agar tetangganya orang Islam satu dengan yang lain bertengkar.
05. Bila orang telah bangkit dari kubur, maka bagi manusia yang memaki-maki dan juga bagi orang yang suka berbohong dalam kata-katanya, yang sukanya cerewet, mulutnya akan dibalik dan di letakkan di atas tengkuknya.
06. Seperti disebut dalam kitab fikih, tentang pentingnya orang bersuci ialah menghilangkan tiga hal : ialah hilang rasanya, baunya dan hilang rupanya.
07. Dalam kitab mustahal disebutkan, sebenamyaaiiah tidak melihat tingkah laku manusia, tetapi yang dilihat pemikirannya lahir dan batin.
08. Menurut pengertian di atas sebenamya Hyang Widdhi tidak menerima kebaktian seseorang meskipun ia bagus rupanya.
09. Adapun yang disebut baik ialah menjauhi dari semua najis , yaitu-najis lahir dan batin, sebagaimana disebutkan dalam hidayah, ialah dan Juwahir bahwa menghilangkan najis itu ialah raja dari segala najis.
10. Adapun najis yang terberat ialah kafir kepada Allah dan rasulnya, sebagaimana disebut dalam semarakandi, niftah , setudurat, bayan dan tasdik bahwa yang menyebabkan demikian itu karena orang meninggalkan sholat.
11/12. Najis yang kedua karena orang tidak mu berzakat, berusaha dan naik haji , berzina, memegang dubur, berzina dengan istri orang lain, membunuh sesama mukmin, merusak agama Islam, berjudi , minum minuman.
13. Juga membakar rumah dengan maksud merampas hartanya orang mukmin itu, menipu, membagal, meracun, menenung serta sihir semuanya menyebabkan najis.
14 . Surat al-baqarah disebutkan, bahwa sihir dan tentang membuat orang menjadi kafi, yang menghi angkan najis itu disebut dalam kitab Al-Qur’an dan fikih.
15. lbnu Abas berkata, bahwa najis yang ketiga dan kedua termasuk dosa besar yang jumlahnya tujuh puluh macam, adapun yang menghilangkan najis tersebut seperti termuat dalam kitab fikih mukazar masahil.
16. Menurut sujak, tahrir, makalahu, anwar dengan kunawi, ramli dan lbnu Hajar, bahwa yang disebut najis batin ialah takabur, berkata ria, sombong serta dengki.
17. untuk menghilangkan najis batin telah disebut dalam kitab subkah, Juwahir, bidayah, Adkiya, tapsirah, hadis, mawal ingah, munabihan, munabihan, tamhid, minhan, julngabidin.
18/19/20/21/22. Juga pentingnya wudhu ada enam hal : yang pertama berniat, yang kedua membasuh muka dari tepi muka janggut yang kulitnya kelihatan pada waktu siang cerah, apabila ada teman yang tebal janggutnya dIsarankan mengambil air wudhu, dalam hal ini disarankan didahulukan bagian muka atas, yang ketiga, membasuh kedua tangan sampai pada sikunya, dan disunatkan ke bagian yang lebih atas dari kedua lengan tersebut.
23. Apabila kebetulan ada orang yang mempunyai enam buah jari atau lebih ………….. pada kakinya.
24/25. Yang keempat membasuh bagian kepala yang di tumbuhi rambut, kelima membasuh kaki, dan disunatkan lebih ke atas mendekati kedua lutut, sedang yang keenam tertib yang berarti sesuai dengan urutannya tak dapat dibolak-balik, apabila dibalik, maka wudlu dianggap tidak syah.
26,27,28,29. Adapun syarat syahnya wudhu, bagi orang Islam tidak menghalangi keluamya air untuk kepentingan wudhu, sedangkan yang membatalkan wudhu ada lima hal : pertama keluar mani, kedua tidur dengan duduk dan berdiri ketiga kehilangan akal, keempat bersentuhan dengan bukan muhrimnya yang sama besar padahal bukan ibu, bukan anak bukan kakak bukan adik, bukan uwak, dan bukan iparnya.
30. Yang kelima sedang datang bulan, bersentuhan dengan kemaluan laki-laki maupun perempuan menyebabkan batal wudhunya,
01/02/03. Suatu kewajiban bagi semua mukmin supaya mengagungkan Hyang Widdhi, wajib mengerjakan sembahyang lima kali sehari semalam, yang takbirannya juga lima kali ialah Allahu akbar yang berati Allah yang maha agung, dan merupakan kewajiban orang mukmin semua mengagungkan nama Allah dengan banyak memuji namanya sebanyak tujuh belas kali, adapun untuk itu lafalnya alhamdulillah yang artinya segala puji kepunyaan Allah yang mencipta alam dunia, juga mengucap robilalamini, yang artinya Tuhan yang menguasai segala alam, kemudian rohmanirahim yang maha murah di dunia dan mulia asih di akhirat, lalu maliki yaumidin, yang artinya raja di hari kiyamat.
04/05/06. lafal untuk mengagungkan nama Allah sehari semalam merupakan kewajiban bagi orang mukmin membaca al fatekah tujuh belas kali banyaknya. adapun makna lafalnya kanak budu bahwa sembah baktinya kepada Tuhan, semoga memberi pertolongan kepada di rinya yang lemah. memang menjadi kewaj iban bagi semua mukmin memohon pertolongan dari Hyang mahaagung supaya selalu dikuatkan agamanya. Lafal iyakanastangin yang artinya hamba mohon pertolongan Tuhan, semua orang mukmin semoga diberi kekuatan dalam agama islam, semoga Tuhan menghancurkan para orang kafir, ada tujuh belas hal yang merupakan kewajiban bagi semua orang mukmin agar diberi petunjuk dari Tuhan yang maha kuasa, semoga dikuatkan iman dan mohon agar ditambah.
07/08/09. Bagi orang mukmin mempunyai kewajiban tujuh belas kali dalam, sehari semalam dalam melaksanakan imannya, agar ada perbedaan imannya manusia dengan jin, dan semoga selalu ditambahi berilmu, adapun lafal ihdinas siratal mustaqim, artinya ya Tuhan semoga memberi petunjuk kepada keimanan dan agar selalu diberi ilmu yang benar, mudah-mudahan semua orang mukmin diberi petunjuk agar memuji kepada Tuhan, mengenai lafal siratal ladina an ngamta ngalaihim artinya agar keimanan para Nabi dan semua wali kepada Tuhan agar selalu mengasihi kepada hamba semua dan semua mukmin.
10. Ghohiri lmandubi itu menipunyai pengertian agar semua kafir yahudi yang mendapat murka dan selalu memusuhi kangjeng Nabi dan tidak mempercayai kitab Taurotnya, orang yang kafir kepada Taurot itu berarti juga tidak mempercayai terhadap semua kitab yang jumlahnya seratus em pat buah.
11. Lafal walalladina juga selain kafir nasrani semuanya yang ingkar dan memusuhi kangjeng Nabi lsa, kafir nasrani itu ingkar akan kitab Injil, orang yang tidak percaya kepada kitab Injil berarti juga tidak percaya kepada semua kitab yang ada.
12. Siapa yang tidak mempercayai salah satu Nabi berarti orang itu tidak percaya kepada semua Nabi, demikian juga barang siapa tidak mempercayai salah satu kitab atau satu kalimatnya akhimya termasuk orang yang kafir terhadap kitab yang jumlahnya ada seratus empat.
13. Adapun menjadi kewajiban bagi orang mukmin semuanya selalu sujud kepada Hyang Widdhi tujuh belas rukun sehari semalam, dan tumaninah juga sejumlah tujuh belas kali sehari semalam. lni merupakan hal yang wajib dilaksanakan oleh semua mukmin.
14. Arti rukuh di sini merasa bahwa dirinya sangat kecil dan tidak berharga, maka merupakan kewajiban bagi semua mukmin selalu istidal kepada Tuhan sebanyak tujuh belas kali dalam sehari semalam dengan tumaninah yang jumlahnya sama. dalam istidal itu di iringi permohonan semoga Allah selalu menerima segala puji diri semua orang mukmin.
15. Ya Allah, bahwa hamba adalah kepunyaan Allah dan puji semua makhluk di langit dan bumi lapisan ketujuh dengan semua benda yang tidak terbilang hanyalah ditujukan kepada Allah saja.
16/17. Juga wajib bagi mukmin bersujud kepada HyangWwiddhi sehari semalam tiga puluh empat kali, adapun berdirinya sholat itu ada tujuh belas kali, demikian juga semua duduknya di antara sujud wajib duduk lagi dan tumaninah sejumlah tujuh belas kali sehari semalam, dalam duduk tumaninah itu dengan permohonan semoga Tuhan memberi ampun semua dosa hambanya.
18. Juga semoga Tuhan mengasihi diri hamba dan berilah hamba rezeki, dan ampuni semua dosa hamba kepada Tuhan terimalah sembah hamba, tunjukkilah badan hamba kepada ajaran Islam serta tunjukkanlah agar hamba terhindar dari penyakit, dan semoga doa hamba hanya tertuju untuk Allah sendiri.
19/20. Pengetahuan dan aural perbuatan hamba maupun sembahyang hamba dua puluh kali sehari semalam, dan terimalah semua sholat semua mukmin dua ratus empat puluh empat jumlahnya.
21. Sholat subuh tiga puluh dua kali , dhuhur lima puluh, asar lima puluh enam, mahgrib empat puluh empat, dan Isa lima puluh enam jumlahnya. lni perlu dan wajib diketahui oleh segenap mukmin.
22. Kerjakan sembahyang dalam sehari semalam kepada Tuhan yang maha mulia artinya duduk pada tahyat akhir sehari semalam wajib dikerjakan lima kali, demikian juga duduk dan mengucap dua kalimah sahadat.
23. Merupakan wajib bagi orang mukmin berdoa kepada Hyang Suksma, memohon petunjuknya dan rahmatnya, kepada Nabi muhammad mengucapkan lafal Allahuma salingala muhammadinas yang berarti tambahlah ya Tuhan rahmat kepada Nabi muhammad yang merupakan rasul terakhir.
24. Wajib juga bagi orang Islam selalu berdoa kepada Hyang Widdhi mohon keselamatan dunia atas raganya, dan agar segenap mukmin berbudi shaleh dan kuat doanya siang maupun malam ialah lima kali di waktu, siang dan malam kepada Tuhan dengan penuh kekusukan.
25. Assalamu alaina, dalam hal ini berarti mudah-mudahan Hyang Widdhi memberi keselamatan, sedangkaan wangalai badillaIsalikin merupakan permohonan semoga semua umatnya yang tekun baktinya diselamatkan dari bencana.
26. Salah satu hukuman yang diderita oleh salah satu alim sama juga dengan hukuman kepada Nabi dan berati pula hukuman Allah, siapa yang mendapat hukuman dari Allah akan ditempatkan di neraka dikemudian hari.
27/28. Siapa yang mendapat kesenangan bagi salah satu orang alim seperti juga kesenangan kepada kangjeng Nabi dan sebagai kebahagiaan dari Tuhan, siapa yang menyembah kepada Hyang Widdhi di hari kemudian ditempatkan di surga, dan siapa yang mencintai Islam berarti mencintai dirinya sendiri, sebaliknva orang yang benci kepada orang Islam berarti membenci dirinya sendiri, sebagaimana disebut dalam, Juwahir dan kitab Adkiya diperitahkan bersahabat dengan semua orang mukmin, ini disebut salat dalam.
29. Salat daim ini agar tak henti-hentinya berdikir dan agar dikuatkan membaca salawat dan membaca Al-Qur’an, sebagai dicontohkan oleh para Nabi dan para wali, hal ini agar ditiru karena merupakan pekerjaan yang baik. ltulah juga merupakan pertanda orang mendapat kasih dari Allah.
30/31. Hadis Juwahir bersabda: apa yang dikerjakan oleh orang mukmin sebagaimana dIsabdakan oleh Hyang Suksma membaca Qur’an di ikuti dengan mengerti apa yang diucapkan dan apabila dapat ucapannya, dapat mengartikan maknanya orang seperti disebut Tuhan lnsan kami. lni diceriterakan dalam lain Qur’an akadiyah dan Qur’an wastahuluhivah, adapun bahasa huluhnya wandat makiyati , hulublyatil, hulubiyat namanya, yang jumlahnya seratus empat buah. ltu semuanya disebut purhan.
01/02/03/04/05/06/07/08/09. Semua makhluk hidup berasal dari cahaya muhammad yang disebut dengan sinar muhammad, yang pertama disebut ahyat-asitah, yang kedua disebut adam mukim; ketiga roh ilapi, keempat roh-rabani, kelima bernama imam mubin, keenam kaenmul, ketujuh hanjalkapi, kedelapan badrula lami, kesembilan adam awal, kesepuluh kalam, kesebelas rasul olahi, keduabelas roh-rahmani, ketigabelas alam pakir, keempatbelas alam-labir dan masih ban yak lainnya lagi, ada juga disebut asal sholat lima kali itu dari cahaya muhammad – johar – awal ya roh – ilapi, roh ilapi itu adalah nyawa dari kangjeng rasul, adapun, asalnya nyawa karena dari sifat jalal (indah) dan jamal (kemuliaan Allah) dan karena dikehendaki oleh Allah.
10/11/12/13/14. Menurut ajaran kuna bahwa Tuhan memerintahkan agar para ulama mengambil pelajaran dari kitab Durat, sarat, mupitalmilani, patakul mubina dan kitab asanu-sa, dengan sifat kahar dan ipt ikar menyebabkan manunggalnya antara Hyang Widdhi dengan makhluknya, adapun yang termasuk sifat kahar itu ialah kodrat, iradat, ilmu hayat, kadiran, muridan, ngaliman, hayan, wandangiyah, kesembilan itu ada pada Hyang Widdhi, demikian juga kedua sifat yang dapat mengetahui semua alam.
15/16/17. Untuk mengetahui alam seperti telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat anbiya, yang isinya menceriterakan Nabi Ibrahim dibakar oleh orang kafir, tetapi tidak ada selembar rambutnya yang terbakar, hal itu menunjukkan sifat yang mahakaya dari Hyang Agung. Hyang maha mulia memiliki sifat yang jumlahnya ada sebelas.
18/19/20/21/22. Dengan adanya sifat-sifat itu, maka tidak mengherankan bagi Hyang Widdhi menciptakan lain dunia ini, atas sifat dalam menciptakan dalam itulah dikatakan taman memiliki sifat Yang Maha Kuasa, ada perbedaannya dengan makhluk biasa, yang hidup alam dunia ini, mengenai sifat wajib yang sebelas itu adalah kidam, baka, Mukhalafatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyyah, samak, basar, kalam, samingan, basiran, mutakiliman yang termasuk sifat maim kaya.
23. Nyawa rasul disebut johar awal merupakan suatu pertanda adanya Allah, dan bahwa Allah itu lebih berkuasa.
24/25/26/27. Tidak ada yang dicipta terlebih dahulu kecuali cahaya muhammad yang disebut nyawa rasid, adapun tempat penyimpanannya di dalam suatu ruang yang tidak jelas kelihatan sedang yang menyimpan nyawa tersebut adalah Allah Yang Maha Kuasa, kemudian diperintahkan segera berwujud johar awal tidak segera bersujud, dan bahkan mengaku bahwa ia telak ada dengan sendiri, johar awal diperintahkan agar membuat alam, tetapi tidak dapat melaksanakannya, johar awal merasa bahwa dirinya tidak berdaya, tamak kemudian ia bersujud dengan seksama, johar awal bersujud lima kali kepada Hyang Widdhi.
28/29/30. Setelah itu Tuhan mernetintah kepada johar awal membuat roh dan dirinya sendiri, setelah itu menjadi raja. Nabi muhammad segera bangkit dan bersiap melakukan sembahyang lima kali, johar awal tidak mau menyembah kepada Hyang Widdhi, karena dikehendaki Hyang Suksma maka ia mau bersembahyang lima kali, sebenarnya semua tingkah perbuatannya sudah pasti dari Tuhan Yang Maha Mulia.
31. Sholat subuh, luhur, asar, magrib dan lsa itu karena diperintah olah Nabi supaya memuji subkanallahi dan alhamdulillah serta Allahuakbar.
32/33. Dalam perintahnya membaca alhamdullilah yang kelimanya menunjukkan kepada waktu luhur yang berjumlah empat rakaat, waktu melakukan sembahyang supaya mulut, mata, telinga dan hidung terpusat.
34/35/36/37/38/39/40. Sebagai dititahkan oleh Hyang saksma kepada rasul bahwa yang harus diucapkan dalam asar dan lsa juga ada empat rakaat, pada waktu menghadap itu agar ucapannya di longgar-kan, dengan demikian juga dalam melakukan sholat subuh yang jumlahnya dua rakaat agar kesemuanya dikabarkan kepada umat manusia, dari kedua rakaat itu yang satu menghadapi badannya, sedang yang kedua nyawanya, dari kelima sholat dalam setiap sembahyang itu di tiap rakaat wajib membaca al-fatekah, perlu diketahui oleh segenap orang mukmin bahwa pada, waktu Nabi Adam bersembahyang pada pagi subuh diperintahkan oleh Tuhan meninggalkan surga dan turun kedunia jatuh dipegunungan ceylon, peristiwa tersebut terjadi pada malam yang gelap gulita bertepatan hari jum’at, karena waktu Nabi Adam turun di pegunungan ceylon itu sudah tampak kemerah-merahan di bagian timur, maka beliau dengan segera melakukan sembahyang dua rekaat agar Tuhan segera melepaskan Adam dari kegelapan.
41/42/43/44/45/46. Pada waktu Adam bersembahyang itu pada rekaat pertama dengan permohonan agar malam segera berganti siang sedang pada rekaat kedua supaya kegelapan berganti dengan suasana terang benderang. ltulah asal mulanya tanya sholat subuh dua rekaat, adapun sembahyang dhuhur empat rekaat semula dilakukan oleh Nabi Ibrahim saat beliau diperintahkan Tuhan menyembelih putranya Ismail dalam bulan haji, pada waktu bulan haji (zulhijah) Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail, karena itu perintah Allah maka segera di laksanakannya, pada saat Ibrahim akan melakukan penyembelihan itu bertepatan dengan saat dhuhur, dan beliau dengan melihat ke arah empat kiblat, akhimya oleh Allah putranya yang disembelih itu digantikan dengan kambing, sedang Ismail sendiri masih hidup, oleh karena itulah maka ayah Ismail (Ibrahim) bersyukur segera beliau melakukan sembahyang dhuhur empat rekaat.
47/48/49/50. Rekaat yang pertama syukur karena Ibrahim tidak jadi menyembelih putranya, rekaat kedua bersyukur karena putranya digantikan dengan kambing, adapun rekaat yang ketiga bersyukur karena hilang semua kesedihannya, mengenai sembahyang asar di lakukan oleh Nabi Yunus, saat Nabi ditelan oleh ikan, saat Nabi Yunus meninggalkan kerajaan karena beliau sedang meninggalkan kerajaan karena tidak dipercaya oleh orang kafir, mereka tidak mau masuk Islam.
01/02/03/04. Sebagai diceriterakan pada saat Nabi Yunus sampai di kerajaan diperintahkan oleh Allah agar menyampaikan berita kepada semua orang kafir agar mereka membaca illaha illalah, juga Nabi Yunus diperintahkan oleh Allah agar mengislamkan orang-orang kafir, dan disuruh membaca kalimah tersebut, apabila orang-orang kafir tidak mau, agar disampaikan bahwa perintah itu berasal dari Allah sendiri, dan akan disiksa bagi mereka yang tidak mau masuk Islam. Islam adalah menyelamatkan hidup dunia dan akhirat, setelah Nabi Yunus sampai di kerajaan dengan penuh kebijaksanaan menyampaikan perintah Allah tersebu,. hai segenap manusia, masuklah kamu kepada agama Islam sekarang ini juga, apabila kamu tidak mau sudah pasti akan datang siksa dari Hyang Widdhi, bila kamu mau masuk Islam akan naik ke surga agung, selamat dunia dan akherat, ” orang-orang kafir tidak mau menurut perintah dan tidak ada yang percaya, mereka berkata kepada Nabi Yunus, akan mau masuk Islam apabila siksa itu, benar-benar datang, tetapi apabila ternyata siksa itu tidak datang maka mereka tidak mau masuk agama Islam, mereka tidak percaya kepada perintah Nabi Yunus. Nabi Yunus segera pergi dengan mengucapkan, “silakan rasakan sendiri, akan hancur leburlah kamu sekalian”.
05. Setelah Nabi Yunus jauh dari kerajaan datanglah siksa kepada meraka sangat – pedulinya orang-orang kafir yang menyaksikan kemudian takut akan siksa tersebut, mereka berpendapat apabila siksa itu datang sudah tentu orang satu kerajaan akan akan habis termakan dalam neraka.
06. Setelah itu orang-orang kafir semuanya masuk Islam dan membaca kalimat yang diperintahkan oleh Nabi Yunus, seketika itu juga terhindarlah mereka dari siksa tersebut. Nabi Yunus tidak mengetahui apabila orang-orang kafir tersebut telah disiksa dan bagi orang-orang kafir dalam kerajaan yang tidak percaya ternyata telah hancur lebur kena siksa karena saat itu mereka belum mau masuk islam.
07/08. Kemudian Nabi Yunus pulang hendak memberitahukan mayat-mayat orang-orang yang terkena siksa, menurut ramalannya mereka seluruh kerajaan itu telah hangus menjadi abu, tetapi tampak dari kejauhan mereka masih utuh. Nabi Yunus khawatir apabila janji Allah itu tidak benar benar terlaksanakan, tetapi temyata semua orang satu kerajaan mati karena kena siksanya, oleh karena itu ……………., Nabi Yunus merasa malu tidak-masuk ke kerajaan karena ancaman siksa tidak akan datang, tidak diketahuinya bahwa mereka masih kafir.
09. Nabi Yunus merasa jengkel dan malu, maka kemudian Nabi Yunus pergi meninggalkan kerajaan dengan rasa jengkel dan marah, maka Nabi Yunus pergi mengikuti pedagang yang pergi berlayar, ia minta menumpang kepada pedagang itu, pada perjalanan berlayar itu berkatalah beliau kepada para juragan, bahwa beliau akan ikut menumpang, atas permintaan Nabi Yunus itu mereka menjawab satu persatu dengan menyilakan kepada Nabi Yunus, menurut kehendaknya.
10/11/12. Setelah Nabi Yunus masuk dalam perahu segera layar dihentangkan dan kemudian dipasangnya, selama perjalanan di tengah samodra itu terdengarlah riak gelombang air berulang-ulang, sesudah lama mengarungi samudra tiba-tiba tertambatlah perahu itu sejenak, tidak dapat melanjutkan perjalanannya, perahu itu mundurpun tak dapat juga, oleh karena itu para juragan sedih hatinya, setelah itu juragan berpikir berhentinya perahu itu karena ada salah satu kawannya yang melarikan diri, salah satu di antaranya mereka mengerti dan memperhitungkan sebab-sebab apa perahu mereka menjadi terlambat, memang ada di antara penumpang perahu itu seorang yang sedang lari dari Tuhannya. Nahkoda dan teman temannya berkata bahwa mereka bukanlah orang yang lari dari Tuhannya, maka para juragan berpendapat agar diadakan undian dari mereka yang ikut menumpang perahu tersebut.
13. Barisi sampai 6 (hilang) setelah diadakan pembicaraan secukupnya, segeralah mereka berkata, di antara mereka ada yang pandai memperhitungkan dan dengan mempergunakan sesaji.
14/15. Setelah sampai pada undian untuk mencapai siapa di antara penumpang perahu itu yang melarikan diri dari Allah dan mereka berjanji akan dibuang apabila terbukti demikian, dari para juragan dalam perahu segera mengambil satu persatu undian tersebut dan kenyataan mereka tidak didapatkan satu simpulpun, kecuali Nabi Yunus, setelah sampai pada giliran Nabi Yunus mengambil undian itu temyata beliau mendapat simpul, simpul ini memang merupakan pertanda yang berasal dari Hyang Agung, kemudian karena Nabi Yunus terbukti terdapat ciri simpul, maka para juragan bersepakat untuk membuang ke laut. Nabi Yunus pun tidak berdaya apa-apa dan dibuang di tengah-tengah lautan, kemudian dimakan oleh ikan.
16. Selama tiga hari tiga malam Nabi Yunus berada didalam perut ikan, akhimya Nabi Yunus hanya satu hari lamanya berada dalam perut ikan di tengah lautan itu, ada juga sebagian dari mereka berkata, bahwa Nabi Yunus itu berada dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.
17/18/19. Ada sebagian mengatakan bahwa Nabi Yunus dimakan ikan selama tujuh hari tujuh malam, merekapun ada yang mengatakan bahwa Nabi Yunus berada didalam perut ikan selama empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya, oleh karenanya Nabi Yunus segera membaca laillaha illaha anta dan subkanaka innkuntu minaldholimin, lafal ini mempunyai makna tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah itu maha suci, mereka mengeluh ada seorang umat yang licik terhadap Tuhan sehingga menyebabkan kesengsaraan mereka. la meninggalkan tempatnya dan tidak mendapat izin dari Tuhan, meskipun kepergian mereka telah mendapat izin, tetapi akhimya mereka merasa sengsara, untuk itu Nabi Yunus pun bertobat kepada Allah agar mendapat perlindungan dikeluarkan dari dalam perut ikan dan berharap agar dapat dinaikkan dari tengah-tengah samodra.
20. Hanyalah Tuhan yang maha adil, dan maha kuasa yang dapat menolongnya, setelah itu ikan pun menepi ke pinggir lautan dan karena kehendak Tuhan Nabi Yunus disemburkan dengan keras keluar dari perut ikan dan jatuh di pasir dengan memegang undian.
21/22/23. Undian di tangan tertancap di pesisir tumbuh jadi tumbuhan yang lebat yang berdaun lebar, maka Nabi Yunus dapat meneduhkan badannya dari sengatan terik matahari, kemudian datanglah seekor kijang, setelah kijang tersebut melihat Nabi Yunus merasa iba hatinya, kijang tersebut kemudian memberi minum kepada Nabi Yunus di waktu siang maupun sore hari, menurut Nabi Yunus karena minum itu badannya tidak lesu lagi, kekuatannya kembali seperti semula, sebelum meninggalkan kerajaan, ada lagi sebagian dari tilania berkata, bahwa yang dikatakan kijang itu sebenamya seekor badak, memang dikatakan bahwa sama-sama tetapi lain artinya, adapun kijang disebutnya juga wakdantun, sedang warak disebutnya waknikdatun, adapun mujijat Nabi Yunus ialah adanya kijang yang berkata dan undian yang menyebabkan dapat melindungi badannya dan dapat menolak panas.
24/25. Menurut kehendak Yang Maha Kuasa, maka disebut mukjijat yang punya kelebihan dan juga dapat mencelakakan itu karena adanya undian, adapun kayu yang rimbun menunjukkan Nabi Yunus seorang diri yang memberi gambaran kerajaan yang ditinggalkan pergi, atas pertolongan dengan orang-orangnya masuk Islam sehingga berakibat Nabi Yunus dapat kembali lagi ke kerajaan di binesawo, adapun Nabi Yunus tinggal di kerajaan binesawo seratus dua puluh ribu tahun lamanya.
26. Ada lagi sebagian pendeta berkata bahwa tidak hanya seratus dua ribu tahun lamanya, tetapi seratus tiga ribu tahun, sebagian lagi mengatakan lebihnya tujuh ribu dari seratus ribu bulan, ada juga yang berkata seratus tujuh puluh ribu tahun lamanya.
27. Nabi Yunus masih diberi kekuatan sehingga pada waktu asar beliau mengadakan sembahyang, setelah beliau bersembahyang empat rekaat, maka pada saat rekaat pertama Nabi Yunus terhindar dari segala kegelapan dan juga hilang gelombang lautan, oleh karena itu Nabi Yunus bersyukur kepada Tuhan.
28. Pada rekaat yang kedua Nabi Yunus syukur karena telah terhindar dari kegelapaan adanya air laut, rekaat yang ketiga Nabi bersyukur karena gelap malam itu telah hilang, pada rekaat keempat beliau bersyukur juga karena telah terhindar dari keadaan gelap selama berada di dalam perut ikan, itulah sebabnya Nabi Yunus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.
29/30. Nabi Yunus terhindar dari segala kesusahan itu bertepatan pula dengan datangya sholat asar, oleh karena itulah ia selalu bersyukur kepada Tuhan yang maha murah, ada juga ceritera yang berhubungan dengan adanya rekaat di waktu magrib yang jumlahnya ada tiga kali ialah dimiliki oleh Nabi lsa, beliau adalah putera Dewi Mariyam yang di lahirkan di tempat baginda lmran, oleh orang orang kafir beliau disebut Tuhan, demikian juga lbunya Dewi Maryam juga disebut Tuhan, keduanya disebut Tuhan di samping Tuhan Yang Maha Esa sendiri.
31/32/33. Semua kafir nasrani mengatakan Nabi Isa Tuhan, kemudian ia bertobat kepada Hyang Widdhi dan melakukan sembahyang tiga rekaat pada waktu mahgrib dengan penuh kekusukan, pada rekaat pertama lsa mengaku beliau bukanlah Tuhan, pada rekaat yang kedua juga mengaku bahwa ibunya bukanlah Tuhan, sedang rekaat yang ketiga adalah Tuhan diakui Yang Maha Suci. Tuhan benar-benar maha suci yang tidak berputera, tidak punya isteri tidak seperti katanya orang-orang kafir nasrani, bahwa lsa disebut putera dari Hyang Suksma. demikian juga ibunya yang bemama maryam bukanlah isteri Tuhan. lni merupakan anggapan yang keliru dari orang-orang kafir nasrani, dengan anggapan itulah Nabi lsa makin takut kepada Allah dan bertobat dengan melakukan sembahyang tiga rekaat pada waktu mahgrib, dengan ceritera inilah maka Tuhan menetapkan kewajiban sholat bagi manusia pada waktu mahgrib sebanyak tiga rekaat.
34/35. Adapun tentang sholat Isa dimiliki oleh kangjang Nabi Musa, hal ini bertolak dari saat Nabi Musa hendak ke kerajaan mesir dengan isterinya dan anaknya, kangjeng Nabi Sueb, beliau di dalam pealanan itu tersesat di tengah lautan dan tidak mengetahui ke arah mana harus berjalan, kemudian Nabi Musa mendapat pertunjuk dari Tuhan suatu jalan yang sampai ke mesir. Tuhan melindungi dan menyelamatkan pealanan Nabi Musa sejak mendapat kesulitan sampai beliau bertemu dengan isterinya dan juga dengan saudaranya bemama Nabi Harun.
36. Nabi Harun saat itu bertempat tinggal di mesir, tugas kehadirannya ke mesir dari bani lsrail karena diperintahkan oleh Tuhan agar menghancurkan raja Firaun di mesir dengan segenap bala tentaranya yang memerintah mesir dengan kejamnya. Nabi Musa memerangi Firaun di kerajaan mesir, sampai Firaun mati tenggelam dalam laut dan hilang tidak berbekas lagi.
37. Sebelum itu Musa telah mendengar dari perintah Tuhan bahwa beliau akan menang dalam perangnya, perintah itu diterima Musa pada saat datang lsa. Musa mendapat petunjuk dari madiyan di gunung tursina bahwa Nabi Sueb telah memberi izin kepada Musa.
38. Setelah Nabi Musa mendengar perintah dari Tuhan, maka dengan cepat-cepat dengan tidak berkata-kata beliau mengerjakan sholat, yang kemudian disebuat sholat lsak.
39/40. Adapun pada rekaat pertama data beliau mengadakan sholat Isak itu bersyukur pada Tuhan, karena telah bertemu dengan isterinya, rekaat yang kedua musa bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengan Nabi Harun, rekaat ketiga Nabi Musa bersyukur karena beliau menang melawan raja Firaun, sedang rekaat yang keempat Musa bersukur karena senang hati nya mendapat perlindungan dari Tuhan. ltulah asal mulanya sholat Isak yang di lakukan oleh Nabi Musa.
01. Ada lagi suatu ceritera tentang asal mula adanya kotbah jum’at, bersabdalah kangjeng rasul : “hai para manusia carilah ilmu dari Allah yang maha mulia dengan empat hal.
02. Manusia diperintahkan agar tidak bermalas-malas, mengaji, murah dengan orang Islam baik laki-laki maupun perempuan dan juga tidak boleh takabur dengan sesama dengan orang mukmin, merendahkan diri kepada kangjeng Nabi.
03. Hal yang keempat cara mendapat ilmu harus dengan sungguh-sungguh mengucapkan lafal dan jangan sampai berhenti-hentinya.
04. Orang yang lapar merupakan pertanda bahwa mereka hatinya resah, untuk mendapat kejemihan hati itu diperintahkan oleh Tuhan agar semua mukmin setelah subuh tidak tidur sehingga hatinya menjadi kuat.
05. Juga diperintahkan agar tidak bertiduran setelah sholat asar, tetapi supaya menyempitkan akal, sebaliknya diperintahkan supaya segenap mukmin segera tidur setelah sholat lsak agar dapat bertambah sehat akalnya.
06. Bersabda pula kangjeng Nabi, supaya orang jangan kebanyakan makan, karena itu akan mengeraskan hati, hingga mata hati jadi gelap, kalau mengurangi makan orang akan terang mata hatinya.
07. Kangieng Nabi bersabda agar tidak menulis waktu hari telah malam sebab akan membuat orang pelupa, demikian juga dalam hal belajar mengaji.
08. Bilamana belajar yang belum diketahui, i lmu tersebut akan mudah hilang dari ingatannya, lebih baik mengulangi ilmu yang sudah diketahui agar tidak lupa, dengan demikian ilmu yang dicari tidak mudah hilang.
09/10/11/12. Sebagaimana disebut dalam hadist taksirah agar tidak menulis setelah asar karena menyebabkan sakit pada mata, sebaliknya saat itu supaya diperbanyak berdikir dan berdoa kepada Tuhan, kangjeng rasul bersabda : “siapa yang banyak salahnya akan hidup sengsara dan merana baik di dunia dan di akherat, orang yang hanya diani raja dan tidak ingat kepada Tuhan itu disebutnya setan, dalam kitab Al-Qur’an surat rabinas setan yang menyusup dalam hati manusia akan segera meninggalkan orang itu apabila sedang dibacakan dikir, dengan bacaan itu iblis cepat-cepat pergi, sebagai diceriterakan dalam kitab Juwahir bahwa iblis akan berlari dari anak cucuAadam masuk dalam badan seperti jalannya darah.
13. Ada kabar yang lain, manusia yang suka tidur, badannya tampak lesu, hatinya jelas kelihatan dan mudah dimasuki iblis hatinya, maka agar jangan suka tidur.
14/15. Dalam kitab Juwahir disebutkan, apabila orang terlalu kenyang setan pun mudah masuk dalam hati orang kenyang perutnya, sebaliknya apabila orang yang perutnya lapar, badannya tampak ramping setan tak dapat masuk ke dalamnya. Nabi bersabda, bahwa orang yang lapar waktu di dunia sebenarnya merupakan aural bakti kepada Tuhan.
16/17. Dalam kitab Juwahir disebut pula, bahwa orang yang lapar dan banyak bakti kepada Tuhan badannya menjadi lincah, menurut sabda Nabi sebagaimana disebut dalam kita mustahal orang yang serba baik dalam yang selalu beramal ditujukan kepada Tuhan, demikian juga baik dalam berpakaian tidak memalukan lafalnya, orang itu akan dikasihi oleh Tuhan dan dikabulkan segala keinginannya.
18/19/20. Wajib menjalankan sembahyang ada empat golongan : pertama, orang Islam, kedua orang yang Islam itu dewasa, ketiga wajib bagi orang yang berakal, keempat wanita yang telah Islam, dewasa, telah suci dari hait, merupakan kewajiban mengganti sholatnya bagi wanita yang sedang hait, bila telah dalam keadaan suci wajib perempuan tersebut menjalankan sholat, sahnya sholat antara lain dalam melakukan-nya perlu memahami ketentuan-ketentuannya.
21/22. Dalam kitab sitin disebutkan kewajiban sholat baik laki-laki maupun perempuan yang telah baliq yang semula ada delapan be as menjadi dua ratus empat puluh empat.
23/24/25. Bagi mereka yang telah berumur 9 tahun tampak telah baliq, bila mereka telah keluar mani baik laki-laki maupun perempuan sesuatu pertanda mereka sampai pada kedewasaannya, mengenai hal tersebut dari dirinya keluar warna putih, lembut dan kering seperti tepung, lamun sira iku nora weruh ya sira tutura yen durung wruh satuhune, aja nyana sireku, abecike teka tireki bila anda ditanya dan anda tidak tahu, janganlah anda merasa mengerti, seyogyanya berterus terang bahwa sesungguhnya anda belum mengerti, sebaiknya anda berketetapan hati, bahwa jika anda menganggap baik sesuatu yang tiada melalui empat jalan, melalui dalil, hadis rasul, kiyas dan ijemak, anda akan menjadi kafir.
Anggitanipun Êmpu Yogiswara
Darma sonya berisi mengenai diantaranya: asal mula terjadinya alam semesta, adanya tumbuh-tumbuhan, obat untuk sakit, tata cara mengurus orang meninggal dan lain-lain
Darmasonya adalah suatu karya sastra yang digubah oleh R. Ng. Yasadipura II. Karya sastra ini berbahasa Jawa, berbentuk tembang macapat, yang terdiri dari 21 pupuh. Bentuk-bentuk pupuh yang digunakan adalah Dhandanggula, Sinom, Asmaradana, Pangkur, Kinanthi, Pucung, Durma dan Mijil. Isi dari Darmasonya ini adalah petuah-petuah dan ajaran-ajaran agama Islam
dalam kitab ini kata Tuhan disebut dengan Hyang Widdhi atau Hyang Suksma. Hampir tidak ditemukan kata Allah dalam kitab ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu Buddha masihlah sangat kuat dalam masyarakat ketika kitab ini dibuat.
Namun, walaupun penyebutan Tuhan, mirip dengan penyebutan Tuhan dalam agama Hindu, tapi isi kitab ini tidak ada pengaruh ajaran Hindu atau Buddha sama sekali. Hampir tidak ada ajaran kejawen atau apapun yang mencampur-baurkan ajaran-ajaran Islam dengan ajaran lain.
Transkripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
digubah oleh R. Ng. Yasadipura II
Penulis : Bambang Sugiharto, Laela Nurhayati Dewi
Penerbit : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Museum Jawa Tengah Ranggawarsita
Tahun Terbit : 2009
Widyakirana Inggih Sêrat Darmasunya, Mangunwijaya, 1937, #994
--- 0 ---
Sêrat Widyakirana Inggih Sêrat DarmasunyaAnggitanipun Êmpu Yogiswara
TJITAKAN KE II Diterbitken dan didjoeal olih: Boekhandel TAN KHOEN SWIE, - Kediri 1937.
TJITAKAN KE II Diterbitken dan didjoeal olih: Boekhandel TAN KHOEN SWIE, - Kediri 1937.
--- 1 ---
Harga f 0,90.Sêrat Widyakirana Inggih Sêrat DarmasunyaBabon saking Mas Ngabèi Mangunwijaya ing Wanagiri - Surakarta Taun 1853TJITAKAN KE II Diterbitken dan didjoeal olih: Boekh. TAN KHOEN SWIE, - Kediri 1937.
--- 2 ---
PENERBIT: TAN KHOEN SWIE KEDIRI.
Diperlindoengi Hak karang-karangan Stb. 1912 fatsal 11 No 600. Kitab ini sjah bila ada tanda tangannja si penerbit sebagi di bawah ini: [ini...]
Diperlindoengi Hak karang-karangan Stb. 1912 fatsal 11 No 600. Kitab ini sjah bila ada tanda tangannja si penerbit sebagi di bawah ini: [ini...]
--- 3 ---
[...:]
Sêrat Widyakirana, inggih Darmasunya
Sêrat Widyakirana punika anggitanipun Êmpu Yogiswara ing nagari Mamênang, inggih ing Kêdhiri, pêthikan saking Sêrat Darmasunya yasanipun Sang Hyang Sitra, inggih Bathara Panyarikan ing Suralaya, babon saking Sêrat Sastradarya.
Dene Sêrat Widyakirana wau, sampun asring kawêdalakên, kacithak sarta ugi kawastanan Sêrat Darmasunya. Ananging salugunipun ingkang kapêthik wontên Sêrat Widyakirana wau, namung bab purwaning dumados kemawon. Dene sajatosipun Sêrat Darmasunya punika agêng sangêt awit isi kawruh warni-warni, kawruh jaman samantên (jaman kadewatan) saha ingkang sampun kawêdalakên wau dèrèng wontên ingkang jangkêp, wontên ingkang sawêg dumugi 8 bab, wontên ingkang 16 bab, punapadene têmbungipun salong wontên ingkang lêpat, kados ta: ingkang mungêl: sastradarwa, punika lêrêsipun: sastradarya. Môngka têgêsipun têbih sangêt susatipun. Darwa, têgêsipun gadhah, darya, têgêsipun manah utawi budi, sastra, têgêsipun aksara utawi tulis
--- 4 ---
dados têmbung sastradarya, gadhah têgês sêrat ingkang kinancing salêbêting budi. Inggih punika ingkang sinêbut sastracêtha. Ananging tanpa papan tanpa tulis, mungêl piyambak, botên kêndhat ing salami-laminipun.
Mênawi bôngsa Krèstên, Injil, amastani sang sabda. Inggih sabda ghaib.
Mênawi bôngsa Jawi, amarlambangi jago kluruk sajroning êndhog, utawi swara ingkang pindha swaraning gêntha kêkèlèng.[1]
Mênawi bôngsa Hindhu, tiyosopi, amastani: swaraning asêpi.
Mênawi bôngsa Islam, amastani kun. Pangandika sapisan, gumêlar salaminipun, inggih pangandika: Allah.
Wangsul têmbung: sastradarwa, kadospundi. Punapa: tulis gadhah. Utawi gadhah tulis, têka inggih mèmpêr.
Dene Sêrat Widyakirana utawi Darmasunya ing ngandhap punika, kajawi sampun jangkêp dumugi 18 bab, têmbung-têmbung ingkang lêpat sampun sami kula lêrêsakên, amila para maos sampun sumêlang ing galih, sampun tamtu badhe sagêd anyakup punapa suraosipun, awit sampun botên wontên ingkang nusabiyat.
Mangunwijaya.
--- 5 ---
Sêrat Widyakirana
Bab I Bêbukaning Bawana
Amratelakakên bêbukaning buwana, miturut saking suraosing Sêrat Sastradarya, punika sêrat ingkang winados dening para jawata, inggih punika sastra ingkang kinancing ing salêbêting budi, ananging sampun kawêdharakên dening Sang Hyang Panyarikan, sarta lajêng kaanggit dening Êmpu Yogiswara ing Mamênang, kacêtha wontên salêbêting pralambang. Sêrat pralambang wau dipun paringi nama Darmasonya. Suraosipun kados ing ngandhap punika.
Mungguh gumêlaring jagad kang sapisan iku diarani sonyaruri, wrêdine suwung utawi sêpi, mulane mangkono marga titahing Pangeran durung padha dumadi, kang lagi dumadi dhingin amung surya, côndra, kartika, swasana, swasana iya iku amun-amun. Amun-amun iku minôngka kêkandhangane: surya, côndra, kartika, iku mau ing jêro padha kaèbêkan dening amun-amun, patang prakara iku langgêng anane, tur ora kêna owah gingsir ing salawas-lawase. Apadene jêjêg ajêg ing wujude, iya iku kodrating Pangeran kang dhingin dhewe, kaanane papat iku padha kasinungan wahyuning wahyu panguripan, ing têmbe bakal kawasa anartani panguripan kita iki kabèh.
--- 6 ---
Dene kodrat papat kang wus cinaritakake ing dhuwur mau, wujud utawa gêdhene cilike, apadene pangwasane beda-beda pratelane kaya ing ngisor iki.
1. rêmbulan, wujude sumunu, asêmu kuning maya-maya, kuwasane ing têmbe bakal kawawa mahanani, martaningrat ngraya iki kabèh.
2. lintang-lintang, iku gêdhene luwih saka rêmbulan, apadene ngumandhang ana sadhuwuring rêmbulan, êlêt têlung atus pandulu, wujude lintang mau biru, asêmu ijo maya-maya, kuwasane ing têmbe ya bakal amimbuhi martaning jagad iki kabèh.
3. srêngenge, gêdhene luwih saka ing lintang, apadene gone ngumandhang ana sadhuwuring lintang êlêt têlung atus pandulu, wujude srêngenge abang amarakata, kuwasane ing têmbe bakal mahanani urup-uruping jagad raya iki kabèh.
4. swasana, iku gêdhene luwih saka srêngenge, rupane irêng mêlês amaya-maya, kuwasane dadi kêkandhanganing dumadi iki kabèh. Swasana iku kang binasakake lêmbut tan kêna jinumput, gêdhe angèbêki jagad, mulane binasakake mangkono, swasana iku saking lêmbute tur jêmbar têbane, sawiyah para winasis, ginawe pralambang warôngka manjing curiga. Curiga manjing warôngka. Mulane mangkono [mang...]
--- 7 ---
[...kono] swasana iku sanadyan sajroning watu iya kaèbêkan, dening kaananing swasana. Ewadene watu iku mau ing jaba iya ngumandhang ana sajroning swasana.
Ing sajroning alam sonyaruri, jagad iki isih jêjêm[2] prêmanêm, angin durung ana lumaku, banyuning sagara durung ana tumitah, bêbasane amung suwung tumalawung tanpa ujung, amung sirat soroting srêngenge kang sumêbar angêbêki sabawana iki kabèh, sirat soroting srêngenge iku andarbèni daya panas, lawas-lawas soroting srêngenge iku anabêti marang swasana, tabêt panasing swasana lawas-lawas tumêka ing ngontariksa,[3] tumanduk ing rêmbulan utawa lintang, lintang rêmbulan barêng kêna dayaning pêpanas, têmahan tumuli padha kumaringêt, dene karingêting rêmbulan lan lintang, padha tumiba graning gunung cakrawala, prênahing gunung cakrawala, iku dumunung saimbanging bawana kang sisih lor, mungguh karingêting lintang utawa rêmbulan mau diarani tirta prawita, têgêse banyu kang kawitan.
Barêng wus antara lawas, tirta prawita mau têmah kawawa umili tanpa kêndhat sarta banjur angubêngi sakubuke jagad iki kabèh, ing kono tirta prawita tumuli karan tirta kamandhanu, têgêse banyu mili malêngkung utawa banyu urip, wujuding banyu iku putih, wus sarupa kalawan kapuking kapas, sarta anduwèni cahya amaya-maya.
--- 8 ---
Ilining tirta kamandhanu barêng tumêka marang imbanging jagad kidul, têmah têmpur lan pêpanasing srêngenge, ing kono tumuli arêbut daya, padha santosane padha kuwate, ing nalika padha nêdhêng têmpuring tirta prawita, kalawan dayaning srêngenge têmah mijilakên swara umung, iya iku kang diarani rijal utawa jatingarang. Saking kuwat sakaro-karone, têmah kawawa angobahake sabuwana iki kabèh, obahing bawana barêng katêmpuk dayaning kang padha rêbut daya mau, wêkasan srêngenge lintang rêmbulan, apadene swasana, padha mubêng anyakra pagilingan adhewe-dhewe, dene banyu kang têmpur karo pêpanas iku tanpa kêndhat ing sadina-dinane, ing kono purwane ana rina lan wêngi.
Ing nalika iku tirta kamandhanu sirna adhême sarta srêngenge ilang panase, saksirnaning adhêm lan pêpanas têmahan padha sumaring, sarining adhêm lan panas mau tumuli kumpul ngumandhang ana ing swasana.
Jalantahing tirta kamandhanu, sarta jêlantahing pêpanas, kang kasar-kasar padha tumus tumêka sajroning bawana, dumadi jalanidhi, wardine banyu kang bênêr utawa banyu wantah, dene kang alus-alus padha bali marang graning wukir cakrawala manèh, mangkono ing salawas-lawase.
Ilining tirta kamandhanu mau, santosane kalawan daya
--- 9 ---
prabawane dhewe, prabawa iku diarani bayu, apadene panasing srêngenge iku iya padha mawa daya prabawane dhewe, daya prabawa iku diarani angin, daya prabawa rong prakara mau ing nalika têmpuring tirta kamandhanu lan panasing srêngenge, têmah kawawa awor dadi sawiji, ing kono banjur sinêbut maruta utawa morota, wêrdine paworing loro, maruta iku tumuli anut salaku jantrane tirta kamandhanu, mulane mangkono kang awit angin iku kasoran daya panggèndènging kalawan banyu, dadi ing masa iku bawana wus kadunungan dening kodrat cahya campuran rong prakara, dhingin banyu, kapindhone maruta, barêng wus mangkono mari kasêbut alam sonyaruri, ing môngsa iku diarani alam tirtayoga, diarani banyu tumitah, utawa tumitahing banyu kang kapisan.
Mungguh katêrangane banyu kang wus kasêbut ing dhuwur mau, ing têmbing lor lan ing têmbing kidul, kaananing banyu padha anjêndhêl, mulane mangkono awit adoh karo sasipatane srêngenge, kang banyune padha ajèr mung ing têngahan bae, ewadene banyu ing têngahan mau manawa kêtaman mayaning adhêm ing wêngi iya bisa pupul sawatara, ananging pupule mau ora kongsi katara, awit saka sathithike. Dene kang mratandhani ing môngsa wêngi banyu iku bisa pupul ing sawatara
--- 10 ---
katitik saka tibaning êbun kang saka ing antariksa kang mêsthi ing wayah wêngi, dêrêse manawa ing wanci bangun esuk, môngka êbun iku hawaning banyu kang ginêbug hawaning panas, barêng bêngi kêna dayaning adhêm têmah kawawa pupul tumuli pulih dadi banyu manèh, mangkono uga banyu kang padha jêndhêl mau manawa kataman ing pêpanasing srêngenge, iya amèr sawatara, manawa ing wayah wêngi tumuli bali anjêndhêl manèh, mangkono ing salawas-lawase.
Bab 2 Kasidan Jati
Amratelakakên kasidaning jati, taksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara ing Mamênang, têmbungipun kados ing ngandhap punika.
Ing sajroning jaman tirtayoga iku mau, ana wahyuning wahyu kauripan têlung prakara, siji dumunung ana sêndhang cakrawala, iya iku wahyuning tirta kamandhanu, ing têmbung Sassêkrita,[4] diarani manik ioma, wardine: urip, warnane putih umancur, loro dumunung ana ing maruta, rupane irêng sumorot, ing têmbung Sassêkrita diarani manikmaya, wêrdine rêmbêsing kawêningan, têlu dumunung ana srêngenge, rupane [rupa...]
--- 11 ---
[...ne] abang ambalêrêngi sênêning sorot wus saingga namaning wulan, diarani manikmulat, wêrdine murup.
Manik tatêlu iku padha rêbut daya, rêbut pangwasa, kuwasa daya panggèndènge amung manik ioma, manik ismaya, lan manik mulat, padha kêna panggèndènge manik ioma, wasana tumuli campur dadi sawiji. Campuring manik tatêlu mau, têmah padha sirna sipate, kang putih ilang putihe, kang irêng ilang irênge, kang abang ilang abange, wêkasan salin cahyane kawarna biru, maya-maya asêmu ijo, ing kana sêsilih aran trimurti, wêrdine amor cahya têtêlu, utawa kaalusan têtêlu.
Trimurti iku têtêp bangsaning aluhur, pratandhane dene sarira cahya, gêsange tanpa sukma, utawa tanpa raga, trimurti iku binasakake uripe ora ana kang nguripi, yèn ing têmbung Arab diarani nur cahya, yèn para budi ing tanah Eropah padha angarani: sil.
Ing nalika iku trimurti dumunung samadyaning tawang, kang binasakake samadyaning tawang iku alam antara, kang diarani alam antara mau têngah-têngahing dhuwur lan ing ngisor, apadene têngah-têngahing lor lan kidul, wetan kulon, mungguh saikine têrusing mangisor ana sadhuwuring bumi Mêkah. Ing nalika trimurti jumênêng ana ing kono, sêsilih aran tripurusa, [tripu...]
--- 12 ---
[...rusa,] wêrdine wahyu tatêlu kang padha santosa, utawa santosane wahyu tatêlu, mulane sinêbutake mangkono, tripurusa gone jumênêng ana ngalam kono, wus tanpa obah sadina-dinane, saya lawas saya wimbuh ing kasantosane, utawa wimbuh-wimbuh wahywaning wahyune, ing wêkasan kawasa anarik sari-sarining bawana, jroning alam tirtayoga kabèh, apadene sorot sirating tripurusa mau, têmah padha anguripi sarupaning bêburon ing môngsa iku, dene sagunging bêburon ing nalika gone dumadi ana sajrone alam tirtayoga mau kang dadi pratandhane kabèh mawa raga cahya, yèn ing awang-awang diarani lintang alihan, iku sajatine bêburon, ananging bêburon ing awang-awang, iku kabèh padha ora kêna ing pati, kang awit ora kataman marang hawa sêsukêring bumi ing salawas-lawase, beda karo bêburon kang padha tumuwuh sajroning jalanidhi, ing masa alam iku: kaananing raga iya padha andarbèni cahya, ananging sarèhning bakal padha katabêtan kêna hawaning bumi, kang mêsthi têmbene kêna ing pati, awit ing alam iku kêna diarani alam kaalusan, apadene kêna kang kasêbut karaton siwandakara, wêrdine kabèh ingkang padha dumadi ana ing alam kono padha darbe cahya mancorong.
Tripurusa ing sadina-dina ora sah gone kataman dening sarining [sa...]
--- 13 ---
[...rining] pêpanas, utawa sarining banyu, apadene sarining maruta, lawas-lawas sari têlung prakara kawawa anglimputi tripurusa. Barêng wus antara kandêl kumpule sari têlung prakara mau, têmah kawawa dadi kêkandhangane tripurusa, sarta banjur diarani sarira, iya sari hèrya, wêrdine sari banyu. Tripurusa barêng wus ngandhang ana sarira tumuli sêsilih aran pramana, têgêse katon utawa maujud, kang binasakake maujud iku sarining pramana. Wujude sarira mau lawas-lawas tumuli gana, antara lawas manèh tumuli gana manungsa, ing kono banjur kaaranan bathara. Wêrdine alus, dadi ing samêngko pramana kêna diarani raga bathara.
Barêng wus mangkono, pramana tumuli tuwuh pangwasane kang limang prakara, kang dhingin kawasa andulu tanpa netra, kapindho kawasa anggônda kang tan kalawan grana, kang kaping têlu kawasa awacana kang tanpa pangandika, kang kaping pat kawasa amiyarsa kang datan kalawan karna, kang kaping lima kawasa amirasa kang datantanpa[5] sarana, lire mangkono. Ing nalika alam iku, durung ana carane, mangan lan turu, apadene suka lan prihatin, kang sarta lara lawan kapenak.
Pramana mau saya lawas saya wimbuh daya santosane, manawa rina kawasa ngukut sarining srêngenge, yèn wêngi kawasa ngukut [ngu...]
--- 14 ---
[...kut] sarining tirta kamandhanu, lawas-lawas wimbuh prabawane amancorong cahyane, kadya purnamaning wulan, utawa kaya srêngenge, kang mangkono iku mratandhani wus sarira wahyu, têtêpe manawa wus sarira wahyu, dene ora obah katêmpuh sapira gêdhening maruta. Ora panas kataman prabawaning bagaskara, ora adhêm kinum ing tirtamaya, têrange mangkono, sapira santosane maruta isih kalah kalawan santosaning pramana, sapira panasing bagaskara, isih kalah kalawan panasing pramana, sapira adhêming tirta prawita, isih kalah lawan adhêming pramana.
Saya lawas-lawas manèh sirat soroting pramana mau wimbuh akèhe, utawa warna-warna rupane, ana kang abang, ana kang kuning, ana kang ijo, ana kang wungu, ana kang dadu, ana kang irêng, ana kang biru, ana kang putih sapêpadhane. Rarupan samono mau barêng padha antuk daya wahyuning pramana, wêkasan padha urip dhewe-dhewe, apadene banjur sumiwi ngabyantaraning pramana, rêrupan samono kèhe mau, ing têmbe bakal dadi wijining dumadi, gone arsa mêncarake tuwuh, sakèhing wiji iku diarani apawara, yèn ing têmbung Arab diarani rohkani, manawa têmbung Walônda isih diarani: sil, para apsara[6] iku ing têmbe bakal dadi wiji budi dhewe-dhewe.
--- 15 ---
Bab 3 Wêwijanganing Wiji
Têksih salêbêting jaman tirtayoga, amratelakakên wêwijanganing wiji ing satunggal-tunggalipun, taksih miturut wêwarahing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara ing Mamênang kados ing ngandhap punika.
Wêrdining wiji mau têlung prakara, kang dhingin putih, wiji putih iku asal saking tirta kamandhanu, arane pramana, wêrdine sukci utawa padhang, ing têmbung Arab diarani rahmani, ing têmbung Walônda diarani: sil.
Loro rupane abang, wiji kang abang iku angsal saka srêngenge, arane mulat, têgêse murup utawa têrang, ing têmbung Arab diarani roh ilapi, ing têmbung Walônda diarani: sil.
Têlu rupane irêng, wiji kang irêng iku angsal saka maruta, arane murti, wêrdine alus, yèn ing têmbung Arab diarani roh rabani, têmbung Walônda isih diarani sil.
Ing sajatine wiji têlung prakara mau, gone bisa dadi wiji manawa campur rupa sawiji, dene yèn isih maligi sawujude dhewe-dhewe, iya bakal ora kawawa dadi wiji.
1. Wiji kang warnane biru amarakata, iku
--- 16 ---
pratôndha asli saka adêging maruta, kawoworan saka sarining tirta kamandhanu, amung sawatara sarta kawimbuhan sarining srêngenge sawatara.
Wiji kang rupane mangkono iku, ing têmbe bakal mahanani budi cubluk, guru alêman, ananging langgêng lêgawane.
2. Wiji kang biru nom sumirat amaya-maya, iku mratandhani asli adêging sari maruta, kawoworan sarining tirta kamandhanu utawa sarining srêngenge rada kaduk, kang mangkono iku ing têmbe bakal mahanani budi wêlasan, asihan sarta tarimanan.
3. Wiji kang ijo maya-maya, iku iya maksih adêging sari maruta, kawoworan sarining tirta kamandhanu, mung sawatara, sarining srêngenge kaduk, iku wus kêna binasakake trimurti, ananging adon-adone durung satimbang, kang mangkono mau ing têmbe bakal mahanani budi sêdhêng kalantipane lumaku sabar maklume, nanging rada amêm wicarane.
4. Wiji kang rupa ijo nom amancur maya-maya, iku têtêp adon-adone trimurti saukur, dadi sirna wujuding putih, abang, irêng kaya ing dhuwur mau, amung maligi salingganing pramana, iya iku kang dèn arani sajatining rupa, ing têmbe bakal mahanani budi rila, têmên trima utama, utawa tata, titi, têtêg ngati-ati kang sarta kadunungan ênêng [ê...]
--- 17 ---
[...nêng] êning, awas eling. Apadene têtêp mantêp tur lantip mring kabudian.
5. Kang wiji rupa kuning sêmu sumunar, iku pratôndha isih trimurti, ananging adon-adone rada kaduk sarining srêngenge, apadene sarining tirta kamandhanu, kang mêngkono mau bakal mahanani budi kaya adêging trimurti, kang kasêbut ing dhuwur mau. Kacèke amung andarbèni cipta wasesa, kang diarani cipta wasesa iku thukuling karsa pangiyas marang sapadhaning tumitah.
6. Wiji kang rupa abang abra marakata, ambalêrêngi iku pratôndha adêging srêngenge kawoworan sarining maruta lan sarining tirta kamandhanu amung sathithik, kang mangkono iku ing têmbe bakal mahanani budi landhêp sugih panggraita, kalawan panasbaranan, tur santosa amisesa, ananging manawa wus kataman kamartaning cipta dadi rila lêgawa.
7. Wiji kang rupa wungu muyêk amarakata, iku pratôndha adêging srêngenge kawoworan sarining tirta kamandhanu sathithik, kang akèh sarining maruta kang mangkono iku ing têmbe bakal mahanani budi drêngki arda angkara murka, cupêtan atèn, ora andêlan, culika durjana, tur gêdhe kiyase marang sapêpadhaning tumitah apadene butêng utawa rupak budine, adoh marang wêlas asih cêpak wisesane, [wise...]
--- 18 ---
[...sane,] kang mêngkono iku adat ing têmbe bakal andarbèni lara rong prakara, manawa lara mau tumanduk ing raga dadi barah rambat, barah rambat iku kang lara tatu ora ana warase, yèn tumanduk ing panon dadi lara edan.
8. Wiji kang rupa dadu, dumilah asêmu maya-maya, iku pratôndha adêging srêngenge, kawoworan adêging tirta kamandhanu sêdhêng, sarining maruta rada kaduk, kang mangkono mau ing têmbe bakal mahanani budi gêdhe pangôngka-angkaning kêrêp sônggarugi,[7] agung angkarane, tipis budayane, kang mangkono iku ing têmbe bakal anduwèni lara panas sarta asring suwa pandulune.
Dene pêncaring wiji môngsa iku isih padha raga cahya kabèh, muncaring cahya mau wus ora beda karo urubing pramana, mulane kêna binasakake araga sukma, sarira bathara, dadi ing môngsa iku durung ana lara lan pati, kang awit sêdya lan karsa durung ana tumuwuh, kaanane amung ênêng, kalawan êninge bae.
Bab IV Kodrating Cêcamboran
Amratelakakên wêwahing kodrat camboran, taksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara ing Mamênang, têmbungipun makatên.
--- 19 ---
Banyu jalanidhi kang wus kacaritakake ing dhuwur mau, sabên antara wêngi kataman ing daya adhêm, atêmah pupul, yèn ing môngsa awan kataman dening hawaning panas têmah amèr manèh, ananging amèring banyu jalanidhi mau antêng anjêlantah, lawas-lawas katon tumandhon ing jalantah, têmah dadi êmbag-êmbag utawa lêmah, wêrdine lêmês. Saya lawas saya wimbuh kandêle sarta wimbuh santosane, sadhuwuring lêmah mau barêng tansah kataman siliring maruta kalawan dayaning srêngenge, tumuli garing utawa akas, dene ing jêro taksih binuntu, ewasamono santosane lêmah iku saka dayaning panukmaning sari têlung pakara, siji sarining pêpanas, loro sarining banyu, têlu sarining maruta, sari têtêlu mau gone manukma ing lêmah salawas-lawase wus tanpa kêndhat, lêmah mau barêng wus kataman panukmaning sari têtêlu têmah kawawa mahanani thêthukulan saane, lan sapêpadhane, barêng lêmah mau wus kawawa mahanani sakèh thêthukulan, têmah diarani bumi, wêrdine wêwadhah bumi iku saya lawas ing dhuwur saya kandêl lan rêntête, ing ngisor ora pêdhot wimbuhe mulane awit ing môngsa iku sari tatêlu têmah padha manukma ing bumi mau, panusupe kurang lêstari, awit sari têtêlu mau isih kawilang sari kasar, dene sari kasar têtêlu mau ing sabên kêna dayaning adhêm iya pupul, manawa kêna dayaning pêpanas, iya [i...]
--- 20 ---
[...ya] tumuli amèr, amoring sari têtêlu iku aluse kawawa anjêbus mring bumi, banjur anartani panguripaning thêthukulan kang wus padha tumuwuh ana sadhuwuring bumi. Utawa bêburon kang wus padha tumitah ing kono, dene jalantahing sari têtêlu padha-padha isih kèri ana sajroning bumi, sarta banjur campur camboran, cêcamborane jalantahing sari têtêlu iku dumadi wujud ing wolung prakara, siji manik-manik sapanunggalane, loro êmas, têlu salaka, papat timah, lima dêmbaga, nêm wêsi, pitu uyah, wolu walirang, mungguh warna wolung prakara iku, ing nalika kêtaman adhêm padha wimbuh pupule, barêng kêtaman hawaning pêpanas padha wimbuh amère, barêng kêtaman dening pêpanas têmah kawawa padha mêtu hawane sarta banjur cêcamboran ing saanane, ananging cêcamborane hawa wolung prakara mau isih hawa kasar, mulane gone jêbus mring bawana kurang lêstarine, amarga tansah kapêpêt ing bumi, mangkono uga hawa wolung prakara mau ing sabên kataman dayaning adhêm tumuli padha pupul, barêng ginêbug dening dayaning pêpanas padha amèr, amèring hawa mau aluse kawawa jêbus mring bawana, banjur anartani panguripan, iya iku kang diarani asthagina, wêrdine kagunan wolu kang kaanggo urip, jalantahing hawa kang padha kèri jroning bumi mau dadi limang prakara, pratelane kaya ing ngisor iki.
--- 21 ---
1. Pulung, rupane biru sumirat ijo, iku pratôndha adêging cahya manik-manik êmas sarta têmbaga, pulung mau ing têmbe iya bakal dadi sarana mimbuhi daya panguripan, ananging kang diluluti bôngsa tancêbing cipta kang marang wêlas asih.
2. Wahyu, rupane putih sumirat kuning, iku pratôndha adêging cahya manik-manik êmas sarta timah utawa salaka, wahyu mau ing têmbe iya bakal sarana amimbuhi daya panguripan, ananging kang diluluti bôngsa tancêbing cipta kang marang lalêgawa têmên tarima.
3. Andaru, rupane kuning sumunar, iku pratôndha adêging cahya manik-manik êmas, wêsi, salaka, andaru mau ing têmbe iya bakal sarana amimbuhi daya panguripan, ananging kang dèn kaluluti, bôngsa tancêbing cipta kang marang marta mardi aksama.
4. Têluh braja, rupane abang sumirat ungu, iku pratôndha adêging cahya têmbaga, wêsi timah walirang têluh braja mau ing têmbe bakal sarana amimbuhi daya panguripan ananging kang dèn kaluluti bôngsa tancêbing cipta jail muthakil, bakiwit.
5. Guntur, rupane wungu sumirat dadu, iku pratôndha adêging cahya wêsi, têmbaga, uyah, walirang, guntur mau ing têmbe bakal dadi sarana amimbuhi daya panguripan, ananging
--- 22 ---
kang dèn kaluluti bôngsa tancêbing cipta angkara murka, samono iku dadine kalawan dèn èsthi, kalakone pangèsthi iku kudu sinêmbuh ing tapabrata, lire mangkene.
Kaya ta: tancêbing cipta kang marang wêlas asih, môngka binantonan ing tapabrata, adat tumuli cêpak tibaning wahyu.
Kaya ta: tancêbing cipta kang marang mardi aksama, môngka binantonan ing tapabrata, adat tumuli cêpak tibaning daru.
Kaya ta: tancêbing cipta kang marang drêngki, jail muthakil, basiwit, môngka binantonan tapabrata, adat tumuli cêpak tibaning têluh braja.
Kaya ta: tancêbing cipta kang marang angkara murka, môngka binantonan ing tapabrata adat tumuli cêpak tibaning guntur.
Dene limang prakara iku, iya uga kêna diarani darajat, wrêdine wêwadhahing kajat, pratelane kaya ing ngisor iki.
1. Pulung, pakolèhe sinupêkêtan ing akèh, apadene linuhurake ing asmane, tur rinêksa kasangsarane, ing sasama-samaning tumitah.
2 Wahyu, pakolihe kinalulutan sarta jinurung ing sasama-samining tumuwuh.
3. Andaru, pakolihe karênggan, apadene kèringan sasama-samining tumitah.
--- 23 ---
4. Têluh braja, pakolihe sinêngitan ing sasamaning tumitah, kang mangkono iku adat cêpak sangsarane, adoh kabêjane, tur cumawis kacilakane.
5. Guntur, pakolihe rinukêtan sasama-samaning tumitah, kang mangkono iku adat cêpak bilaine tur cumawis bêbayane.
Ing nalika bumi iku wus tumuwuh, tumuli ingaranan jaman kêrtayoga, wrêdine lêstarining urip, utawa kauripan ing môngsa iku isih anuhoni saupakartine dhewe-dhewe, sarta lêstari gone lumaku kalawan panarimane.
Bab V Babaring Kawontênan
Amratelakakên babaring kawontênanipun salêbêting jaman kêrtayoga, miturut suraosing sêrat Jitapsara, wêwarahipun Dèwi Rukmawati, ingkang awarna pêksi, ingkang lajêng kinarang dening Bagawan Palasara, ing Ngukir Ratawu, têmbungipun kados ing ngandhap punika.
Ing jaman kêrtayoga iku, thêthukulaning bumi wus gumêlar arupa-rupa. Apadene sato kutu walang ataga, kang wus padha dumadi awarna-warna. Awit saka rêmbês jêbusing sarining bumi sangsaya ngrêpda, dening sari kang wus dumunung ana ngarcapada iku,
--- 24 ---
sarèhning isih akèh tabêting hawa bumi, dadi maksih kalêbu sari kasar. Mulane sabên kataman dayaning adhêm pupul, yèn kêna dayaning pêpanas iya amèr, amèring sari kasar mau aluse padha mêsat marang gêgana, tumuli tumrap tumamèng pramana, dene kasare kang padha kèri ana ing ngarcapada têmah banjur kawawa amimbuhi angganing kang dumadi ana ing ngarcapada kabèh.
Pramana mau ora sah gone kataman dening sari bumi, barêng lawas-lawas sari bumi iku têmah kawawa anglimputi kaananing pramana, pramana barêng wus kalimputan dening sari bumi dadi wimbuh antêp ing kaanane, antêping pramana têmah kawawa tumurun samadyaning tawang, dumunung ana antaraning ngarcapada, kang diarani antaraning ngarcapada iku sangisoring awang-awang saluhuring bumi.
Pramana barêng wus dumunung ana ing jaman kono tumuli kêna dayaning adhêm isih kawawa pêngkuh ing kaanane, barêng kêna daya panggêbuging pêpanas têmah kumaringêt, karingêting mau diarani mani, mani mau ing sabên kêna dayaning adhêm pupul, sabên kêna panggêbuging pêpanas amèr, amèr pupuling mani mau ing jaba têmah kumulit, iya iku kang diarani jantung, jantung iku ing nalika ginêbug ing pêpanas tumuli kumaringêt, karingêting jantung mau kawawa mahanani pêru loro dumunung ana sakiwa-têngêning jantung, kajabaning saka pêru kabèh tarbukane jêrohan iya saka jantung awite, kang barêngi tarbukaning jêrohan mau
--- 25 ---
babare bayu-bayu, apadene caloning balung-balung, dene caloning balung iku diarani sungsum, sungsum iku pêncaring mani, nalika kataman ing pêpanas, barêng tumêkane kêtaman dayaning adhêm têmah jêndhêl, tumuli agatra rêraganganing salira, dene kang minôngka cacithakaning rêragangan mau sirat soroting pramana, dadi wus kalimput dening kaananing sungsum, sirat soroting pramana kang padha kalimput ing sungsum diarani sukma, sukma iku barêng wus lawas kêna dayaning panas lan adhêm têmah akas, sarta banjur kumulit, ewadene jog-joganing sungsum kang môngka mani mau ing sadina-dina tanpa kêndhat, ing kono tumuli sêmi tarubusaning urat sapanunggalane, iku andadèkake kuwat kêngkênging kulit utawa daging, sarta minôngka pikukuh sêsadon sambunganing balung, samêktaning ragangan iku kabèh. Pramana saya wimbuh antêpe têmah tumibèng ngarcapada, ana ing kono sari kang padha nglimputi mau pêcah, sapêcahing sari têmah padha mêsat marang gêgana, mahanani lidhah kilat thathit sapanunggalane. Sasirnaning panglimput mau, pramana têmah ambabar sarira dhampit, wêrdine dhèmpèt utawa pipit, barêng kêna ginêbug dening dayaning pêpanas tumuli kawawa pisah maujud dhewe-dhewe, agatra lanang lan wadon, ing kono banjur sêsilih aran, apsara apsari, apsara kang lanang, apsari kang wadon.
--- 26 ---
Kocapa sakèhing wiji kang maksih padha tininggal ana ing alam sonyaruri, barêng padha kêna daya panggèndènge pramana têmah kawawa padha anjog, banjur padha manjing jumujug ing ngarcapada, sapraptaning kono wiji mau banjur padha umanjing sajrone guwa garbaning apsara apsari, ana ing kono kawawa sarupa kalawan pramana, barêng wus kataman dening panukmaning wiji, têmah sêmi tarubusing karsa kang marang sacumbana, ananging rikala wêtu iku patraping sacumbana amung kalawan cipta sasmita bae, rasaning cipta samsita mau, banjur kawawa tumanduk pramananing apsari, pramananing apsari barêng kapandukan dening cipta sasmita rahsaning pramana, apsari tumuli kawawa ambobot banjur ambabar, babarane dadi manungsa sajodho mangkono ing sabanjure.
Manungsa kang padha tumitah ing jaman iku, ragane isih padha alus-alus, mulane mêngkono kang awit durung kêtabêtan dening sarining bumi kang kasar, sarta durung ana nyandhang utawa mangan, kang minôngka dadi sêsandhangan panglimputing wêwadine, urubing cahyane dhewe, dene kang minôngka pangane, sarupaning sari kang padha arum-arum ing gandane, mulane manungsa ing môngsa iku durung duwe lara lan pati, apadene suka lan prihatin.
--- 27 ---
Ing môngsa iku diarani jaman kajiwatan, têgêse kaalusan, mulane mangkono awit ing sabên muksa isih kawawa anggawa ragane dhewe-dhewe, jaman kang mangkono mau lawase rongèwu taun, sajrone rongèwu taun mau ing têmbung Jawa diarani jaman purwa, wrêdine kawitan utawa wiwitan. Manawa têmbung Sasêkrita diarani masidham, têgêse jênjêm utawa jêjêg, manawa têmbung Arab diarani adam, têgêse kawitan.
Manungsa ing jaman iku isih padha anuhoni pakartining pramana, mulane mangkono awit pôncadriya durung kawawa pêncar, marmane durung pêncar, amarga sari sarasaning jagad durung bisa tumular, sababe durung bisa tumular, karana cahyaning pramana durung wigar, dadi êmpaning karsa iya durung tumangkar.
Ing jaman iku padha lêpas-lêpas pandulune, amarga kalis dening dayaning pêpadhanging srêngenge, utawa atas-atas ing pamiyarsane, kang mangkono iku awit ora kêtabêtan dening kumaraning kujagad iki kabèh, sarta têrus-têrus pangandikane, lan panggandane, awit kalis dening ambon-amboning bawana sakabèhe, kang sarta padha têtêp-têtêp pamicarane, awit anuhoni grênêging cipta kang sajatine, dene kang aran cipta kang sajati iku kang maksih maligi durung kawoworan ing karsa.
--- 28 ---
Bab 6 Dumadining Manungsa
Anyariyosakên dumadosing manungsa ingkang kaping kalih, miturut Sêrat Jitapsara wêwarahipun Dèwi Rukmawati, têmbungipun kados ing ngandhap punika.
Sapungkure jaman ing dhuwur mau diarani jaman dwaparayoga, wrêdine jaman kamokalan, bumine bawana saya wimbuh kandêle, apadene wêtuning hawa sangsaya akèhe, thêthukulan sarta sato-sato utawa kewan-kewan pitik iwèn wus padha awarna-warna, ing jaman iku raganing manungsa utawa kewan-kewan, angawit-awiti kasare, apadene pôncadriya uga wus angawit-awiti pêncare, pêncaring pôncadriya mau têmah kawawa anuwuhake karsa kang dudu sawantahe, ing kono padha tumuli thukul ing papenginane, utawa kêkarêpane, barêng wus mangkono tumuli kèlu padha mangan woh thêthukulaning bumi, kayadene kartining kewan sapanunggalane, kênyaring cahya iya suda muncare, kang mangkono mau andadèkake pituna ing kasêktène.
Saya lawas saya mundhak kêkarêpane, wêkasan padha tuwuh akale, gone padha sacumbana wus kalawan saragane, kang mangkono iku andadèkake suruting urup muncaring pramana, tuwin banjur kataman ing duka cipta sapanunggalane,
--- 29 ---
ing jaman iku wus ora ana wong bisa mati muksa, yèn ora kalawan tapabrata, apadene wus ora ana padha sêkti yèn ora kalawan ngêngurangi.
Sarèhne ing jaman iku wus padha laku raga, dadi gone arsa mêncarake wiji: wadone kudu sarana garbini, kang sarta ing jaman iku daya panggèndènge ora kawawa anarik wiji, manawa ora kalawanan ing êninge, mungguh katrangane kapratelakake kaya ing ngisor iki.
Ing saupamane ana sujanma kataman êninging cipta, kang suwene ora kurang sapandurat, iku daya panggèndènge lagi kawawa anarik wiji, sumusuping wiji mau ambarêngi nalika lêbuning napas, banjur rumêsêp ing utêg, rêmbês marang ing panon, kang diarani panon iku banyu sari sêsarining banyu utêk kang manggon ana satêlêning manik, wiji mau ana ing kono kawawa sumusup tumamèng pramana, kang sarta amor sarahsa, woring rasa cahya utawa saeka karsa, kang mangkono mau adat banjur anuwuhake adrênging sacumbana, adrênging sacumbana mau yèn cinêga[8] dadi pedah yèn linantur dadi batur, lire mangkene. Sing sapa kasusupan wiji, môngka kawawa nanggulangi, sayêkti wimbuh muncaring pangèksi, manawa dèn turut, tumuli kawawa mahanani putra, pratelane kaya ing ngisor iki.
--- 30 ---
Yèn ana janma sacumbana, môngka lakuning napas, pinuju santêr lènging grana kang kiwa, amratandhani manawa wiji mau gone cumithak ana panon kang têmên,[9] iku kandhanganing wiji kang lanang, manawa panuju lènging irung kang têngên, iku mratandhani yèn wiji mau cumithak ana panon kang kiwa, iya iku kandhanganing wiji kang wadon, manawa napas kang kiwa lan têngên padha santêre, iku mratandhani yèn wiji iku cumithak ana satêngahing panon, yèn têmbung Jawa têngahing panon iku diarani manon, manawa ing têmbung Arap, diarani insan kamil, ing têmbung Walônda diarani ambrèktên is, têgêse kumpuling rêrêmbêsan, sarta paguting rêrêmbês, ingkang mangkono iku ing têmbe bakal mahanani putra wandu, kang diarani wandu iku dudu wadon dudu lanang, iya wadon iya lanang.
Dene wiji kang mêsthi dadi iku lêngkape saka adon-adon têtêlu, kang dhingin sarining tirta kamandhanu, kaya kang wus kapratelakake ing dhuwur mau, kapindho sarining wulan, kaping têlu sarining maruta, dene manawa kurang lêngkape saka adon-adon têtêlu mau, kang mêsthi ora dadi, sanadyan dadi iya ora kawawa uripe, lire mangkene.
Sarining tirta kamandhanu manawa amung kalawan sarining wulan, tanpa sarining maruta, kang mêsthi ora kawawa dumadi manungsa, kaya mangkono sapiturute, iku purwane ana umur dawa [da...]
--- 31 ---
[...wa] lan cêndhak, dene bêja cilakane bakal kapratelakake ing ngisor iki, dunung[10] ana bab kaping: 7.
Ing saupama ana manungsa kang kataman êninging cipta kang suwene kongsi bisa rong pandurat, iku kawawa narik wiji loro kang mangkono mau awit daya panggèndènge luwih santosa, apadene luwih kuwasa, wahanane putra iya kêmbar, utawa dhampit, yèn mêtu kêmbar amratandhani wiji iku gone cumithak ana ing panon kang sisih, manawa mêtu dhampit, pratôndha gone cumithak ana panon kang kiwa têngên.
Bab 7 Wijanging Wiji kang Dumadi
Amratelakakên wiji, wijanganing wiji-wiji, ingkang sami badhe dumadi, wahana wêwatêking siwi, têksih miturut suraosing Sêrat Jitapsara, pangarangipun Bagawan Palasara, ing wukir Ratawu, pratelanipun kados ing ngandhap punika.
Mungguh wêwijanganing wiji mau kajabane bakal mahanani budi, uga bakal nuwuhake wêwatêkan, miturut apa sawujude wiji mau.
Kaya ta sawijining wiji kang wujude kandêl, iya bakal mahanani watêk kandêl atèn, manawa tipis iya mahanani tipisan atèn, manawa gêdhe iya mahanani watêk jêmbar,
--- 32 ---
yèn cilik iya mahanani rupak, kang mancorong mahanani watêk ayêman, yèn bêsêm mahanani watêk sungkawanan.
Ing sarèhning wêwijangane wiji mau padha saka bangsaning alus, dadi ora kêna tinonton saka sawantahing paningal, kênane tinonton manawa saka kaalusaning pandulu, kang diarani kaalusaning pandulu mau, kang dhingin tancêp ênêng êninging cipta, kapindho sirnaning karsa, kaping têlu sarwa sarèh ing panggônda, kaping pat lêrêming pôncadriya, kaping lima jêtmikaning bawa, manawa wus nêtêpi pakarti limang prakara iku amêsthi kawawa anon wujud sawantahing wiji mau.
Mungguh warna panukmaning wiji mau, manut saurubing ciptane, kang anduwèni daya panggèndènging wiji, pratelane mangkene.
Ing saupama ana jalma kang lagi tuwuh tancêbing cipta wêlas asih, kang mêsthi urubing pramana biru sêmu ijo, amaya-maya, ing môngka tumuli kêtaman ênêng kang kongsi kawawa anarik wiji, sayêktine sumusuping wiji iya kang tunggal urup, ing têmbe dadining putra, bakal linulutan ing akèh, sarta jatmika, alus budine, nanging kurang lantip panggraitane.
Manawa ana janma kang lagi tuwuh tancêbing cipta mêthuthuk rumôngsa kabênêran ing solah bawane, kang mêsthi uruping pramana biru tuwa muyêg marakata, ing môngka tumuli kêtaman ênêng kang kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusubing wiji iya tunggal [tung...]
--- 33 ---
[...gal] urube, ing têmbe bakal mahanani putra bodho, nanging bêcik budine.
Manawa ana jalma kang lagi tuwuh tancêbing cipta rila lêgawa, kang mêsthi urubing pramana putih asêmu kuning, sumirat amaya-maya, sarwi mêlês, ing môngka nuli kêtaman ênêng kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya kang tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra lantip budine, cêpak panggraitane, kajèn marang sasamane, sarta pinarcaya ing sasama-sama.
Manawa ana jalma lagi tuwuh tancêbing cipta kadêrêng mardi kabudidayan, kang mêsthi urubing pramana kuning sêmu abang abra baranang, ing môngka kataman ênêng kongsi kawawa narik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya kang tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra limpat panggraitane, bèr budi, bawa lêksana, elingan, nanging rada gêtapan.
Manawa jalma kang lagi tuwuh tancêbing cipta runtik, sapadhane, kang mêsthi urubing pramana abang baranang balêrêngi, ing môngka kêtaman ênêng kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya kang tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra landhêp panggraitane, bèr budi, nanging gêtapan, panas baranan.
Manawa ana jalma kang lagi tuwuh tancêbing cipta drêngki, kang mêsthi
--- 34 ---
urubing pramana wungu muyêg marakata, ing môngka tumuli kêtaman ênêng kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra cukêng rêngkêng jail bakiwit, têrkadhang asring kataman lara barah.
Manawa ana jalma kang lagi tuwuh tancêbing cipta arda murka puwa-puwa, kang mêsthi urubing pramana dadu burêng amarakata, ing môngka tumuli kêtaman ênêng kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra culika dêluya, dura wicarane, adat kang mangkono iku asring kataman lara owah.
Manawa ana sujalma kang lagi nungkul pujabrata, kang marang tancêbing cipta têmên tarima, kang mêsthi urubing pramana ijo nom muncar amaya-maya, ing môngka tumuli kataman ênêng kongsi kawawa anarik wiji, sayêkti sumusuping wiji iya tunggal urube, ing têmbe bakal mahanani putra apura, paramarta, tarima, rila, lêgawa, tur bijaksana, kang mangkono iku adat asring kêtaman darajating kawiryawan.
Wiji kang kacritakake ing dhuwur mau manawa panusupe anuju wayah awan amêsthi tipis, awit urubing pramana rahsa ing wayah iku lagi amèr, amarga kataman daya panggêbuging pêpanas, yèn panusuping wiji mau môngsa wêngi kang mêsthi
--- 35 ---
kandêl, amarga urubing pramananing rahsa ing wayah iku pupul, awit kataman dayaning adhêm.
Mulane para sarjana ing jaman kuna, manawa sacumbana kang pinilih wayah sak akhiring wêngi, kongsi tumêkaning bangun.
Bab 8 Tarbukaning Wiji
Anyariyosakên tarbukaning wiji, nalika katampèn guwa garbaning biyung, taksih miturut suraosing Sêrat Jitapsara, pangarangipun Bagawan Palasara ing Ngukir Ratawu.
Ing nalika sujalma sacumbana kang wus kapanjingan wiji mau mangkene, rahsaning mani kang wus padha sumusup ing gêtih padha kumpul marang ing jantung manèh, ana ing kono nuli kawawa campur dadi sarahsa nunggal sawarna kalawan pramana, rahsaning mani irêng wus campur kalawan urubing pramana, têmah darbe daya pangwasa, mêsat tumurun tumibèng garbaning rena, kang diarani roh, iku gêtih kang isih sukci, dadi samêngko wus campur katêlu, kêna binasakake trimurti, murti iku nalika kataman daya sêsumuking biyung ambabar dadi jêjantung, tangkar tumangkare tuwuhan jantung iku dadi jêrohan, apadene otot sapanunggalane, ewadene samono tumangkare otot lan jêrohan iku kabèh iya saka wahyaning wahyu
--- 36 ---
urubing trimurti, trimurti nalika wus mangkono diarani pramana, kang sarta sirat sorote padha manukma marang otot bayu, sapanunggalane, mangkono uga barêng kataman sorot sirating pramana, rupane otot bayu sapanunggalane kawawa modod ing salakune dhewe-dhewe, kang dinut salaku jantrane sorote pramana mau.
Ewasamono jantung nalika kêtaman sêsumuking garbaning biyung tumuli kumaringêt, karingêt mau uga rêmbêsing mani, iya iku kang bakal mahanani balung-balung rêraganganing raga, kabèh pirantining raga iku, purwane saka lêmbut dadi ana, anane saka cilik dadi gêdhe, lire mangkene.
Wijining piranti mau kabèh, manawa kêna dayaning sêsumuk têmah dadi amèr, amère tumuli kawimbuhan rêmbêsaning mani kang tanpa mêtu ing jantung, barêng kataman dayaning adhêm, kumpul manèh, mangkono ing sajroning ana garbaning biyung.
Barêng wus antuk satus dina lawase, banjur kawit gana manungsa wujude abang, ing kono diarani jabang, tumuli gatra kang minôngka dadi pikuwate sarira, lagi saka têtuwuhaning para bayu bae, ing kono diarani ki jabang bayi, wrêdine isih abang santosane kalawan bayu, bayu iku basane otot kang alus, ing têmbe bakal anandhang cipta sasmitaning rahsa, apadene tanduking solah-bawa iki kabèh, [ka...]
--- 37 ---
[...bèh,] bangsaning bayu iku rong prakara, kang alus-alus diarani bayu, kang kasar-kasar diarani otot, kang luwih kasar manèh diarani balung nom, ora beda karo nalika Sang Hyang Purusa duk gumana munggwing madyaning tawang, banjur dadi adam, kang kasêbut ing bab 2.
Jabang bayi nalika ing môngsa iku, isih jênjêm prêmanêm, sarta pusêre tarubus bangsaning usus, ususing pusêr iku barêng kêna dayaning sumuking biyung kawawa kumaringêt, jalantahe mahanani ari-ari, sarine manukma amor sarasaning biyung, iku ana bêbasan idham-idham kaworan, wêrdine idham têtêp, woworan iya woworan, dadi ing môngsa iku rasaning biyung têtêp amor kalawan rasaning jabang bayi, môngka jabang bayi ing môngsa iku, kêna binasakake tanpa dhahar tanpa sare, kang dhinahar amung sarasaning sari-sari kang padha sumaruna ana garbaning biyung, dene gone sare amung kalawan sarèhe bae, mungguh gone dhahar sarasaning sari-sari mau ora kalawan lesane, amung karana pêpusêre bae.
Barêng wus tumêka rong atus sapuluh dina, sarupaning pirantine ki jabang bayi wus padha samêkta, amung cêcalonaning balung isih padha lêmês, kang sarta isih bisa tarubus sarining urat, urat iku bangsaning otot kang tarubus saka ing bêbalung, mulane para winasis ing jaman kuna aparing pratikêl, manawa
--- 38 ---
pinuju ana jalma kang ambabar putra ing sadurunge sangang sasi, sarana sinandhingan ing sêga panas, tumuli banjur diêngi, kang mangkono mau caloning balung kang isih padha lêmês, manawa kêtaman hawaning panas, wor siliring angin, kakaking kulit atosing balung mêsthi kaya ginege.
Barêng jabang bayi wus ana rong atus pitung puluh dina, kabèh saupakartine piranti, wus nêdhêng-nêdhênge samêkta, ing kono manawa ora ana bêbayane adat tumuli lair, laire ki jabang bayi ana ing ngarcapada barêng lan tarbukane pramana mijil saka jroning jêjantung. Ing kono pramana banjur ambabar cahya murup amarakata, cahyaning pramana mau kawawa amadhangi saubênge angga iki kabèh, dadi ing samêngko pramana ngumandhangi apêpadhange dhewe-dhewe, pêpadhanging pramana mau barêng tumanduk marang ing utêg, banjur kumaringêt, karingêting utêg mau banyu wêning rupane putih asêmu biru maya-maya, banyu iku diarani manon, manon iku gone ngumandhang ana maripat kiwa têngên, kêkandhangane manon iku diarani manik, ing nalika kêna panggêbuging pêpanas, tumuli padha sumaring têmpuring sari loro mau padha ngumandhang ana ing pasung. Barêng dumunung ana ing kono diarani ambêgan, ambêgan barêng wus angêbêki pasung, ing kono tumuli têmpur kalawan swasana, sarta rêbut daya panggèndèng padha santosane,
--- 39 ---
padha kuwasane, padha dayane. Swasana kawawa narik marang ing jaba, ambêgan barêng katarik dening swasana kalah daya panggèndènge, têmah mêtu saka lènge garana, sawêtuning ambêgan kang tumuli kataman dening daya panggèndènging pramana, têmah bali umanjing lumêbu manèh, mangkono purwane ambêgan iku mlêbu mêtu, nalikane wêtuning ambêgan kang kapisan mau barêng tangising ki jabang bayi, kalawan pêncaring pôncadriya, apadene nyakra pagilingane para piranti, kang sarta lakuning bayu lan gêtih sapanunggalane.
Bab 9 Wimbuhing Pangraos
Amiraos wimbuhing pangraos, ingkang badhe tumanduk dhumatêng ki jabang bayi, miturut suraosing Sêrat Paramayoga, pangarangipun Bagawan Palasara, ing wukir Ratawu, têmbungipun makatên.
Manawi ki jabang bayi sampun umur têlung puluh lima dina, kulite awit marang abang, tangkare pôncadriya wus ganêp, pakartine angga wus têtêp, ananging isih padha lêmês, ing masa iku daya pangwasaning panon durung padha samêkta ing kaanane, dadi solah-bawane mau durung kawêngku ing karsa, amung isih salakune [sa...]
--- 40 ---
[...lakune] dhewe, ing wêktu iku mari kasêbut jabang bayi, amarga wus mari abang, dadi mung kasêbut bayi bae.
Manawa ki bayi wus umur pitung puluh dina, iya mundhak kaanane, tumêkane rong atus pitung puluh dina, iku diarani sajaman, ingatase gone tumitah anèng ngarcapada, ing nalika iku balung sarta otot-otot pirantining raga wus padha santosa, wus kawawa nandhang sarasaning karsa, pêncaring pôncadriya wus samêkta, ananging durung pati wala, ing kono banjur mari diarani bayi, diarani wala utawa bocah wrêdine wala uwal saka pakartine lawas, anganggo pakartine anyar, mulane padatan Jawa bocah kang umur samono mau disêlamêti aran tumêdhak siti, awit ing waktu iku sari hawaning bumi wus padha mèlu, anartani panguripaning bocah mau, mulane para brahmana, manawa anyapih putra yèn nuju wêktu iku, amrihe rong prakara, kang dhingin, wawuha karo sari rasaning thêthukulan kang ing têmbe bakal padha pinangan, watêke kang mangkono mau sayêktine adoh lêlarane, kang kapindho aja nganti kasuwèn gone ngombe banyu susu, amarga pamangane banyu susu iku luwih gampang dadi ing têmbe bakal kurang panggraitane.
Barêng bocah mau wus umur patang atus sangang puluh dina, diarani rong jaman, pirantine badan sangsaya wimbuh kasantosane, [kasanto...]
--- 41 ---
[...sane,] wus kawawa nancang sarasaning karsa, pêncaring pôncadriya wus akèh kaundhakane, sarta kulite wus wimbuh kandêl, amarga tansah kataman dening hawa dayaning bumi, bocah ing môngsa iku wus sêmi dayane pêpenginan, utawa kêkarêpan, lire mangkene, samubarang kang katon anyar kapengin kudu cinêkêl, yèn ana rungon anyar kapengin bisa anirokake.
Manawa ana bocah wus umur pitu likur sasi, iku aran têlung jaman, balung utawa otot pirantining raga kabèh padha wimbuh santosane, barêng bocah umur têlung puluh nêm sasi diarani patang jaman, kabèh pirantining raga padha wimbuh santosane, pôncadriya wus akèh tumangkare, ing kono banjur kasêbut pôncadriya, pratôndha bocah ing wêktu iku wus dhamang pandulune, wus tètèh pangucape, sarta sakèhing pamirasa wus wêruh beda-bedane, mulane ing môngsa iku prayoga diawit-awitana sinung wulang pinangkata ing sawatarane, kang mangkono iku amung minôngka pandhangiring panggraita, ananging bocah ing wêktu iku lagi mangsane kumaratu-ratu, tumindaking wulang winor ing pangudang, yèn wis widagda dèn alêmbanaa.
Manawa bocah mau wus umur patang puluh lima sasi, wus aran limang jaman, iya isih jumênêng bocah kumaratu-ratu, amung [a...]
--- 42 ---
[...mung] santosane para piranti kang padha wimbuh kongsi tumêka umur sèkêt papat sasi, iku diarani nêm jaman, bocah kang umur samono mau wus mari kasêbut kumaratu-ratu, awit wus bisa unggah-ungguh, ing kono diarani bocah dêmolan, iku prayoga winulanga ing tata parikrama sawatara, manawa wus umur limang taun têlung sasi, têtêp aran jaman gêdhe kang kapisan, wêktu iku wus mari diarani bocah, diarani jêjaka kumala-kala, wrêdine durung wêruh pakewuh, yèn wadon parawan kêncur, ing wêktu iku balung utawa otot-otot wus sêdhêng padha kuwate, anandhang karsaning rahsa tumangkaring pôncadriya wus sangsaya angrêbda, êmpaning karsa saya arda, amarga panukmaning sari hawaning bumi sangsaya warata, ing kono wus sêdhênge tinandukan dening pamardi wisesa, kang mangkono iku amung minôngka dadi sêsirêping angkara, awit bocah kang lagi umur samono mau nêdhêng-nêdhênge tumangkaring angkara, yèn ora tumuli pinapas, ing têmbe mêsthi tuwuh kamurkane, mulane prayoga disalèwèngake marang upakarti, mardi wimbuh ing kagunan, kang mangkono mau iya saka istiyare para bijaksana, gone karsa nyuda ajêging kodrat wiji kang ala.
Manawa jaka mau wus umur sapuluh taun punjul nêm sasi iku wus kasêbut ing jaman gêdhe, diarani jêjaka, wrêdine
--- 43 ---
durung ajêg karsane sarta tansah salin-sumalin kêkarêpane, bêbasane êndi kang têmbe rinungu iya ginugu, kang anyar dinulu kapiluyu, mulane ing wêktu iku yèn arêp nandukake wêwulang kudu kalawan sarèh, dèn araha salintire dhewe.
Manawa wus tumêka ngumur limalas taun punjul limang sasi, iku diarani jaman kaping têlu jaman gêdhe, wus mari kasêbut jêjaka kêmala-kala, diarani jaka birai, wrêdine alus paraèhane, upamane kêmbang lagi nêdhêng mêkare, wêninging panon lagi nêdhêng muncare, muncaring panon mau amimbuhi sunaring guwayane, mulane ki jaka ing môngsa iku, lanang wadon akèh kang padha kapiluyu.
Manawa wus tumêka ngumur salikur taun, diarani jaman kaping pat, ki jaka wus diarani adiwasa, wrêdine sirna adining warna, ing kono wus têtêp manungsane, yèn wus ing môngsa iku gone nandukake wimbuh-wimbuhing piwulang, jinalaran saka kêdhap cipta sasmita, utawa cinaritakake sakèhing lêpian kuna-kuna.
Bab 10 Miraos Upakartining Raga
Amiraos upakartining raga ingkang dados tartubukaning[11]
--- 44 ---
rêrigên solah bawa, miturut sêrat Darmasonya pangarangipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang têmbungipun makatên.
Mungguh kauripan ing sajagad iki kabèh, ora marojol saka panukmaning trimurti, aja kang manungsa, sanadyan sato-sato manuk kewan, apadene thêthukulan sapanunggalane, iya saka ing kono, tarbukaning urip, trimurti iku gone manukma ora ngêmungake bangsaning urip bae, sanadyan banyu, bumi, angin, gêni, saisèn-isène kabèh, sayêkti padha kataman panukmaning trimurti, pratandhane mangkene, kaya ta ananing banyu, banyu iku tur bangsaning adhêm, suprandene iya anduwèni hawa panas, utawa angin, apadene gêni, sanadyan bangsaning panas suprandene bisa mahanani banyu, lan manèh angin, sanadyan angin bangsaning kêkês, suprandene bisa mahanani panas, utawa adhêm, mangkono manèh bumi, wus têtela anduwèni hawa panas lan adhêm.
Trimurti iku wus têtela alus-alusaning sabawana iku kabèh, bêbasane marojol ing akêrêp, punjul ing adhuwur, lire mangkene, yèn ing ngarcapada buron kang kawilang gêdhe dhewe gajah, ewadene trimurti gone manukma ing kono ora kêna logron, sapira dhuwuring kayu kang kawilang dhuwur dhewe, ewadene trimurti gone manukma
--- 45 ---
ora cupêt, karodene manèh sapira lêmbuting buron gurêm, ewadene trimurti gone manukma ing kono ora sêsak.
Sanadyan uriping dumadi iki, sarana saka trimurti kabèh, ananging kang kalêbu pinunjul dhewe amung manungsa, awit manungsa iku kadunungan lantip ing panggraita sarta winasis amardi budi, kang mangkono iya saka prabedaning piranti, pratandhane mangkene, kewan kang wus winilang lantip dhewe akale, durung bisa madhani akale manungsa kang bodho dhewe, mangkono uga kewan kang bodho dhewe akale iya ngungkuli sakabèhing thêthukulan, mungguh beda-bedaning piranti mau kapratelake kaya ing ngisor iki.
Bêbalunging manungsa kang lumrah iku kabèh rong atus têlulas, kajabane balung kang dadi untu, manawa kewan sapanunggalane ora ana samono.
Ing saupama ana manungsa balunge luwih saka rong atus têlulas, amêsthi luwih ing kabudayane, ing môngka bêbalung mau kurang saka rong atus têlulas, kang mêsthi bodho ing panggraitane, têrkadhang anduwèni lara budhêg sarta bisu. Beda uriping thêthukulan iku padha tanpa bêbalung kabèh, mulane bangsaning urip kalêbu bodho dhewe, apa manèh bangsaning bêburon gumrêmêt kang uripe tanpa balung kaya ta: lintah
--- 46 ---
rêsrêspoh, utawa cacing. Iku uripe prasasat êlung bae, dadi têtelane dumadi iki êndi kang akèh balunge, iya akèh panggraitane.
Sakèhe balung mau padha dadi lêgawaning panon, panon iku lêgawaning pramana. Pramana iku kawasa mahanani mani. Mani kawasa anucèkake gêtih. Sucining gêtih mimbuhi dayaning bayu otot balung sungsum, dayaning bayu otot balung sungsum mau kawasa ngêningake pôncadriya, dêlinge pôncadriya bisa nyarèhake lakuning napas. Sarèhning napas kawasa anglèrèhake êmpaning karsa, lèrèhing karsa anajêmake urubing pramana. Tajêming pramana kawasa narik sari sarasaning jagad raya. Kang mangkono iku kêna sinêbut adêging trimurti manèh. Manungsa manawa tansah madêg trimurtine, adat adoh lêlarane lan cilakane, cumawis ing kamulyane.
Ambalèni kodrat lakuning gêtih mau manawa jalma salumrahe bae, awit mêtune saka pancuraning jantung, kang kiwa rupane abang, sarta banjur kawawa angubêngi sakubuking angga iki kabèh, ananging ilining gêtih mau ora dadi sawiji, padha mêncar manut salakune dhewe-dhewe, têmpuraning gêtih iku, saka ing utêg, barêng wus tumêka ing kono salin rupa irêng, awit kataman dening panasing panon, sarta kêna
--- 47 ---
hawaning bayu, kang tansah anyakra panggilingan, lêbu wêtune ing mêngko wus campur dadi têlu, mulane rupa irêng, dene ilining gêtih kang wus rupa irêng mau tumuli anjog bolongane jantung kang têngên, ing kono banjur campur karo mani, têmah dadi abang manèh.
Beda manungsa kang mardi sirêping hawa lan nêpsu, tansah angêgungake tancêbing cipta kang wêlas asih, iku wêtuning gêtih kang saka pancuraning jantung kang sisih kiwa, amêsthi arupa putih sumunar kuning amarakata, tumêkaning utêg amung abang asêmu kuning bae, iya iku diarani gêtih sukci, sukcining gêtih iku amratandhani adêging trimurti.
Bab 11 Upakartining Otot
Amratelakakên upakartining otot ingkang sami tarubus saking jantung, punapadene saking utêg, miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang, têmbungipun makatên.
Otot lan bayu iku tarubuse saka rong prakara, kang dhingin saka ing jantung, kapindho saka ing utêg, kang saka ing jantung padha diarani otot pramana, dene kang saka utêg padha diarani otot bae, mungguh otot
--- 48 ---
rong prakara mau padha andarbèni upakarti dhewe-dhewe, kaya ta jantung iku kawasa tarubus tatuwuhaning otot kang saka utêg têmpur ing pramana, ana ing kono mau padha tumanduk ana ing panon, panon iku kawasa mandum upakartine patang prakara, kaya ta: pangambu, pandulu, pangrungu, pangucap, saupama patang prakara mau ora kawawa nandhang sarahsaning karsa, lire mangkene, kaya ta pangucap, manawa durung samêkta lan dayaning panon iya ora kawawa calathu, apadene pangambu, pandulu, pangrungu, iya mangkono uga, ewadene manon iku manawa kurang samêkta lawan tumusaning otot pramana, gone mandum pakartine patang prakara mau sayêkti kurang daya, mangkono manèh otot pramana, yèn adon-adone gêtih kurang samêkta, kang mêsthi kurang santosa, pratelane mangkene.
Otot pramana iku lêngkape saka adon-adon têlung prakara, nala, waya, maruta. Nala têgêse gênining pramana, waya têgêse banyuning pramana, maruta têgêse angining pramana, têlu iku padha campuran anukma anut salakuning gêtih, môngka adon-adon têlu iku kongsi bisa gothang utawa salah ing patrap panusupe, kang mêsthi dadi sabab, pratelane mangkene.
Kaya ta: otot pramana, kang pancèn dayaning padhanging
--- 49 ---
pandulu, môngka pratelane têlung prakara iku mau ana kang gothang, utawa kurang, kang iku mêsthi dadi sababing kabuwanên, sarta lamur. Manawa kang kabênêr gothang otot dayaning pangambu, iya dadi sababing gêndhêng.
Dene yèn kang kabênêr gothang: otot dayaning pangrungu, iya dadi sabab budhêg, yèn kang kabênêr gothang otot kang dayane pangucap, dadi sabab bisu, utawa pelo. Sabab patang prakara iku, sayêkti padha kasandhang dening rahsaning panon, pratandhane jalma kang wus kataman cacat kaya ing dhuwur mau, kang mêsthi suda ing kabudidayane, kang mangkono iku saka kurang lêngkap adon-adoning panon. Beda karo kang lêngkap adon-adone, kang mêsthi amimbuhi daya wêninging panon, wêninging panon kawawa anukulake panggraita, thukuling panggraita kawasa anuwuhake waskitha, thukuling waskitha adat kawawa narik ing wahyu, jalma kang kataman wahyu iku kang mêsthi banjur lêpas pangrasane, awas paningale, awas pamiyarsane, putus panggandane, pratitis pamicarane, jalma kang mangkono iku adoh kasangsarane, cêpak kamulyane.
Pratelaning otot pramana, iku gone tarubus ora ngêmungake marang ing utêg bae, sanadyan sakèhing jêrohan sapanunggalane iya padha kataman tarubusaning otot pramana, apadene kadayan panukmaning: nala,
--- 50 ---
waya, maruta. Dene otot-otot kang tarubus saka ing utêg, kaanane uga angêbêki angga iki kabèh, apadene banjur tumancêp ana ing jantung sarta jêrohan sapêpadhane, môngka kabèh otot kang tarubus saka ing utêg iku padha kawawa nandhang rahsaning panon, utawa nyasmitani apa sagrênêge, pratelane mangkene.
Kaya ta sasmitaning cipta kang arsa ngobahake raga, iku tumuli katampan ing karsa, banjur tumanduk marang panon, grênêging panon kataman ing otot-otot kalawan bêbalung, lêngkape upakarti samono mau, têmah kawawa amolahake raga, apa kang kabênêr tinuju dening sasmitaning cipta, kaya ta upamane kang lagi tinuju ing sasmita solahing tangan têngên, iya tangan têngên kang kawawa molah, mangkono ing sapiturute, saupama upakarti patang prakara iku yèn nganti gothang salah sawiji, sayêkti ora bisa anuhoni marang sasmitaning cipa mau, pratandhane mangkene, manawa ana jalma kang lagi turu môngka katindhihên, sapira ciptaning sasmita gone ngajak tangi, sarèhning panon durung nanggapi, dadi raga isih ora kuwawa nglawani. Mungguh panon gone ora kawasa nanggapi sasmitaning cipta mau, sababe mangkene.
Ing satêngahing jalma kang lagi nêdhêng anendra, amêsthi adarbe [adar...]
--- 51 ---
[...be] supêna, mulane ana supêna awite mangkene, nalika raga ing wayah awan ginêbug dening daya hawaning pêpanas, pôncadriya padha pêncar, pêncaring pêncadriya têmah amahanani amèring panon, amèring panon kawawa mahanani ardaning karsa, arda tumangkar ing karsa kawawa molahake urubing pramana, kang marang angkara, urubing pramana kang marang angkara iku kawawa nyuda padhange, sudaning pêpadhang sabarang kang kadulu, kang kaambu, kang karungu, ingatase ngarcapada iku, aluse kang padha kalêbu, lêbune kabèh kaalusan mau, padha cumithak ana ing panon, barêng tumêkaning kataman dening daya adhêm, pêncaring pôncadriya têmahan tumuli têntrêm, amèring panon wus pulih kumpule, tumangkaring karsa padha jênjêm, urubing pramana wus jênjêm, tajêming urub iku mau kawawa ngênêngake mani, wêninging mani kawasa anucèni gêtih, sucining gêtih kawasa madhangi panon, padhanging panon kawasa mahanani sagung kaalusaning wujud, kang wus padha cumithak ana ing kono, iya iku kang padha katingalan ana alaming pangimpèn, mangkono mulane supêna, mungguh purwane ana supêna saka nendra, kang dadi sabab bisa anendra iku mangkene.
Ing nalika raga iku têntrêm, rasa pangrasane cipta ayêm, pupuling panon jênjêm, jênjêming panon têmahan kawawa narik sarining mani kang wus padha manukma ing gêtih, dene sari rasaning
--- 52 ---
karsa kukut tumamèng pramana, dadi loro-loroning atunggal, pramana barêng wus kasamêktan dening kukudaning sari sarasaning karsa, gumêlaring pêpadhang têmah padha pupul, pupuling pêpadhang mau tumuli gana dadi putih maligining angga pramana, ing kono tarbuka adêging trimurti manèh, mulane kuwasa ningali kaalusaning wujud iki kabèh, apadene kuwasa amiyarsa kaalusaning swara iki kabèh, kang sarta amirasa kaalusaning gônda, iki kabèh, mangkono mulane turu iku ora kawawa calathu, angambu, apadene angrungu, mungguh kang dadi sabab, awit padha katon lan panukmaning sari sarasaning mani mau, ing sawijining môngsakala, ana uga jalma kang nglilir saka turu, ora kawawa ngobahake ragane, apadene amijilake sabdane, ing têmbung Jawa kang mangkono iku diarani tindhihên, tindhihên iku kêna sabab mangkene, ing nalika ngalilir kumpuling sari sarasaning rasa, pramana wus padha gingsir, lumèngsèr marang karsa utawa marang ing panon manèh, ananging êmpaning tanduk sarênti, dadi balining kukudan rasa panukmaning mani mau durung kawawa amartani sakèhing otot, apadene balung-balung sapanunggalane, awit gêtih kang durung winimbuhan panukmaning mani iku sayêkti ora kawawa nandhang sarasaning panon, lire mangkene, padatane wong lagi tindhihên mau mripate wus kawawa andulu, granane [gra...]
--- 53 ---
[...nane] wus kawawa ngambu, talingane wus kawawa rumungu, amung lesane durung calathu, mulane mangkono awit pakêcapaning calathu iku kudu kalawan dening otot lan balung, apadene ragane bisa molah iku uga linawanan dening otot lan balung, môngka sagunging otot lan balung, durung kataman marang panukmaning mani. Mangkono mulane ing wêktu iku raga lawan wacana durung padha kawawa.
Anyariyosakên kawontênanipun pramana. Ing nalika tansah kataman daya rêrubaning karsa, taksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, panganggitipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang, têmbungipun makatên.
Bab 12 Kawontênaning Pramana
Mungguh pramana iku mau uripe amung kalawan cahyane pribadi, urubing cahya kang tumanduk marang ing utêg, kuwasa andayani wêninging panon, kang tumanduk marang mani, kuwasa amimbuhi daya sucining gêtih, nanging urubing cahya mau kawawa amèr, trêkadhang pupul, manawa panuju amèr sayêkti kurang padhang urube, yèn amère sawatara, sudane iya amung sawatara, manawa amèr akèh sudane pêpadhang iya akèh, dene yèn pinuju pupul, tibaning pêpadhang sayêkti jêmbar, wimbuh pupule [pu...]
--- 54 ---
[...pule] uga wimbuh jêmbaring pêpadhang, jêmbaring pêpadhang mau kang tumanduk marang ing utêg kawawa anartani wêninging panon. Wêninging panon kawasa andêlingake panonton, dêlinging panonton kawasa anglêrêmake pôncadriya, lêrêming pôncadriya kawawa anyarèhake karsa, anuwuhake dayaning panggraita.
Dene padhanging pramana kang tumanduk marang ing mani, kawawa amimbuhi pasucèning gêtih iku manawa sukci lakune mêsthi lêstari, kawawa amahanani santosaning raga, santosaning raga kawawa nyêmbadani grênêging karsa, pratelane mangkene, kaya ta manungsa kang lagi bagas kawarasan, môngka antuk sasmitaning karsa kinèn lumaku, iya banjur kawawa nyambadani laku, kinèn lumayu, iya lumayu, kinèn anjêjunjung iya anjêjunjung, mangkono ing sapiturute.
Dene urubing pramana kang lagi amèr tumanduking marang utêg kurang padhange, tumraping panon, iya kurang wêninge, êmpaning paningal kurang cêthane, pôncadriya akèh bawure, êmpaning karsa sayêkti akèh tumangkare, tumangkaring karsa kawawa migarake panggraita, manungsa kang lali wigar graitane adat cêpak nêpsune, adoh ngapurane, tur akèh salang surupe.
Dene amère pêpadhang kang tumanduk ing mani ora katata mahanani sucining gêtih, gêtih iku manawa ora sukci lakune [laku...]
--- 55 ---
[...ne] kurang lêstari, yèn gêtih kurang lêstari lakune, tumrape marang raga lêsah, lêsahing raga ora kawawa nyêmbadani panggrênêging karsa, pratelane mangkene.
Kaya ta manungsa kang lagi lêsah ragane, kang antuk sasmitaning karsa, kinon lumaku anjêjunjung sapanunggalane, kang mêsthi ora bisa nyêmbadani, apa sasmitaning karsa mau.
Mungguh pêpadhanging pramana mau, kuwasa bisa mancala warna, lire mangkene, ing saupama pandulu iku, aningali rêrupan putih, urubing pramana iya mèlu warna putih, manawa abang, mèlu rupa abang, rupa irêng, iya mèlu irêng, kuning mèlu kuning, ing sapiturute. Mangkono uga, manawa aningali sakèhing kawujudan kang katingalan, padhane kayadene pangilon mangkono, iku mratandhani manawa uriping raga iku wus kêbak urubing pramana, upamane kayadene banyu kang wus ngêbaki sakubuking jêmbangan, môngka kajogan banyu manèh kang mêsthi baludak, mêngkono padhane.
Dene amèr pupuling pramana kang wus kapratelakake ing dhuwur mau, kêna sabab ing rong prakara, kang dhingin panas saka ing jaba, utawa saka ing jêro, loro adhêm kang saka ing jaba utawa saka ing jêro, pratelane mangkene.
Kaya ta panasing masa awan, kang mêsthi iku dadi sabab amèring pramana, dene adhême masa wêngi, kang mêsthi bisa mahanani [maha...]
--- 56 ---
[...nani] pupuling pramana, iya iku kang diarani sabab saka ing jaba, dene sabab kang saka ing jêro, siji êmpaning angkara murka, kang mêsthi dadi sabab amèring pramana, loro tancêbing cipta marta tarima, kang mêsthi mahanani pupuling pramana.
Bab 13 Beda-bedaning Raos
Amratelakakên ingkang dados sabab bedaning raos, tuwin pangraos, anggènipun tansah anyakra pagilingan ing sadintên-dintênipun, miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang, têmbungipun makatên.
Manawa wayah jam 2 bêngi, iku lagi nêdhêng-nêdhênge masa adhêm, sarupaning hawa, apadene kumaraning jagad iki padha pupul kabèh, pupuling kumara iku anuwuhake têntrêming pangambu, pangrungu, pandulu. Mulane mangkono awit durung padha kêtaman sarining jagad iki kabèh, pôncadriya ing masa iku isih maligi apa saanane dhewe-dhewe, maligining pôncadriya kawawa amêningake panon, wêninging panon kawawa anêntrêmake karsa, têntrêming karsa angantêngake urubing pramana, antênging urub amimbuhi prabawaning cahya pramana, prabawaning cahya kawawa amimbuhi dayaning mani iya iku
--- 57 ---
anggone anucèni gêtih, sucining gêtih kawawa amimbuhi dayaning salira, dayaning salira kawawa mawèh adhêming pangrasa, ayêming[12] pangrasa anuwuhake panggraita, tumêkane wayah jam 3 wêngi saya wimbuh, barêng tumêkane wayah jam 4 wêngi kongsi jam 6 esuk, kabèh kang padha pupul mau ngawiti amèr, nanging êmpaning pangrasa wus prasasat ora beda, ananging kang kacaritakake ing dhuwur iku, cipta kang ora kawoworan ardaning angkara murka sapêpadhane.
Tumêkane jam 7 esuk, prabawaning bagaskara wus angawit-awiti panas, sarupaning sari hawaning jagad wus padha tumular, rasaning pôncadriya wus padha pêncar, ananging wêninging panon isih muncar, rasa pangrasaning angga nêdhêng-nêdhênging mêgar, êmpaning karsa ngawit-awiti tumangkar, utawa wigar urubing pramana isih antêng, mulane durung duwe upakarti ruwêt rêntêng, barêng tumêkane jam 8 esuk, uga ana undhake sawatara, apadene barêng tumêkane jam 10 iya saya wimbuh undhake, ananging êmpaning pangrasa wus ora beda, ewasamono ing wayah mau manawa panuju kataman dening tancêp martaning cipta, kang mêsthi rasa pangrasa kawawa pulih kaya wayah jam 6 esuk, tumêkane wayah jam 11 awan, dayaning pêpanas angawit-awiti bantêre, tumanduking hawa sarining bumi saya akèhe, pêncaring pôncadriya sangsaya ngrêbda,
--- 58 ---
wêninging panon wus mari muncar, êmpaning karsa saya tumangkar, urubing pramana wus mari antêng, rasa pangrasa anduwèni ruwêt rêntêng, barêng tumêka jam 12 awan, sangsaya andadi, tumêkane jam 1 utawa jam 2 wus prasasat padha bae, dene ing wayah iku manawa katancêban cipta marta iya suda, yèn kataman ardaning angkara iya ngrêbda.
Tumêkane jam 3 awan, dayaning pêpanas wis ngawiti suda bantêre, wêninging panon angawit-awiti muncare, êmpaning karsa sirêp tumangkare, urubing pramana wus angawit-awiti antênge, barêng tumêka jam 4 saya wimbuh, tumêkane jam 5 utawa jam 6 sore wus prasasat padha bae, ananging wayah iku, saupama katancêban utawa kawuwuhan dening cipta arda angkara, rasa pangrasa yêkti bali kaya wayah jam 12 awan mau, manawa katancêban cipta marta sayêkti amimbuhi katêntrêmane, ananging sarèhning wanci iku arêp anampani pêpêting wêngi, dadi êmpaning rahsa pangrasa sêmu sulêg.
Tumêkane wayah jam 7 sore, dayaning pêpanas wus padha sirna, pêncaring pôncadriya sangsaya suda, wêninging panon sangsaya muncar, êmpaning karsa saya wimbuh sarèh, urubing pramana saya wimbuh antênge, barêng tumêka wayah jam 8, jam 9, 10 bêngi rasa pangrasa wus suda ruwêt rêntênge, dene ing wayah iku saupama kataman tancêbing cipta arda angkara, sayêkti
--- 59 ---
bakal bali kaya ing wayah jam 3 sore mau, manawa katancêban cipta marta saya wimbuh.
Tumêkane wayah jam 11 bêngi, pôncadriya wus maligi sakodrate dhewe, wêninging panon wimbuh muncare, êmpaning karsa wus lêrêm, urubing pramana saya jênjêm, barêng tumêka wayah jam 12, 1 bêngi rasa pangrasa wus ilang ruwêt rêntênge, nganti tumêkane wayah jam 2 bêngi iku wus bali kaya kang wis kapratelakake ing dhuwur mau.
Mungguh beda-bedaning rasa pangrasa, kang padha katancêban arda utawa marta, iku anduwèni wahana dhewe-dhewe, pratelane kaya ing ngisor iki.
Kaya ta grênêging cipta kang marang candhala murka sapêpadhane, yèn kongsi andadi, sayêkti kawawa tumanduk marang ing panon, yèn wis tumanduk ing panon, banjur katarik dening wêtuning napas, wêtuning napas banjur katampan ing swasana, swasana iku kang kawawa amratelakake, ing sajagad iki kabèh, ana umanjing ing manungsa, ana kang marang kewan, sawênèh marang thêthukulan, apadene marang sato-sato sapêpadhane, kabèh sarupane kang padha katitipan sarahsaning cipta candhala murka iya mahanani candhala murka, marang kang anitipake mau, kaya ta manungsa kang sinêngitan dening wong akèh apadene cinakot ing sato kewan, kang sarta karubuhan [karubuh...]
--- 60 ---
[...an] kayu sapêpadhane, kang mêsthi saka mangkono mulabukane.
Mulane Bagawan Yogiswara ing Mamênang, bangêt gone amêling, têmbunge mangkene, hèh para siswaningsun, dirikat gonmu padha angruwat sarupaning grênêg kang marang candhala murka, aja kongsi bisa tumanduk ing pêpanonira, awit grênêg kang wus tumanduk iku, kayadene papan kang wus tinulis, sanadyan tibaa ing ngêndi-êndi, iya wus ora bisa mingsêt surasane, iku kang binasakake tôndha patra liru nama. Beda grênêg cipta kang wêlas asih, iku yèn kongsi andadi, iya bisa kawawa tumanduk marang ing panon, yèn wus tumanduk ing panon iya kêtarik dening wêtuning napas, wêtuning napas iku banjur kêtaman swasana, sabab swasana iku kang kawawa amratakake ing jagad iki kabèh, ana umanjing marang manungsa ana kang marang sato kewan, apadene sarupaning thêthukulan, sapêpadhane, sarupane kang padha katitipan cipta kang marang wêlas asih kang supaya antuk sih kawêlasaning jagad iki kabèh.
Bab 14 Wêwahan
Paedahing Badan
Anyariyosakên upakarti ingkang dados paedahing badan, miturut suraosing wêwarahing sêrat pêkih, pangarangipun Kangjêng Nabi Mukhamad, narendra ing tanah Arab,
--- 61 ---
ingkang sampun kinarang dening Sang Prabu Anyakrakusuma, Kangjêng Sultan Agung ratu binathara ing nuswa Jawi, têmbungipun makatên.
Kangjêng Nabi Mukhamad iku manungsa waskitha, sarta ora pêdhot gone mardi budi, tur parama ing ngèlmu kodrat, mulane amacak pustaka, wêwarah upakartining raga marang sarupaning manungsa ing jaman Asiyha, kang padha antuk panasing srêngenge, awit bumi ing tanah Asiyha iku bangêt panase, yèn tinimbang karo jaman kang padha kapering kalawan sirating srêngenge, mungguh wulang pangruktining raga mau prêlu bangêt, ingatase jalma ing jaman panas, amarga dadi sarana pêpulihing jiwa kang tansah sumaring ing sadina-dina iku, kayadene urub-urubing diyan, kang lêngane amung pancèn kanggo sawêngi, saka kagêdhèn urube kang mêsthi andadèkake gêlising asat lêngane, asating lênga urubing diyan tumuli sirna, uriping urub mau beda karo yèn diupakara pinurih samadya bae, kang mêsthi lêngane kanggo sawêngi, pirabara kanggo luwih satakêre, mangkono pralambanging jiwa, kang ngumandhang ana ing raga iki, ing nalika jam 3 wêngi, tumêkane jam 5 esuk, lumrahing jalma jamaning tanah panas, jiwane isih padha pupul, sarining jiwa durung kawawa padha jêbus saka ing raga, isih lêstari gone manukma ana ing gêtih, manawa wus tumêka antaraning wayah bangun raina, iku jiwa wis awit amèr, ing kono
--- 62 ---
wêwarahing agama rasul, padha andikakake sêsuci kalawan banyu, utawa adusa jinabat pisan, paedahe mangkono mau amulihake pupuling jiwa kang awit amèr, sarampunge sêsuci tumuli pinurih sêmbahyang diarani salat subuh, paedahe salat subuh iku rong prakara, kang dhingin, anglêmêsake otot kang padha tumanduk ing badan iki kabèh, awit otot kang padha kaku iku ora nglastarèkake lakune gêtih, gêtih manawa kurang lêstarine lakuning gêtih ora kawawa mawèh adhêming panon, panon iku manawa kurang adhême panase kawawa nartani ilining gêtih kang padha lumaku ana laladaning utêg, gêtih kang wus panas mau tumuli anjog umanjing ing jantung, sumuking jantung nalika kataman dening panasing gêtih kawawa ngalumake mani, aluming mani têmah ora kawawa mawèh sukci, wijiling gêtih kang panas mau tumuli tangkar-tumangkar tumulare angga iki kabèh, wêkasan dadi lara panas, beda karo otot kang ajêg lêmêse, kang mêsthi adoh lêlarane, manungsa kang adoh lêlarane iku manawa ora kêna sambekala adat dawa umure, awèt santosane, ing wayah jam 12 awan, kodrating jiwa lagi nêdhêng amère, ing wanci iku wêwarahing agama rasul, padha kinèn asêsukci, kayadene ing wayah bangun, kang mangkono iku paedahe anyênyuda [anyê...]
--- 63 ---
[...nyuda] amèring jiwa, sêmbahyange ing wêktu iku diarani salat luhur, paedahe iya kaya ing dhuwur iku mau. Tumêka wayah jam satêngah papat, ngasar kodrating jiwa wus angawit-awiti pupul, amarga wus kataman ing hawa adhêm, ing wanci iku wêwarahe agama rasul, padha kinèn asêsuci kayadene wayah kang wus kapratelakake ing dhuwur mau, paedahe ngrikatake pupuling jiwa, sêmbahyange ing wêktu iku diarani salat ngasar, paedahe iya kaya ing dhuwur mau. Ing wayah sirêping srêngenge, kodrating jiwa wimbuh pupule, ing wanci iku wêwarahing agama rasul, padha kinèn asêsuci kayadene kang wus kapratelakake ing dhuwur mau, sêmbahyange ing wêktu iku diarani salat mahrib, paedahe uga kaya ing dhuwur mau, tumêkane saantaraning wêngi kalawan rina, kodrating jiwa wus nêdhêng pupule, amarga kataman dening daya kang sangsaya adhêm, ing wanci iku wêwarahe agama rasul, padha kinèn asêsuci kayadene kang wus kapratelakake ing dhuwur mau, sêmbahyange ing wêktu iku diarani salat ngisa, paedahe kaya ing dhuwur mau.
Ing saupama manungsa kang padha dumunung ana ing tanah panas iki, môngka kongsi kurang panguktining badan kang mêsthi cêpak lêlarane, wong cêpak lêlarane mau adat ora bisa dawa umure, dadi wêwarahe agama rasul mau têtêp amurih rahayuning
--- 64 ---
sarira, kang supaya awèt kasantosane gone padha dadi kêkandhanganing jiwa, awit jiwa kang ora kalong-longan sarirane, iku ing têmbe têkane jaman kamuksan, ijih wutuh titipaning trimurti.
Kang wus kasêbut ing dhuwur mau wêwarah pangruktining raga ing mêngko ana wêwarahing agama kang tumrap marang upakartining cipta, lire mangkene.
Kaya ta cipta kang pinuju arda, têgêse ngumbar karsa kang akèh-akèh, iku sabab amèring jiwa, malah angungkuli nalika ginêbug ing masa panas mau, mulane wêwarahe agama rasul, ing sajrone sêmbahyang utawa sawise, pinardi aja kongsi pêdhot pujine, dene paedahe pêpuji iku mau anglêmpêrake tumangkaring karsa kang akèh-akèh, tumangkaring karsa iku manawa sirêp kang mêsthi kawawa mawèh martani cipta, kawasa ngumpulake jiwa, sapêpadhane kayadene raga kalawan adhêming banyu iku.
Bab 15 Gumêlaring Siti
Anyariyosakên gumêlaring siti, ing sakubênging donya miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang têmbungipun makatên.
--- 65 ---
Gumêlaring bumi kang padha dumunung sajroning jagad iki kèhe têlung gotra, wêrdine têlung golongan, kang sagotra dumunung ana jagad sisih lor, diarani atas angin, kang sagotra dumunung ana têngah, diarani tadhah angin, kang sagotra dumunung ana kidul arane uga atas angin, dadi sagotraning bumi kang têngah mau kauripane saka antuk dayaning angin, rong prakara, saka jagad kang lor, utawa jagad kang kidul.
Ing jaman samêngko bumi têlung gotra mau binage dadi têlu, siji diarani bumi Eropah, 2. diarani bumi Aprikah, arupa bumi banyu, manawa ing têmbung Jawa diarani sagara jinêm, yèn têmbung Lônda diarani nurpul. Dene sagotraning bumi têngahing samêngko diarani Asiya, manawa têmbung Jawa diarani madyapada, mulane madyapada mau ora kaperang dadi loro utawa têlu, marga saka ciliking bumi, dene sagotraning bumi kang kidul, uga kaperang dadi têlu, 1 bumi Amirikah, 2. bumi Ostroliyah, 3. arupa bumi banyu, ing têmbung Jawa isih diarani sagara jinêm, yèn ing têmbung Walônda diarani pul, surasane layang Darmasonya iya wus anyatakake manawa bumi kang tuwuh ing jagad iki kèhe pêpitu, kalêbu sagara jinêm loro mau.
--- 66 ---
Mangkono uga kang padha dumadi ana ing jaman têlung gotra mau, wahananing watêk kang sarta budayane, kang mêsthi beda-beda, kaya ta: jalma kang tuwuh ana jaman atas angin kang lor wêwantuning watêk apadene têpaning kabudidayan, iya beda-beda karo jalma ing samadyapada, jaman madyapada, wêwantuning wêwatêkan sarta êmpaning kabudidayan, ora padha karo jalma ing atas angin kang kidul, mangkono uga para sato kewan, sasipatane kaanan iya beda-beda, mulane mangkono awit saka êmpaning sari hawa gone nartani panguripan tumrape kang mêtu saka ing tanah adhêm, kalawan tanah panas iku beda-beda, pratelane kaya ing ngisor iki.
Ing sagara jinêm kang sisih lor, antarane kono mau luwih saka adhême, mulane mangkono awit saka adoh karo sasipataning srêngenge, dadi hawaning sagara jinêm mau wus prasasat ora bisa sumaring. Ananging kang padha dumadi ana sakiduling sagara jinêm kang mêsthi isih padha dawa umure, amarga kauripan ing tanah kono iku kaananing jiwa arang amère, akèh pupule, dadi tumangkaring karsa ora pati akèh, budine mungkul sawiji, wêwatêkane sarwa tarima sarta rila lêgawa, tur adoh marang upakartining cipta drêngki, kang mangkono iku mau andadèkake sarana dawaning umur, [u...]
--- 67 ---
[...mur,] dene antarane tanah kono kang wus kapering kidul dhewe, iku wus padha kataman dening dayaning panasing srêngenge sawatara, mangkono pupuling jiwa wus kawawa amèr sawatara, tumangkaring karsa durung pati akèh, wêwatêkane dumadi ing tanah kono mau isih padha anuhoni ing sabare, kang sarta jêmbar kabudidayane.
Dene sagotraning tanah samadyapada kang sisih lor dhewe, iku wus awit kataman dening hawa panasing srêngenge, amèring jiwa wus ana wimbuhe sawatara, apadene êmpaning karsa wus tumangkar sawatara, wêwatêkane dumadi ing tanah kono mau iya isih anuhoni katêmênane, kang sarta jêmbar kabudidayane, lêpas-lêpas panggraitane, dene têtakêrane ngumur kacèke iya ora akèh, karo umur-umurane manungsa ing atas angin kang kidul dhewe, ingatase ngatas angin kang sisih lor.
Dene bumi samadyaning madyapada mau, kasipat bangêt karo hawaning srêngenge, yèn têmbung Walônda diarani lini, iku hawa panasing srêngenge luwih bantêr, dene kang padha dumadi ana ing kono jiwane tansah amèr, arang pupule, êmpaning karsa padha tumangkar, mulane wêwatêkane padha rupak-rupak, kanêpsone iya cêpak-cêpak, tuwuhing cipta kang akèh amung marang kadrêngkèn utawa panastèn, sapanunggalane, dene [de...]
--- 68 ---
[...ne] têtakêraning umur cêndhak dhewe, tinimbang karo liya-liyane, dene sakiduling bumi iku wahanane dumadi iya padha bae karo antaraning madyapada kang sisih lor.
Apadene sagotraning atas angin kang kidul, iku luwih ananing dumadi iya mèh padha bae karo ing atas angin kang sisih lor, amung pasahing kalantipan bae cêpak atas angin kidul, kalawan ing atas angin kang lor, awit atas angin kidul, iku wahanane adhêm, kacamboran dening sari pêpanasing srêngenge, yèn ing atas angin lor adhême amung kalawan sarining tirta kamandhanu, ewadene umur-umurane dawa-dawa ing atas angin ing lor, yèn mangkono lêpasing kabudidayan iku saka antaraning adhêm lan pêpanas mau amèr pupule jiwa tansah sêdhêng, ora kaamèrên ora kapupulên, awit jiwa manawa kapupulên ora kawawa anuwuhake graita, wêkasan dadi bodho, yèn kaamèrên kawawa anuwuhake karsa kang akèh-akèh, karsa iku manawa nganti tangkar-tumangkar kawawa anuwuhake angkaraning budi, budi angkara mau mahanani cipta drêngki.
Bab 16 Sarining Cêcamboran
Anyariyosakên sarining cêcamboran ingkang anartani
--- 69 ---
daya panggêsangane sawêrnining têtuwuhan, ing jaman ngarcapada sadaya, têksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Bagawan Yogiswara, ing Mamênang têmbungipun makatên.
Mungguh sarining bumi kang padha cêcampuran iku, pratelane mangkene.
Ingkang alus-alus dadi sarana panguripaning thêthukulan, apadene amimbuhi daya pikuwating manungsa, kang sarta sato kewan, sapanunggalane, dene kang kasar diarani ampak-ampak utawa pêdhut, wêtuning ampak-ampak lan pêdhut mau ing sadina-dina tansah kêndhat, ananging kang kêna tinonton ing akèh amung yèn wayah bangun esuk, amarga durung kêna daya panasing srêngenge, môngka pêdhut utawa ampak-ampak iku manawa kêna dayaning srêngenge padha kawawa amèr, amèring pêdhut lan ampak-ampak mau, kawawa mêsat ngumandhang ana madyantara, barêng wus ana kono yèn ing môngsa adhêm, pêdhut lan ampak-ampak iku mau kawawa pupul, pupuling pêdhut lan ampak-ampak, têmah andarbèni daya panggèndèng kawawa anarik banyu kang padha ngumandhang anèng swasana, barêng banyu wus kakênan dening daya panggèndènging pêdhut lan ampak-ampak, tumuli amor sawujud katon amêtêngi bawana, iya iku kang diarani jaladara utawa mêndhung, mêndhung iku manawa kêna dayaning pêpanasing srêngenge,
--- 70 ---
sarta daya bantêring maruta, kang mêsthi kawawa amèr, amèring mêndhung iku dadi banyu, ing têmbung Jawa banyu kang tiba saka madyantara iku diarani udan.
Ambalèni sari-sari kang kawawa anartani panguripaning thêthukulan iku mau, pratelane mangkene.
Sari kang padha nguripi thêthukulan iku, wênang diarani trimurti, utawa tripurusa, mulane diarani mangkono, awit adon-adoning sari têlung prakara, siji sarining panas, loro sarining adhêm, kaping têlu sarining angin, iya iku wijining sari cêcamboran, anadene manèh mulane sari camboran têtêlu iku diarani tripurusa, sabab gone anduwèni daya panggèndèng kawawa anêsêp sarining bumi, dadi sarining bumi ing sadina-dina tansah sinêsêp dening tripurusa tanpa kêndhat, mulane kabèh sarupaning thêthukulan iku undha-usuking kaanane, marga kang dadi sabab lêmah sarta wijining thêthukulan, mungguh pratelane mangkene.
Kaya ta thêthukulan kang padha tumuwuh ing lêmah ladhu utawa papan pagunungan, iku kang mêsthi bisa subur godhonge, lan gêlis lagang uwite, kang mangkono iku sabab saka gêronggonging lêmah, dadi nêsêping sari luwih gampang, beda thêthukulan kang padha tumuwuh ana ing lêmpung utawa padhas, iku kang mêsthi bungkik godhonge, tur bajang uwite, kang mangkono
--- 71 ---
iku sabab saka rapêting lêmah, dadi panêsêping sari amung sawatara olèhe, iku pratandhane, dene sari kang padha anartani uriping thêthukulan, pratelane mangkene.
Kang dhingin sari gêni, kaping pindho sarining banyu, kaping têlu sarining angin, kaping pate sarining bumi, sari patang prakara iku wijange mangkene.
Kang dhingin sarining lêmah, iku bakal kawawa mahanani uwiting kayu, sarta oyot kang padha tumuwuh, kapindho sarining gêni, banyu, angin, iku bakal mahanani godhong kêmbang lan uwoh, sarupaning thêthukulan iki kabèh, pratitise thêthukulan wit kamplong, sarta gêdhang sapanunggalane, mungguh adon-adoning wiji kaduk sarining banyu lan angin, sarining gêni padha nisih ana ing jaba bae, mulane thêthukulan kang padha gombong iku samôngsa dipêrês kang mêsthi mêtu banyune, wahananing banyu iku adhêm, kêna uga kinarya ngombe panulaking pêpanas, beda lan thathukulan kang wite rêntêt adon-adone wiji kaduk sarining gêni, lan bumi, dene sarining banyu lan angin padha sumisih ing pinggir, marmane thêthukulan kang rêntêt iku kang mêsthi padha santosa wite suwe patine, beda karo thêthukulan kang wite gombong iku kang mêsthi pêpês apês sêmpalan tur gêlis patine.
--- 72 ---
Mangkono uga pralampitane ngaurip iku iya padha uga lan tuwuhane thêthukulan, mangkene têmbunge.
Manusa iku kang minôngka uwit, jiwa kang minôngka oyot, cipta kang minôngka êpange, tanduking graita, kang minôngka godhong, êmpaning karsa, kang minôngka kêmbang, pêncaring pôncadriya, kang minôngka uwoh, kaananing rahsa, kang minôngka tansah anjurungi karsa ardaning budi angkara, iku pralampitane kayadene thêthukulan kang tansah kapanasan ing sadina-dina, môngka tan antuk udan, kang mêsthi godhonge padha alum, aluming godhong lawas-lawas katêmahan padha gogrog, gogroking godhong wite sayêkti ngarang, ngaranging uwit iku têmahan bêrbêg banjur tumiba ning[13] bumi.
Beda kalawan manungsa kang nancêpake cipta marta wêlas asih, iku pralampitane kayadene thêthukulan kang tansah kataman ing udan, sarta dèn ruktèni sakiwatêngêne, kang mêsthi godhonge padha katon ngrêmbaka sarta sêgêr, sêgêring godhong kawawa anuwuhake sêmi, sêmi kawawa mahanani kêmbang sarta uwoh kang padha andadi, tuwuhing uwoh iku mratandhani kabèh sato kewan kang sarwa rumangkang, apadene jalma manungsa kang padha andulu, kang mêsthi kapidêrêng kapengin ngundhuh woh kang èdi rupane, lawan enak rasane, kang arum gandane, mangkono pralampitane jalma kang agung nêcêp cipta marta wêlas asih.
--- 73 ---
Bab 17 Upakartining Sêsakit
Anyariyosakên upakartining sêsakit, têksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Êmpu Yogiswara, ing Mamênang, têmbungipun makatên.
Wiyosipun mênggah manungsa punika anggènipun nandhang sêsakit punika witipun saking kalih prakawis.
1. Sakit saking angin.
2. Sakit saking latu.
Sadaya wau tuking sêsakit dumunung wontên ing jantung, pramila jantung wau dados tuking sêsakit, awit gêsanging raga kita punika muhung jantung purwanipun wontên, kados ing ngandhap punika pratelanipun.
Mênggah jantung punika andarbèni bolongan tiga, satunggal pêrnah wontên ing kiwa, satunggal pêrnah wontên ing têngên, ingkang satunggal ing têngah, tigang bolongan wau sami tumanduk dhatêng utêg sadaya, ingkang têngên kawawa ngudalakên latu, ingkang kiwa kawawa ngudalakên angin, ingkang têngah kawawa ngudalakên toya, inggih punika toya saking karingêting pramana, ingkang anartani dados gêsanging raga kita punika, manawi sami udalipun, saèstu raga kita punika botên andarbèni sêsakit [sê...]
--- 74 ---
[...sakit] punapa-punapa, bilih agêng salah satunggal, punika saèstu andarbèni sêsakit kawontênanipun dhatêng raga, saupami kagêngên udaling latu, ingkang tamtu andamêl sêsakit panas, mêngah jampènipun, ingkang saking upakartining manah, kêdah nancêbakên cipta marta wêlas asih, manawi jampi ingkang mawi sarana, punika gêgodhongan ingkang adêg asli toya, kaunjuk utawi kaborèhakên sarira, ingkang tamtu saras sakitipun, mênggah gêgodhongan ingkang adêg asli toya wau sampun kapratelakakên ing bab kaping 16, bilih ngantos kaladukên udaling angin, môngka tumanduking utêg, punika andadosakên sêsakit ngêlu, utawi watuk, manawi sumusup ing wadhuk têmahan dadosakên sakit mulês, utawi sênêp, mênggah jampènipun ingkang saking upakarti manah ugi anancêbakên cipta marta wêlas asih, bilih jampi ingkang mawi sarana, pundi prênahing sêsakit kinêrokan, utawi kajampenan ingkang sarwa panas, sabab angin punika anggènipun andarbèni sêsakit awit saking pupu dados botên lêstantun lampahipun, manawi kenging pêpanas utawi kinêrokan, punika lajêng lêstantun lampahipun, bilih gêgodhongan ingkang kadamêl jampi, amiliha gêgodhongan ingkang adêg asli srêngenge, ugi sampun kapratelakakên ing bab 16, ananging sêsakit punika anggènipun [ang...]
--- 75 ---
[...gènipun] warni-warni, margi saking tatêdhan, saupami manungsa punika botên nênêdha, inggih botên andarbèni sêsakit, awit tatêdhan punika adamêl rêndhêt lampahing latu angin toya wau, dados kawawa ewah gingsir lampahipun.
Wontên malih manungsa ingkang nandhang sêsakit tatu, kados ta bubrah kowak korèng sapanunggilanipun, punika amargi saking andarbèni manah drêngki, môngka kadrêngkèn punika adamêl rêgêding êrah, êrah wau manawi rêgêd, kawawa anjêbus saênggèn-ênggèn, têmah andadosakên sêsakit kados kang kasêbut ing nginggil wau, mênggah jampènipun ingkang mawi sarana kasirama toya wantah, têgêsipun toya sagantên, botênipun inggih toya lèpèn, ananging ingkang makatên wau manawi botên sagêd angruwat kadrêngkèning panggalih saèstu botên sagêd saras, sanadyan sarasa ing wingking tansah tuwuh sêsakitipun.
Manawi wontên manungsa cinokot sawêr, sarta kaêntup ing tawon, kalajêngking sasamènipun, bôngsa wisa sadaya, môngka lajêng pêjah, punika sampun tatela andarbèni kalakuan angkara murka ingkang sakalangkung sangêt, ngantos angêbêki badan, têgêsipun rêmên adamêl pitênah sasamining tumitah, punika botên wontên jampènipun, margi saking lêpat raosipun piyambak.
--- 76 ---
Wondene manawi manungsa kacakot sawêr kang sarta kaêntup samining bôngsa wisa, ananging botên andarbèni kalakuan angkara murka, punika jampènipun ingkang saking upakartining manah, asarana ngampêt ambêgan, salêbêtipun têksih cinakot, utawi kaêntup wau, ngantos saicalipun raosing sêsakit, punika saèstu botên tumama wisanipun, makatên ugi kenging latu, utawi dêdamêl, jangji botên ambêkan, saèstu cabar kamandènipun, ingkang makatên wau sadaya, daya wisa punika sagêdipun malêbêt dhatêng sarira, katarik saking lêbêting napas, makatên purwanipun, wondene jampènipun, gêgodhongan ingkang winastanan bolu bang, utawi papasan, kaunjuk sarta kaborèhakên saèstu sagêd saras, sabab gêgodhongan kalih warni wau, dados panyabaraning wisa, pramila manawi wontên sawêr botên sagêd nêdha wohing papasan tuwin bolu bang, saèstu limprêk-limprêk, tanpa daya, amargi saking kêkathahên wisanipun, bilih angsal tatêdhan wau lajêng trêngginas polahipun, sawêr ingkang kêsit punika mratandhakakên manawi sampun cabar wisanipun, sanadyan nyakota botên mandi, bèntên kalihan sawêr lêmpe, sawêr banyu, punika manawi purun nyakot manungsa saèstu mandi, margi wisanipun ampuh, awit labêt saking botên sagêd nêdha wohing papasan utawi [uta...]
--- 77 ---
[...wi] wohing bolu bang. Mila makatên margi sawêr kalih warni wau anggènipun manggèn wontên sapinggiring sagantên utawi rawa.
Botên angêmungakên sawêr kemawon, manawi kêkathahên wisa têmah lêsah tanpa bayu, sanadyan manungsa ugi makatên, ananging wisaning manungsa punika bèntên kalihan wisaning sawêr, yèn sawêr pundi ingkang cinakot andadosakên sangsara, dèntên wisaning manungsa punika kawawa ambucal sawarnining sêsakit.
Mênggah wisanipun manungsa wau, anggènipun botên katingalan sarintên dalonipun punika, awit anggènipun kêrêp nanêdha, dados têmah adamêl cabaring wisa, dèntên manawi botên nêdha, punika saèstu manawi agung wisanipun.
Bab 18 Upakartining Pêjah
Anyariyosakên upakartining pêjah, têksih miturut suraosing Sêrat Darmasonya, pangarangipun Êmpu Yogiswara ing Mamênang, têmbungipun makatên.
Wiyosipun, mênggah anggènipun dados sabab manungsa pêjah punika, purwanipun saking jantung, awit jantung wau sampun têtela bilih andarbèni bolongan têtiga, kados ingkang sampun kapratelakakên ing bab 17.
Manawi wontên manungsa pêjah jalaran anggènipun nêdha woh-wohan [woh-...]
--- 78 ---
[...wohan] utawi lombok sasamènipun, punika têtela jantung ingkang kenging hawaning tatêdhan, têmahan botên kawawa angudalakên tuking latu tuwin toya, kang awit bolonganing jantung mingkup, kapêpêtan hawa tatêdhan saking jawi, môngka toya angin latu punika bôngsa lumampah, dados kawawa lajêng ngangkat rungkating pramana, ingkang wontên salêbêting jantung, manawi pramana sampun rungkat saking panggenan, saèstu kita punika lajêng pêjah, pêjah ingkang makatên wau sukmaning êrah saèstu botên sagêd kukut dhatêng pramana malih, satêmahan kantun sami sagêd gêsang piyambak-piyambak, pratandhanipun makatên, biyung tolung sirah galundhungan saminipun, bôngsa lêlêmbat punika kadadosan saking sukmaning êrah ingkang sami kantun wau.
Bèntên akalihan manungsa ingkang sampun kasêbut pandhita, manawi badhe racut kadonyanipun, punika manawi angêtrap pangruktining raga makatên.
Kados ta, I. angrèh raga, botên mebah botên musik, supados sampun adamêl kèndêl dhatêng lampahing roh rahmani, II. angracut pôncadriya, supados anilar satunggal panggônda, kalih pamiyarsa, tiga pangandika, sakawan paningal, gangsal pangraos, ingkang makatên wau pininta sagêda wangsul dhatêng pramana malih, III. anglêrêmakên êmpaning karsa, sampun ngantos anuwuhakên panggagasing panggalih, [pang...]
--- 79 ---
[...galih,] pamrihipun adamêl maligining pramana, IV. anyarèhakên napas, utawi anjing wêdaling napas wau kaajêgna, pamrihipun supados angantêngakên pramana, V. angêningakên cipta, pamrihipun supados adamêl sukcining pramana.
Manawi sampun ngangge upakarti ingkang makatên punika wau saèstu Hyang Pramana kawasa ngukut sagunging sukma, ingkang sumusup ing êrah sadaya, inggih punika ingkang sami kawastanan, roh rahmani, bilih manawi sampun racut dados satunggal wontên ing jantung, punika pramana lajêng agung kawasanipun, awimbuh prabawanipun, manawi sampun makatên manungsa punika, prasasat botên pêjah, amung santun alamipun kemawon.
Ing mangke anyariyosakên alam kaalusan, mênggah kathahipun tigang golongan, alam kaalusan punika wau, ingkang minôngka siti swasana. Manawi têmbung Sangsêkrita alam têtiga wau dipun wastani, janaloka, endraloka, guruloka. Dene manawi têmbung Arab, dipun wastani betalmakmur, betalmukaram, betalmukadas.
Mênggah alam têtiga wau, satunggal-tunggalipun binage dados tiga, ingkang sabagean êlêt tigang atus pandulu, ing ngriku sami alamipun bôngsa alus-alus, ing sagêgolonganipun piyambak-piyambak.
Wiwit kapisan ing alam janaloka, manawi ing têmbung Arab kawastanan [ka...]
--- 80 ---
[...wastanan] betalmakmur, mênggah pratelanipun makatên, kaalusan tundha kapisan, punika alamipun bôngsa kamawurung, têgêsipun wiji ingkang kirang langkêp, abên-abênanipun trimurti, kados ta manungsa ingkang sampun katingal mêtêng môngka têrèk, punika ugi sampun dados wiji ananging saèstu kirang ing kawujudanipun, kados ta sawêg ana sirah, punapadene sawêg ana gêmbung sasamènipun, ewadene ingkang makatên wau sami sagêd gêsang ing kawontênanipun.
Ing alam ingkang sampun kasêbut nginggil wau, sakathahing wiji ingkang dumunung ing ngriku, sadaya sami anandhang cacat, punapa malih botên wontên ingkang botên gêndhak sikara, sadaya sami damêl sikara, ingkang makatên wau margi saking kirang abên-abênanipun trimurti. Ing kaalusan tundha kalih, punika têksih salêbêting alam janaloka, ugi ing betalmakmur, punika alamipun para parayangan, pêri, jim, sasamènipun, ingkang dipun wastani makatên wau sadaya kama salah, têgêsipun kama ingkang botên katampèn dening baganing biyung, kados ta manawi manungsa pinuju tilêm, môngka kawawa anarik wiji, wêdaling kama saèstu dipun saranani saking supêna sacumbana, punika wiji lajêng kawawa gêsang dumunung wontên alam kaalusan ingkang tundha kalih, punika wau ing ngriku pagolonganing bôngsa alus ingkang botên mawi cacat, ananging
--- 81 ---
mênggah gêndhak sikaranipun sami kemawon kalihan ingkang sampun kasêbut ing alam tundha kapisan wau.
Ingkang alus tundha tiga, punika dipun wastani alam sonyaruri, ing ngriku ingkang kawasa murba amisesa salêbêting alam janaloka wau, angrèh sagunging jim pêri parayangan, inggih punika kratonipun Sang Bathara Ismaya, ingkang sampun kacariyosakên ing Sêrat Paramayoga.
Ing salêbêting alam endraloka, manawi têmbung Arab dipun wastani betalmukaram, ingkang sami tigang kaalusan, tataran kaalusan ingkang kapisan, punika alamipun manungsa, ingkang sampun badan alus, mênggah kalakuan ing kadonyanipun manungsa ingkang makatên wau kalêbêt sêdhêng, têgêsipun botên marta botên murka, inggih punika ingkang kasêbut botên asor botên luhur.
Tataran kaalusan tundha kalih, têksih salêbêting alam endraloka, ugi betalmukaram, punika alamipun manungsa ingkang sami angêgungakên tancêbing cipta marta wêlas asih, ing ngriku mênggah tataranipun kalihan manungsa ingkang limrah.
Kaalusan tundha tiga, punika alam panggenanipun para pandhita, ingkang sami angêgungakên pujabratanipun, manawi narendra ingkang limrah budinipun, punika ugi sagêd anunggil sapanggenan kalihan para pandhita.
--- 82 ---
Ing salêbêting alam guruloka, manawi ing têmbung Arab dipun wastani betalmukadas, punika ugi sami tundha tigang kaalusan.
Ing kaalusan kapisan, manawi ing jaman purwa winastanan ing tenjomaya, punika alamipun para satriya, utawi para nata, ingkang sami angêgungakên pujabratanipun, sarta ingkang tansah anancêpakên cipta marta wêlas asih, inggih punika lêrês-lêrêsing panggenan.
Ing kaalusan tundha kalih, punika manungsa ugi sagêd angambah ing alam ngriku, ananging manawi sampun sagêd saupakartining para nabi, awit ing ngriku alamipun para nabi.
Ing kaalusan tundha tiga, punika alam pungkasan, ing ngriku manawi manungsa sagêd angambah nunggil ing alam punika, saèstu wangsul duk purwanipun trimurti.
Tamat
--- 0 ---
Katrangan isinipun Sêrat Widyakirana
Bab ... Anyariyosakên ... Ing kaca
Bêbuka ... 3 / 1. Bêbukaning bawana ... 5 / 2. Kasidan jati ... 10 / 3. Wêwijanganing wiji ... 15 / 4. Kodrating cêcamboran ... 18 / 5. Babaring kawontênan ... 23 / 6. Dumadining manungsa ... 28 / 7. Wijanging wiji kang dumadi ... 31 / 8. Tarbukaning wiji ... 35 / 9. Wimbuhing pangraos ... 39 / 10. Miraos upakartining raga ... 43 / 11. Upakartining otot ... 47 / 12. Kawontênaning pramana ... 53 / 13. Beda-bedaning raos ... 56 / 14. Paedahing badan ... 60 / 15. Gumêlaring siti ... 64 / 16. Sarining cêcamboran ... 68 / 17. Upakartining sêsakit ... 73 / 18. Upakartining pêjah ... 77
--- 0 ---
Tjetakan jang ke 7 bahasa Melajoe.
Kitab ADJI ASMARAGAMA
Kitab ini menerangken dari hal Ilmoe atau tjara sopan santoennja orang bersetoeboeh agar soepaja beroleh toeroenan jang Oetama dan Sempoerna.
Ini Adji Asmaragama, ada diberikoeti Djapanja (mantram) dan djoega Adji Asmarasabda, Asmara-Tjipta, Asmara-wanita dan Asmaratantra, satoe-satoenja ada berikoet mantramnja dengan ketrangan tjacanja mempergoenaken dengan djelas, hingga pada siapa jang soenggoeh hati, pake ini peladjaran dapet apa jang dimaksoedkan dengan sempoerna.
Di tambah gambar-gambar seperti dibawah ini:
1. Sanghiang Goeroe medjang Ilmoe pada Raden Ardjoena.
2. Raden Ardjoena bertapa digoda para Widadari.
3. Raden Ardjoena dengan Dewi Soepraba.
4. Dewi Soepraba kasi taoe dimana tempat Rahsjanja prempoean toeroet djalannja tanggal.
5. Raden Werkoedara menggenggam Goenoeng diibaratken orang jang telah sempoerna boedinja.
6. Raden Werkoedara Rohnja mendjadi lintang Bomosakti (kaliserajoe).
Inilah perloe roemah tangga bersedia!!
Harganja F. 0,40 franco F. 0,10. Rembours tambah lagi F. 0,45.
Djoega ada sedia jang pake hoeroef Djawa bahasa Djawa, namanja serat KAWROEH-SANGGOMO, harganja F. 0,50 franco F.0,13. Rembours tambah F. 0,45.
DJAMPI GHAIB.
Sangat perloe goena peladjaran doekoen-doekoen Djawa!!
HOEROEF DJAWA
Jaitoe Serat DJAMPI-GAIB, karangannja Sang Jogi Kangkara Kresna, Pandita dari Hindoestan, bahasa Djawa hoeroef Djawa; Isinja seperti terseboet:
1. Beboeka, 2. Pratikel adeking badan, 3. Pratikel manawi djampeni, 4. Pilah-pilahipoen manawi djampeni, 5. Angeningaken tjipta, toemrap djampeni tijang sakit.
Harganja tjoema F. 0,50 franco F. 0,10. Rembours tambah F 0,45.
- kêkêlèng. (kembali)
- jênjêm. (kembali)
- ngantariksa. (kembali)
- Sangsêkrita (dan di tempat lain). (kembali)
- datanpa. (kembali)
- apawara. (kembali)
- sônggarunggi. (kembali)
- cinêgah. (kembali)
- têngên. (kembali)
- dumunung. (kembali)
- tarbukaning. (kembali)
- adhêming. (kembali)
- nèng. (kembali)
SERAT DARMASONYA (terjemahan)
Sêrat Darmasunya Karya Êmpu Yogiswara dan digubah oleh R. Ng. Yasadipura II
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
PUPUH 01
DHANDHANGGULA
02. Tumbuhnya rasa kasih tiada, lain dari dalil hadis kias dan ijemak; barang siapa tiada percaya adalah kafir, apabila ada ilmu yang menyimpang dari empat jalan terse but, itu adalah ilmunya syaitan, wajib dibunuh dimusnahkan dan cepat-cepatlah anda singkirkan, selain empat hal tersebut, lebih sempurna lagi : iman, taukhid, makripat, keempatnya Islam.
03. lman itu diuraikan dalam semara-kandhi, sanbayan dan tesdik. Adapun arti taukhid, adalah tunggal, jangankan anda mengira Tuhan itu dua, sebaliknya harus percaya Tuhan itu satu, yang agung tiada samanya.
04/5. Sudahlah tersebut dalam tafsir, dosa besar mendua Tuhan, itu kafir musrik namanya. Taukhid disebut sempurna : janganlah anda merasa dalam diri anda, memiliki tingkah laku, dapat mengucap, memiliki penglihatan, penciuman, pendengaran, rupa serta menjadi titah Tuhan sebagai miliknya sendiri. Apabila orang mengira demikian, maka jadilah orang itu kafir, musrik kadariyah dan akan berada di neraka selamanya.
06/07/08. Adapun yang disebut makripat berarti : tabu apa sesungguhnya Tuhan. Bila anda ingin megerti sebenarnya, bacalah kitab Taurat, Bayan Tesdik. Arti Islam, menyerahkan diri kepada Tuhan. Syaratnya menyerahkan diri, baca dan pelajarilah kitab Sitin, Misa, Sujak Makali lbnu Hajar, Hunari Anwar, Bayan Patawi, Istilapilmad Abngajid, Mutada dan Akrar Mustaal Mahriru, semuanya kitab fikih. Semuanya itu pula sebagai sarana menyerahkan diri kepada Hyang Widi. cerita dalam kitab, kitab Iniahal dan Tashi. Orang-orang mukmin wajib membaca dan mempelajari sarap dan midkale, semua tata bahasa Arab. Pemerintah hati nurani : wajib semuanya a bersembahyang. Orang mukmin sewaktu berbakti, tiada dapat pisah bila tiada makan.
09/10. Semuanya wajib makan, makan semau rejeki yang halal agar dapat dengan takwa menjalankan sholat. sebagai seorang Islam yang taqwa, harus menjalankan lima perkara: pertama membaca sahadat, kedua sembahyang lima waktu, ketiga memberi zakat-fitrah, keempat puasa romadhon, kelima naik haji ke kakbatolah bila kuasa, yang artinya terbuka jalan, punya bekal dan cukup terang keadaannya dalam perjalanan pulang pergi. Bila demikian keadaannya, orang Islam berkewajiban menjaga makan, pakaian, bekal naik haji dan sarana sarana diri mekah.
11. Dalam kitab subah sudah tersebut, bagaimana imam yang sempurna. Orang yang betul-betul bersih hati sanubarinya dan percaya kepada enam hal : bermula sujud menghadap Hyang Widhi dan percaya kepada malaekat, ketiga percaya kepada kitab Qur’an dan mengagungkannya.
12. Orang mukmin bila cinta kepada Qur’an berarti cinta kepada kitab-kitab sebelumnya, keempat percaya kepada para Nabi, percaya kepada hari kiamat, keenam percaya kepada kodrat, tinggi rendah, besar kecil, baik dan buruk kesemuanya dari Hyang Suksma.
13. Percaya kepada Hyang Suksma, selayaknya cinta kepada-nya dan mengagungkan-nya. Bila anda ingin terbalas kasih sayang anda oleh Hyang Widdhi, ikutilah Nabi utusan-nya, pastilah anda mendapat kasih sayang Hyang Widdhi. Percaya kepada Tuhan yang maha lebih akan tahu, mengerti Hyang Suksma.
14. Bahwa Tuhan itu pasti hidup/ada, hidup-nya tiada nyawa, selama-lamanya dada akan mati. Hendaklah anda ketahui, bahwa Tuhan pasti tahu dalam alam semesta ini, apa kehendak-nya jadi. Dalam Qqur’an telah tersebut, bahwasanya Tuhan lebih tahu gerak-geriknya hati.
15. Ketahui dan ingatlah, bahwa sayang itu lebih kuasa, sudah menjadikan alam ini semua, dan itu sudahlah kehendak Hyang Agung. Berbeda dengan hamba sekalian dalam hal pekerjaan dan kehendak. ketahuilah lagi, bahwa Allahtangala tiada berbadan halus tiada berjizim kasar.
16. Sesunguhnya berbeda dengan manusia; titah semuanya berbadan kasar, malaikat, jin dan syaetan berbadan halus. Ketahuilah selanjutnya, bahwa roh tiada bemafas, itu semuanya dijadikan oleh Hyang Widdhi.
17. Orang-orang bodoh yang setengahnya memper-Tuhan segala apa yang serba kelihatan bercahaya, karena dari angan-angan makripatnya, dianggap Tuhannya. Berfikir dan bersalah, dan silakan sungguh-sunggh tekun bersujud, rasakan arti dan maknanya. Ketahuilah selanjutnya, bahwa Tuhan pasti mendengar dan mengetahui segala apa yang ada di dunia ini.
18. Melihat mendengar anda sekalian, sesungguhnya tiada buta dan tuli. Kaya ilmu, tiada dengan akal budi, melihat tiada dengan mata, pendengarannya ada dengan telinga. Bersabda tanpa bibir, tiada dengan mulut dan tiada bersuara.
19. Sabdanya tiada dengan membutuhkan mulut dan suara. Hyang Suksma tiada mengalami bisu untuk selama lamanya. Tiada bertambah dan berkurang . lain sekali dengan makliluk, hidup dan mati, tinggi dan rendah, sakit kemudian enak, kosong dan penuh sudahlah menjadi bagiannya. Ingatlah selanjutnya.
20. Hyang tiada bersifat hitam, tiada putih, tiada merah muda, tiada hitam, tiada hijau tiada berbentuk, tiada biru tiada kelihatan. Ketahuilah selanjutnya, Hyang Suksma tiada suram, pudar, tiada bercahaya bersinar-sinar, tiada berbau, tiada harum, tiada bau busuk.
21. Tiada apek, lengit, prengus, tengik, tiada masam tiada manis, tiada merasa enak dan sakit, tiada panas dan dingin, tiada senang dan susah, berbeda dengan makhluk. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Besar, besamya tiada terbatas, ke timur, ke utara, ke barat ke selatan, ke bawah dan ke atas, itu sudah pasti tiada berbatas.
22. Para Nabi dan para wali sudah bermufakat semuanya, bahwa takbir sholat dan sholat-sholat semuanya, beserta lapal Allahu akbar bermakna: Allah Maha Agung. Bila sudah mengerti dan percaya Allah Maha Agung, agung tiada berbatas, maka :
23. lngatlah selanjutnya bahwa Allah sesungguhnya Hyang Mulya, tiada ubah dan gerak, tiada berhenti dan bealan, sebab dari besamya Hyang Widdhi. ketahuilah, bahwa Tuhan besertamu; bila anda hendak melihat dan mengetahui Hyang Widdhi, jangan menyiksa diri anda. Meski berbatasan dengan lautan dan gunung sekalipun hendaklah anda lakukan. Tuhan pasti bersamamu. Dalam kitab jubah tersebut, manusia tidak berwenang menyiksa dirinya demi hak miliknya di dunia. Mmanusia hanya berwenang menyakiti raganya untuk mengetahui apa dan siapa sesungguhnya Hyang Widdhi. Demikian agar sempuma.
PUPUH 02
S I N O M
02/03/04/05/06. Tersebut bumi dan langit ke tujuh, bila di letakkan, dikembalikan kepada kedudukan Hyang Widdhi, yang juga tersebut dalam kitab, luasnya bumi ketujuh tidaklah lengkap, seperti dirham, uang, ketujuhnya terletak dalam nyiru, pastilah uang uang dan nyiru berbeda besarnya. Adapun singgasana Hyang Suksma, bila di letakkan kembali disebut Hyang Widdhi, seperti satu-satunya berada di tanah lapang luas, tiada makhluk yang tahu. Di tepi tempat kedudukan itu hanyalah Hyang Suksma, mengetahui tepian tempat kedudukan. Besamya alami, tak lain adalah ngaras yang bertepi yang disebut makhlukpun satu dengan alam, jisim pun demikian. Alam besarta yang disebut dahulu termasuk alam, kesemuanya tiada langgeng, bersifat fana. Diam dan bergerak, sakit dan enak, suka dan duka, tertawa dan duka hijau, kuning biru ungu dan putih. ltulah semua disebut ngaral. Bau busuk dan bau harum, segala yang berwarna dan berupa, yang bercahaya bersinar-sinar dan yang gemerlapan, yang suram sesamanya adalah ngaral smuanya, hanyalah Hyang Suksma yang tiada ngaral, zat mulia tiada memiliki banyak sifat.
070/8. Lebih banyak sifatnya tiada dapat dihitung. Lebih sedikit yang terdapat dalam kitab Taurat, hanyalah dua puluh. Mengenai sifat ini, wajiblah semua yang disebut mukmin membaca dan mempelajarinya dalam Taurat, bayan dan tesdik, sehingga tahu yang disebut Tuhan dan segala yang ada di dunia pasti jadi satu dengan Tuhan. Tempat kedudukan Hyang Widdhi pasti di luar hal-hal yang buruk. Dalam alam itu pastilah Tuhan yang agung, Yang Maha Kuasa, di atas lumut, di dalam samudera.
09/10/11. Di luar lumut adalah samudera, di dalam lumut pasti laut juga. Yang disebut iman, yang kedua: kasih sayang kepada malaekat janganlah sekali-kali ada yang mencaci makinya. Malaekat ada yang membuat hujan, ada yang membuat pohon-pohonan serta tumbuh-tumbuhan dari bumi. Malaekat adalah makhluk Tuhan. Siapa yang percaya kepada malaekat lebih tebal imannya. yang benci kepada malaekat dan mencela, mencerca dan mencaci maki, jadilah kafir orang itu. Ketahuilah bahwa malaekat banyak jumlahnya dan bermacam-macam. Ada yang bersayap satu, dua, tiga atau empat ada yang jadi utusan Nabi muhammad, ada yang besar kedudukannya.
12. Sedang tempat duduknya, ada yang melingkari tempat kedudukan Hyang Suksma. Ada yang menyakiti diri pribadinya, ada yang menjatuhkan air, ada yang menghembuskan angin, ada lagi malaekat kalanya memecah biji, setiap satu malaekat satu biji.
13. Setiap titik air hujan, satu malaekat. meskipun demikian tiada penuh sesak. Adapun badan halus demikian juga halnya. Banyaklah jumlahnya malaekat itu, ada yang menarik samudera, ada yang menarik bulan. Aada pula yang hanya berdiri.
14. Ada yang bersatu, ada pula yang selama-lamanya hanya bersholat. malaekat-malaekat itu ada yang menyamar sebagai hewan-hewan suci. Ada yang berupa manusia, hewan, berupa menjangan, kerbau , kambing, lembu, unta, kuda, burung, hewan segala.
15. Langit yang tersebut, dibuat dari manik-manik, jumerut hijau warnanya. langit yang ketiga dari emas, keempat dari perak yang putih.
16. Langit yang kelima dari masaru, keenam dari intan putih. Sejumlah langit-langit itu tiada disebut besarnya, hanyalah langit ketuiuh disebutkan: besarnya seperti peristiwa-peristiwa dalam empat tahun.
17. Adapun semua ada dua puluh ribu macam jumlahnya, tambah lima tahun lagi. Langit ketujuh sebagai cahaya yang tiada pada lllahi. Adapun langit itu bemama ngirabiyan, tingginya tiada terbilang. Sejumlah langit langit tersebut penuh dengan malaekat.
18/19/20. Ada yang menjaga manusia, ada yang mencatat segala dosa dan sembahnya para mukmin. Ada yang masuk dalam kalbu manusia, selama manusia itu berdikir. Bila berhenti berdikir, malaekat itupun pergi. Syaitanlah
yang mencegah dan masuklah syaitan itu ke dalam kalbu manusia. Adapun yang lama dengan itu, manusia beserta dikirnya, ialah: membaca Qur’an, sholat, kuat, tekun berdo’a, mendo’akan keselamatan para Nabi, para wali dan para mukmin, beserta puji-pujian, puji subkanalahi. Tersebut dalam kitab Atkiya : yang disebut jahil. Sesungguhnya jahil itu seperti sifat anjing menjelma dalam kalbu manusia. ltulah yang menghalang-halangi bila ada malaekat membawa rahmat.
21/22. Raklunat Yang Maha Mulia, yang akan masuk ke dalam kalbu manusia. si drengkin, jahil karyanya membatalkan rakmat, karena itu ingatlah selalu, sehingga si jahil tiada berada di kalbumu selalu. Bila jahil telah pergi dari kalbu manusia, datanglah lagi malaekat membawa rakhmat, masuk dalam kalbu manusia. Kkitab Juwahir menyebutkan : bila anda merasa panas, tempatnya dalam hati, itulah syaitan yang menjelma. Tidaklah syaitan itu berasal dari api neraka. Panas di hati, menembus merah padam di mata.
23/24. Maka merah kuning, karena berasal dari hati. Cerita kitab Juwahir, selanjutnya dari Qur’an di dalam surat rabilnasi : hendaklah anda ketahui, bahwa apabila malaekat itu berupa binatang, tidak akan berupa anjing kecil, serigala, tiada juga berupa kambing, babi hutan, babi. Malaekat tidaklah akan menyamar seperti itu. Setengah pandhita berkata : barang siapa orang Islam memanggil anjing dan babi hutan, yang, ikut memanggil pun jadilah orang kafir.
25. Khotbah jum’at berkata : manusia yang meninggalkan diri dari sholat lima waktu, adalah najis, lebih najis daripada najisnya anjing dan babi. Manusia yang bersholat haruslah dapat mencegah tiada berkumpul dengan orang yang meninggalkan diri dari sholat.
26. Imam yang ketiga: tekun mempelajari kitab Hyang Widdhi. Segala kitab dari Hyang Suksma yang diturunkan kepada para rasul, bejumlah seratus empat, kepda Nabi Adam sebanyak sepuluh, kepada Nabi Sis lima puluh enam banyaknya.
27. Nabi Idris tiga puluh. Nabi Ibrahim sepuluh, genap seratus jumlahnya. tersebut empat buah lainnya, kitab Tauret, kitab Jabur, lnjil dan Qur’an. Kitab Tauret kepada Nabi Musa.
28. Jabur kapada Nabi Dawud, lnjil kepada Nabi lsa. Qur’an kepada Nabi Muhammad. segala kitab tersebut, jelas perintah-nya, tiada pula berbeda, karena ke Nabiannya telah dimusyawarahkan dan telah diputuskan dalam taukhid.
29. Berkatalah seorang wali, Abu Hurairoh. Rumah yang dipakai membaca Qur’an, yang empunya jadi kaya tiada terhingga banyaknya, dan lagi kedatangan para malaekat, syaetan-syaetan keluar dari rumah.
30/31/32/33. Dalam khadis tabsirah, Abu Hurairoh, berkata rumah para mukmin yang tiada dipakai untuk itu, artinya khilaf atau melupakan Qur’an, yang empunya miskin, karena bendanya sedikit, para malaekat pergi yang datang masuk rumah syaetan-syaetan. Selanjutnya ki Sahid putera Kabib dari kangjeng, Nabi berkata: barang siapa mengucapkan lafal dalam Qur’an kelak akan sembuh dari siksa jauh dari akhirat; dan lagi akan mengurangi siksanya ayah dan ibu. Sekalipun ayah dan ibunya orang kafir, akan juga mengurangi siksanya. Selanjutnya ki Abdullah putera lbnu Umar berkata: barang siapa membaca Qur’an, akan mendapat pangkat tinggi dari Hyang Widdhi hingga seperti derajat Nabi, hanya berbeda wahyu. Nabi memiliki wahyu lahir wahyu batin.
34/35. Tidak hanya hafalnya kitab, menurut pendapatmu tampaknya sudah sesuai dengan keterangan hadish bahwa Al-Qur’an sebenarnya merupakan hal keutamaan. lman yang keempat : orang mukmin yang ingin tetap sebagai mukmin, hendaklah mencintai kepada semua rasul Tuhan dan para Nabi, wajib menghitung-hitung jumlah Nabi. Seratus ribu jumlahnya, tambah dua puluh empat ribu, jumlah Nabi seratus ribu, tambah dua puluh ribu, dan empat nambang.
36. Setengah pendeta berkata: para Nabi dan para rasul jumlahnya dua ratus ribu, dua puluh ribu lagi, lebihnya empat ribu. Anda tiada wajib hanya menghitung-hitung jumlah para. Nabi, tetapi diperintahkan mengagungkan-nya.
37. Tiada wajib hanya menyatakan menyebut jumlahnya satu persatu, hanya wajib mempercayai, mencintai dan meyakini para Nabi dengan benar-benar. Bila dada percaya, orang akan jadi kafir, janganlah ingkar, benci kepada satu kitab, satu kalimat pun janganlah.
38. Bila anda tiada percaya, mencerca dan mencaci makinya, mentertawakannya anda menjadi kafir. Siapa saja orangnya yang mencaci maki, menghina, mentertawakan Nabi dan malaekat, akhimya jadi kafir.
39/40/41. Sungguh kafir seperti halnya mencerca Hyang Widdhi para Ambiya dan Rasulullah. Nabi yang menjadi utusan,pesuruh Hyang Agung jumlahnya tiga ratus tiga belas, termasuk juga yang dua ratus dua puluh empat ribu. alkIsah para Nabi punya sareat atau peraturan enam jumlahnya. Nabi Adam yang pertama, diganti Nabi Nuh. Nabi Nuh diganti Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diganti Nabi Musa. Nabi Musa diganti Nabi lsa putra Maryam. Nabi lsa diganti Nabi Muhammad Rasulullah selama lamanya tiada batas sampai kiamat.
42. Semua utusan, ketiga Nabi tersebut kemudian beserta yang tiga belas, dengan perantaraan malaekat Jibril memberi nasihat mendidik agama suci dari Hyang Agung dan manusia, Jin diajak ke sorga.
43. Nabi-Nabi itu lurus dan benar sabdanya. Mereka di jaga oleh Hyang Suksma, supaya jauh dari dosa besar dan kecil. Para Nabi yang menjadi rasul, semuanya manusia laki-laki bebas dan bukan budak, semuanya suci dan bukan bekas boyongan.
44. Yang memiliki wahyu batin dan wahyu ahir, misal Jeng Nabi Musa, wajahnya bersinar seperti bulan, tongkatnya bila dibuang jadi ular, ular yang besar sekali. banyak sekalilah mukjijat para Nabi rasul, lain-lain dan bermacam-macam.
45. Ada yang sangat hina dina. Tersebut dalam kitab Juwahir: para rasul keadaannya hina, fakir dan miskin. Selanjutnya kitab llbab berbunyi : dahulu Nabi Sulaiman kaya sekali tiada terhingga, itu di dalam lahir, batinnya bersatu dengan fakir miskin yang hina.
46/47. Tersebut dalam khadis tabsirah: dalam batin Nabi Sulaiman tiada terasa sama sekali kaya raya, karena kerap kali berkumpul dengan fakir miskin. Dalam kitab Juwahir disebutkan, bahwa makan Nabi Sulaiman tiada yang enak-enak, hanyalah apem jagung. Kangjeng Nabi Sulaiman dermawan, kasih sayang kepada sesama, bila memberi makan makanan yang enak-enak beserta yang indah-indah pemberiannya. Yang dimakan sendiri bukan yang enak-enak.
48/49. Kitab Juwahir menerangkan : orang Islam bila membuat rumah cukuplah sudah satu tiang tingginya. Kitab Atkiya dan Juwahir sepakat, sama-sama menyebut: bila rumah manusia terlalu besar, lebih dari enam tiang tinggi-nya, tiada lain akan menjadi milik pasek. Ada lagi sabda yang menambah: “hai manusia, apabila kamu membuat rumah terlalu besar, besarnya berlebih-lebihan, maka jadilah pasek, betul-betul pasek, tiada beragama, murtad. Arti berlebih-lebihan, tiang-tiangnya tinggi, lebih tinggi daripada enam hasta. barang siapa menghina kitab ini, betul-betul jadi kafir. Buda namanya orang itu. Hai orang-orang mukmin, janganlah menyangkal, sebaliknya milikilah tenggang rasa, rasa kasih sayang.
PUPUH 03
ASMARADANA
01/02. Bersabdalah kangjeng Nabi rasul mustapa, “hai orang orang Islam. barang siapa menyakiti orang lain, kepada seorang mukmin, sama halnya orang itu menyakiti diri saya. Barang siapa menyakiti sesamanya, sama halnya menyakiti Hyang Suksma. Siapa yang menyakiti orang beserta Allahnya, akan mendapat laknat, siksa dari dunia hingga ahirat.” hadis tabsirah berbunyi :
3. Barang siapa sebagai orang Islam tiada mencintai kepada sesamanya, beserta orang-orang mukmin sekalian, itu belum dIsayangi oleh Hyang Maha Mulia. tandanya disayangi bila sayang kepada sesama Islam.
4. Barang siapa ingin kasih sayangnya diterima oleh para Nabi, para malaekat dan para utusan, seharusnya orang kasih sayang kepada jeng Nabi rasul Muhammad Mustapa.
5/6. Barang siapa kasih sayang kepada Nabi, kepada malaekat, disebut sempurnalah imannya dan disayangi oleh Hyang Suksma. Siapa saja membuat malu sesama Islam, sama halnya membuat malu para Nabi dan utusannya, sama juga membuat malu Hyang Suksma dan akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
7. Barang siapa benci kepada para Nabi, jadilah kafir orang itu. Siapa juga cinta kepada orang ulama, sama halnya cinta kepada kangjeng gusti rasul, seperti cinta kepada Allah.
8/9. Barang siapa sayang kepada orang mukmin, jadi sayang kepada ulama, kepada Nabi utusannya. Jeng Rasul bersabda: Barang siapa sayang kepada orang alim satu itu, jadilah sayang kepadaku. Barang siapa membenciku, jadilah jadilah benci kepada Allah, akan jatuh ke neraka. Orang yang sayang kepada sesama, seperti halnya orang itu sayang kepada yang dikasihi Tuhan, di dunia.
10/11. Tersebut dalam kitab subkah : dalam kitab mustahal kangjeng Nabi bersabda: bahwasanya orang ulama sama halnya seperti raja dari Hyang Suksma yang menguasai dunia, dan selanjutnya, siapa menyiksa orang alim, akan rusaklah sendiri.Ddalam kitab dinyatakan : pengulu, modin sebagai orang al im yang menjadi kepercayaan Tuhan di dunia.
12/13. Tiada pula sejalan dalam perbuatan dengan satriya, punggawa, menteri dan raja-raja. Iman yang kelima: percayalah, bahwa besok di hari kiamat manusia, tidak akan mati. Bumi dan langit akan rusak. Hanya sorga neraka seisinya tiada akan rusak. Pastilah itu menjadi kehendak, tanda-tandanya hari kiamat:
14/15. Bila matahari terbit dari arah barat dan terbenam di sebelah timur. sampai saatnya hari kiamat, semua makhluk Tuhan terkejut, karena hebatnya topa, gempa bumi seperti dibanting-banting. sangatlah hebat angin topannya, di langit meniup kencang. Gunung berlaga sesama gunung, bintang-bintang berjatuhan seperti hujan. Langit ketujuh bagaikan di belah-belah, dunia berputar kencang seperti dinyiru.
16/17. Ceritera hari kiamat yang tersebut dalam mahdinal, tapsir iksan – kamil; manusia, jim syaitan malaekat mati semuanya. Bumi dan langit hilang sama sekali. Allah tangala bersabda dalam diri pribadi : siapa lagi, yang akan berkuasa dan berdiri sebagai raja tiada tolok samanya.
18. Akan dijawab sendiri: hanyalah diri pribadi sebagai raja tiada bandingnya, membunuh dan menghidupkan. Yang sudah menemui ajalnya dihidupkan kembali oleh Yang Maha Mulia.
19/20. Para mukmin masuk ke sorga yang serba indah dan fana keadaannya, lebih bagus dan tambah muda. Kitab sanusi muntabak menyebut : orang-orang mukmin di dalam sorga tiada habis habisnya bersuka ria, menari-nari sehendaknya. Adapun orang-orang kafir masuk neraka semuanya, menderita sakit tiada batasnya. Orang mukmin yang murtat merasa sangat berat di dalam siksa.
21. Bila dosa mereka sudahlah dipandang cukup, dimasukkan mereka itu ke dalam sorga. Orang mukmin yang meninggalkan diri dari sholat pun disiksa, seratus tahun lamanya, begitulah tersebut dalam kitab lubab.
22. Meninggalkan lima waktu, tersiksa lima ratus tahun. Berkatalah seorang pendeta: meninggalkan satu waktu, tersiksa seribu tahun, lima waktu, lima ribu tahun siksanya.
23. Iman yang keenam: percayalah hendaknya anda sekalian, bahwa untung dan baik, kafir, Islam, kaya dan miskin , sudahlah menjadi kehendak Tuhan, Allah yang maha tinggi. Bila anda menghendaki menjadi seorang kafir, akan selalu mendapat marah. Bila ingin sebagai lhdinas sirotol hingga akhir patekah, dan lagi yang disebut waktunya sholat, adalah niat, hasratnya sholat.
24/25. Barang siapa mengira kafir, lslamnya jadi berKurang. Orang itu jadilah kafir, disebut kafir kadariyah. Adapun yang disebut kepada iman, tiada lain dikir Allah, La ilaha illolah, mukhamad rosulullahu. Yang disebut hatinya iman. 26. Membaca Qur’an, tahu arti serta baik membacanya. Yang disebut otaknya iman: keras berdoa, siang malam, memohon belas Tuhan.
27. Belas kasih Tuhan kepada para mukmin semua, agar mendapat selamat. Dalam surat subkah disebut: janganlah memberi salam kepada orang yang meninggalkan sholat, salamnya janganlah dijawab. Setengah ceritera menyebutkan: orang meminum minuman keras, bila memberi salam kepadamu, janganlah kamu jawab.
28. Tersebut dalam kitab Juwahir: yang disebut otaknya iman, adalah lain takbir. Takbir Allahu akbar, artinya Allah Maha Agung.
30. Tepatlah lafal Allah. Agar alipnya ditekankan, dipelankan pada ucapan Allah dan diberi tesjid lagi, dipendekkan ehenya, dijelaskan ucapan akbar. Untuk itu jangan sampai tersela karena itu merupakan syarat takbir pada sholat.
31. Jangan sampai diselingi sendiri mendengar, dan jangan sampai membalik takbirnya. Pada ucapan akbar agar dicepatkan, dan jangan sampai disela dengan kalimat lain.
32. Tetapi apabila ucapan itu tersela sedikit dengan ucapan Allahul jahinul akbar itu akan tidak tepat ucapan alipnya dan disebutnya alip taplul.
33. Adapun arti taplil : Allah maha agung, maha besar, dan percayalah hendaknya, di dalam dan di luar pastilah Tuhan sendiri, seperti lumut dalam laut.
34. Di dalam lafal takbir haruslah memakai Allahuaklam, janganlah memakai lafal yang lain. Adapun yang disebut pokok sholat: mengucapkan fatekhah dengan bismillah juga.
35. Panjang pendeknya hendaklah tepat, dan tesjid fatekhah-nya diterangkan empat belas jumlahnya, huruf yang panjang jumlahnya tujuh belas, madlajam lafal alip.
36. Tiga alip panjang-panjang, berseling-seling seperti alip yang ketiga. Setengah pendeta berkata: orang bepergian seperti panjangnya alip, tesjid dan lam, baik-baiklah membaca tahyat.
37/38. Tahyat akhir dan membaca selawat ditujukan kepada kangjeng Nabi rasul, diawali dengan salam yang baik. Adapun kuatnya sholat: rukuk dan sujud. Adapun yang disebut zat sholat: tumaninah, dan lagi yang disebut intinya sholat: letaknya dalam tahyat akhir. Kakinya sholat salam yang permulaan, yang disebut sholat, dari tekbir hingga salam.
39. Adapun nama dan sebutan serta arti sholat meminta rahmat dan ampun Tuhan. Kitab Juwahir menerangkan :
40. Otaknya iman, ialah bahladinas siratal , hatinya sholat ialah patekhah. Yang disebut akarnya iman: janganlah beranggapan bahwa manusia memiliki barang sesuai. Manusia hanyalah makhluk Tuhan.
41. Yang disebut tempat pemberhentian iman : rowatib, tarraweh. Yang disebut membatalkan iman ialah semua sholat sunat. Bila sholat wajib telah terlaksana semuanya, baru sholat stitiat. apabila masih banyak kesempatan dan waktu-waktu itu tetap tidak disahur, sholat sunatnya tidaklah syah.
42/43/44/45. Dosa besar orang yang meninggalkan diri dari sholat, meminum minuman keras, tiada memberi zakat, pun berzina. Makan riba, bertaruh, merampas di jalan, mencuri, membakar rumah , tiada berpuasa dalam bulan romadhon, tiada naik haji ke mekah meskipun ada sarananya. Dan manusia yang aneh itu menjamak dubur isteri atau isteri orang lain, baik laki-laki maupun perempuan berdosa besar. Putra ngabas berkata: dosa besar yang tersebut dalam, tabsir dan kutbah tujuh puluh jumlahnya. Yang disebut mukmin yang murtad, adalah yang menjalani dosa, baik kecil maupun besar. Sebelum bertobat dan syarat tobat yang dianggap syah adalah berkeras hati untuk tidak mengulang berbuat dosa lagi.
46/47. Selanjutnya, orang yang selalu melakukan dosa-dosa kecil sekalipun, selama itu celaka sebelum benar-benar bertobat. Dalam kitab Adkiya disebutkan
48/49/50/51. Barang siapa membuat rumah tinggi tiangnya lebih tinggi dari enam hasta, jadilah celaka orang itu. Dari besamya rumah, pada waktunya hari kiyamat, ada yang memanggilnya. Hai orang-orang celaka, bila demikian halnya, jadilah kamu raja kesengsaraan, sangat sengsara orang yang terlalu besar rumahnya. Dalam kitab ahya dan kitab sitin bersabdalah kangjeng rasul : semua orang Islam, laki-laki dan perempuan wajib memperhatikan ilmu agama Islam. Sabda jeng rasul : yang mendapat kasih dan anugerah, pada waktu meninggal dunia, adalah raja Islam yang ulama. Runtuhlah bumi dan dunianya. semua merasa sakit dan merasa, langit ikut sedih bEla sungkawa merasa seisi samudera beserta ikan-ikannya memintakan ampun, ampun kepada Tuhan yang maha mulia. Beserta burung-burung di angkasa membaca istigfar. Sabda jeng rasul agar orang mukmin bersholat.
52. Bila sudah jadi alien, demikianlah kelak akan jadi kaya dan bagus. Kitab ahya dan kadis, sabda jeng rasul pastilah benar semua. Bila ada orang yang mencerca seorang ulama, sama halnya dengan memaki-maki kepada Nabi, yang jumlahnya tujuh puluh. Adapun orang mukmin yang meninggalkan diri dari sholat satu waktu, tersiksalah di kemudian hari.
PUPUH 04
PANGKUR
01. Seratus tahun siksanya bagi orang yang meninggalkan satu kali sholatnya. Di dalam kitab lulbab ada lagi riwayat: pendeta yang meninggalkan satu waktu, di hari kemudian tersiksa seribu tahun lamanya.
02. Semua orang yang kafir, baik laki-laki, maupun perempuan selamanya di neraka tempatnya. Jim pria, Jim wanita yang sama-sama kafir, selamanya di neraka, orang kafir musuh Hyang Widdhi.
03/04. Semua jim yang kafir dan syaitan, laki-laki maupun perempuan semuanya dibenci Hyang Widdhi. Dalam Qur’an kitab bagoroh menyebut: sesungguhnya Allah yang maha mulia, bersifat kasih sayang, sayang kepada orang mukmin. sayang juga Hyang Widdhi kepada orang ulama. Sangat bencilah Hyang Widdhi kepada orang mukmin yang ingkar dalam segala hal. Sebaliknya sangatlah sayang kepada para mukmin yang halus.
05/06. Dan sangatlah kasihnya Hyang, suksma kepada semua orang mukmin yang tulus. Para Nabi yang sangat dikasihi menurut ceritera adalah para kabibullah, yang lebih atas Nabi muhammad, kemudian Nabi lsa, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan para rasul semuanya. Para Nabi sangat disayangi oleh empat utusan ialah: para malaekat Jibril, Mikail, lsrafil dan ljrail ; semuanya kekasih Allah.
07/08/09/10. Dan lagi empat orang hamba, Abubakar, Umar, Usman dan Ali dikasihi Hyang Agung. Sangat sayang Hyang Widdhi kepada orang yang “mati sabil” dan “mati sahid”, dan kepada para Nabi, karena semuanya sangat tekun dikir dan sholat tahjud siang malam juga tekun sholat dhuha. Sesungguhnya Hyang Agung sangat sayang kepada mukmin yang tulus, sayang juga Hyang Widdhi kepada orang yang berilmu, banyak ilmu tambahan, tekun berbakti, kasihnya melebihi manusia yang mati sabil. Di dalam perasaan segala dosanya diampuni. Kitab Lul menyebut: orang mukmin yang alim, lebih sulit merusaknya oleh syaetan dan iblis. Syaitan dan iblis merasa susah dan pedih hati daripada merusaknya seribu orang yang bodoh-bodoh meskipun seribu orang ini sangat taqwa berbakti kepada Hyang Agung.
11/12. Jeng Nabi rasul bersabda manusia yang tekun membaca dikir: La illaha illahu, muhammad rasullulah, itu lebih utama daripada perang sabil. kitab lulbab menyebutkan lagi : orang mukmin yang kuat tekun membaca: ya bismillahi rohmanirrahim, setidaknya syaetan-syaetan hancur luluh seperti timah digoreng di atas api. Demikian juga kitab Qur’an menyebut: janganlah anda bicara tentang manusia mati sabil.
13/14. Janganlah anda mengira mati, sebaliknya anda menamakan hidup, karena rohnya masuk ke dalam tembolok burung, yang wamanya hijau, Melompat lompat di dalam sorga gung. Dalam kitab daka disebut: roh orang-orang mukmin menjadi satu tempatnya di dalam tembolok, tembolok dari burung-burung kecil yang melompat-lompat di dalam surga. Kitab sukbah berucap: perang sabil dikatakan sempuma, apabila dengan mengucapkan kalimah kak dekat raja jair.
15. Kalimah kak terdapat dalam kadis, dalil, kias ijmak. Kadis tabsirah menyebut: di dalam mati sahid harus sambil mengucapkan kalimat kak di muka raja-raja jair. ltulah perintah Tuhan.
16/17. Adapun arti jair, raja jair: raja yang menyimpang dari adil, berbuat sekehendaknya, menyimpang dari hukum, peraturan menjatuhkan hukuman mati yang belum dibenarkan oleh hukum. Kitab nukayah mengucap : di bawah mati sabil , termasuk orang-orang yang taqwa, tekun sholat, membaca dikir dan doa, mendoakan orang Islam agar selamat di dunia dan akhirat. Kangjeng Nabi bersabda hai umatku semua.
18/19. Barang siapa bersholat dhuha, hendaklah tepatkan pada hari jumuah sebelum saat bedug, jumlahnya empat rokaat, permulaan membaca fatekah sepuluh kali, surat palak juga sepuluh kali, surat binas sepuluh kali lagi, surat kulhu, ayat kursi juga sepuluh kali, kedua kalinya sepuluh kali rekaat, tiada berbeda dengan permulaan.
20. Rokaat yang ketiga empat kali, tiada berbeda bacaan ayatnya, orang yang punya waktu, hendaklah menjalankan sholat sunat-sunat itu, sesudah mengucap salam mengucap : astafirulah hal ngalim, jumlahnya tujuh puluh kali.
21. Juga membaca subkanalah juga tujuh puluh kali, selanjutnya membaca : sabkanallah, walkamdulilahi, walahaula walaquwata, illahbilahil alim.
22/23. Nabi rasul bersabda: “orang yang menjalankah sholat, mendapat ganjaran sama dengan perang sabil juga tujuh puluh kali”. Yang mati di dalam peperangan mendapat ganjaran seperti Nabi Ibrahim, jalan orang menjadi fakir dan melarat, demikian juga sebaliknya terbukalah jalan menjadi kaya dan mulia, tujuh puluh kali dan yang dikehendakinya.
24. Tujuh puluh kali kehendaknya sewaktu di dunia dan tujuh puluh kali kehendak di akhirat, semuanya akan dikabulkan oleh Hyangagung, orang bersholat tiada akan kena oleh perbuatan sihir tujuh puluh ribu, juga, teluh tenung racun tiada akan dapat masuk, keballah orang itu. Kangjeng rasul arif dan bijak, sabdanya: pasti benar tiada salah.
25. Jeng rasul bersabda lagi barang siapa menghamba kepada orang alim dan merendahkan dirinya dengan maksud membutuhkan dan mendapatkan i lmunya:
PUPUH 05
KINANTHI
01. Selama tujuh hari, disamakan dengan berbakti kepada Allah selama tujuh ribu tahun, diganjar oleh Hyang Widdhi sehari sama dengan mati sabil.
02. Mati sahid seribu kali, mati perang sabil didalam peperangan pahalanya sama dengan mengabdi kepada ulama hanya selama sehari.
03/04/05. Ada lagi disebutkan: orang alim disebut sempurna bila sudah sanggup menganggap dirinya, seperti raja, kitab binayah kitab mamalingah menyebut: “barang siapa merendahkan diri kepada orang kaya, maka kehilangan agama lslamnya di pertigaan”, kitab atkiya menyebut: “uiama yang paling buruk adalah ulama yang kerap kali datang di rumah bangsawan tiada dengan maksud mencari ilmu”. Dalam keterangan sudah disebut : raja, punggawa, karyawan satriya dan menteri disebut paling baik, bila dekat dengan ulama, serta menganut ilmu agama.
06. Dalam tabsirah diceritakan: orang alim yang menjadi kepercayaan Tuhan di atas bumi, adalah yang tiada berkumpul dengan raja, ksatriya, punggawa dan para menteri .
07/08. Kangjeng rasul bersabda orang-orang mukmin sekalian janganlah makan di lima jenis rumah seperti berikut, bila tidak demikian akan mendapat nama yang pertama, jangan makan di rumah orang yang meninggalkan sholat (waktu), dan jangan makan di dalam rumah yang ada bayangan, yang tiada berwujud.
09. Seperti tiada punya nyawa, dan lagi jangan makan di rumah orang yang makan riba dan lagi rumah orang yang meminum minuman keras, terdapat dalam kitab Fikih .
10/11/12. Hendaklah orang waspada terhadap riba, kadis bidayahpun sudah memuat : barang siapa merendahkan diri kepada orang yang berharta benda, diumpamakan seperti lalat yang selalu berada di tempat pembuangan kotoran dan tiada urung teangkit kotoran yang berbau busuk. Kitab atkiya menyebut “siapa ingi kenyang di dunia, jadilah rendah pangkatnya.” kitab mustahal menerangkan: orang alim yang tekun melakukan sholat jadi raja sedunia sepertiahya ngulumudin, sebagai juga disebutkan dalam kitab mustahal : ulama yang pisah dengan orang jadi kepercayaan.
13/14/15. Hyang Agung di dunia, jeng susuhunan adiya kangjeng rasullulah bersabda: siapa bersholat sesudah jum’at menjadi hina, baktinya menjadi selang, malunya manusia bagi Allah sebagai hiasan di hari kiyamat nanti, kitab mustahal berceritera: kangjeng Nabi muhammad rasullulah bersabda: kepada fakir miskin yang hatinya tiada (resat) menyimpang dan yang tekun berbakti ditambah lagi selalu menjaga ayat, Allah sangat sayang.
16. Kitab Adkiya menyebut : barang siapa memandang ringan melakukan makruh, tersiksalah kemudian akhirnya menjadi kharam perbuatan yang tiada pantas.
17. Barang siapa begitu melakukan kharam, menghalalkan perbuatan kharam, akan menjadi kafir, akhinya tersiksa.
18. Kadis Adkiya, kadis insan kamil yang sejalan dengan kadis subkah menyebut, bahwa : buruklah orang ulama yang biasa menghadap raja-raja satriya dan para menteri.
19/20. Jeng rasul bersabda dalam kitab mustahal : orang yang baik sembah sujudnya akan menjadi raja amal, yang meninggalkan diri dari yang samar dan mengagungkan bagusnya indahnya makan dan pakaian akan menjadi malu. Allah selalu melihat akan jiwa badan yang baik, yang selalu berbuat amal kebaikan, maka perbuatan yang baik tidaklah perlu ditonjolkan dan disebar luaskan.
21. Tuhan melihat baiknya hati di rimu, selanjutnya Nabi bersabda : barang siapa tertawa, tertawa mengejek, pertanda suka di dunia, di akhirat nanti akan menangis.
22/23. Kenyang di dunia, di akhirat jadi lapar, kadis mustahal berceritera: sesungguhnya orang lapar dikasihi Tuhan, orang kaya, angkara murka di dunia menjadi kekasih setan. Nabi bersabda lagi : lapar di dunia akan kenyang di sorga. Orang yang arif, tabu sifat Allah, berkata:
24. Orang mukmin sekalian wajib menyembah orang keempat ini pertama yang harus disembah adalah raja yang adil, menyembah ayah dan ibu, keempat pada orang-orang alim yang kurus ilmunya.
25. Dalam kadis anwar disebut: sesungguhnya orang alim itu raja Allah di dunia, barang siapa menganiayanya akan rusak di dunia dan akhirat.
26. Kadis mustahal bersabda: barang siapa belajar membaca Qur’an, sholatnya disamakan dengan seribu rokaat, yang membimbing mengasuh, dIsamakan dengan mengabdi kepada Tuhan selama seribu tahun.
27/28. Kadis jubat pun menyebut: tiada layaknya orang Islam menyakiti dirinya demi kepangkatan di dunia, tetapi wenanglah orang mukmin menyakiti diri untuk kepentingan agamanya, akan bertambahlah alimnya setahun, tiada berguru pada orang, bertapalah dengan tekun , memperhatikan, meninggalkan makan dan pakaian.
29. Makan dan pakaian anal cukup, sebagai bekal berbakti, berkain dan berbaju jubah, ikat kepala cukup rimong, cincin perak dini lai hanya setali.
30. Dengan tiada menghilangkan rasa, tiga macam menambah pengorbanan (suka berkorban) yang membaca Qur’an yang kedua mengucap syukur dan ketiga puasa sunat.
31/32/33. Kadis tabsirah dan kadis Juwahir menyebut: fakir miskin yang tiada bertapa di dunia, tetapi memiliki hati yang sabar dan bersyukur sekadarnya, percaya kepada Allah dengan tulus ikhlas, Tuhan akan menyayanginya melebihi orang bertapa. Orang yang mendidik, memberi pelajaran agama suci, yang menyerahkan ilmunya kepada orang-orang bodoh tiada dengan maksud menjual ilmunya, dan tiada loba tamak kepada sesuatu maksud, akan sangat dikasihi oleh Hyang widdhi.
34/35/36/37. Di hari kiyamat besok orang itu akan menghadap Tuhan berdampingan para mukmin segala, dengan ulama samudera, dan burung-burung di langit bersama sama memohonkan ampun kepada Hyang Widdhi. begitu pula malaikat-malaikat memohonkan ampun, yang mendapat siksa dari Tuhan, ialah: orang yang mengajar dengan maksud menjual ilmu, bersifat loba tamak, serakah. Di kelak kemudian di ikat dengan api neraka, orang-orang mukmin yang tersiksa, yang berdosa waktu itu, akan lebih dahulu keluar dari dalam api, orang-orang alim yang mendapat murka, yang mengajar dengan menjual ilmunya, akan keluar terakhir dan mendapat marah tiada mendapat manis sedikitpun.
PUPUH 06
DHANDHANGGULA
01. Dalam tafsir akhir diceriterakan: akhir siksa bagi orang-orang mukmin yang berdosa di dunia, desudah mengalami dua alam, kemudian akhimya keluar juga dan masuk surga, juga dua alam. Bumi dan langit datang pada akhir hari kiyamat, itulah yang disebut sang alam.
02. Setelah dua alam Hyang Maha Mulia bersabda: orang-orang kafir sekal ian, janganlah ada yang memhon minta keluar dari api neraka. Orang sewaktu di dunia tiada malu-malu menjalankan hal-hal yang halal karena butuh makan dan pakaian serta sebagai bekal naik haji ke Mekah, itu sangatlah utama.
03. Jeng Nabi bersabda, mengambil dari ajaran tapsirah: laki-laki dari perempuan. Pentingnya orang-orang mukmin memperhatikan ilmu agama rasul. Kadis ahyapun menyebut: orang-orang yang najis, laki-laki dan perempuan, belajarlah huruf-huruf arab, bergurulah kepada bangsa arab, agar tahu aturan agama, mengerti bahasa Arab.
04. Dalam kitab dalial tersebut, tafsir surat asra dan kitab anwar tercatat : orang-orang mukmin wajib menyembah kepada empat orang, pertama kepada ayah, kedua kepada ibu yang kedua-duanya Islam.
05. Ketiga kalinya kepada raja yang adil, .Kyai Ahman berkata : yang dimaksud ngadal: adalah orang Islam, yang sesudah Jeng Nabi mangkat, bertobat dari dosa besar dan dosa kecil, bertobat kepada Hyang Widdhi , dan sungguh-sungguh akan menepati melakuk sembahyang.
06/07. Dan tiada segan-segan menjalankan sejumlah sunah dari rasullullah yang adil. Keempat kalinya: orang alim yang sangat alim, ialah orang alim yang bila mendapat siksa merasa sangat pedih dan memandang siksa itu sebagai baktinya. Sabda Hyang Agung dalam kitab uddi, demikian perintahnya: hai orang Islam semuanya, janganlah sayang dan janganlah pura-pura tiada tahu kepada orang-orang yang berbuat dosa, dalam kitab insan kamil sudah disebut: masuk naranalala.
08. Orang yang sewaktu di dunia acuh tak acuh atau tiada menaruh perhatian terhadap orang-orang bodoh yang berdosa, atau rela umpamanya kepada perbuatan perbatan dosa semacam itu, kemudian kelak pada hari kiyamat tiada mendapat pertolongan, karena acuh tak acuh sewaktu di dunia.
09/10. Dalam kitab tapsirah tersebut: orang-orang mukmin wajib mempelajari huruf-huruf dalam bahasa Arab, dengan mempelajari Islam supaya mengerti aturan-aturan, usul fikih bercerita bersembahyang itu mudah bagi orang Islam yang sangat bodoh sekalipun, yang tiada dapat membaca fatekah dan membaca sunah, lebih-lebih tiada dapat membaca kitab qur’an, membaca dzikirpun cukuplah, sudahlah lama dengan membaca fatekah, sehingga sholatnya dianggap syah, karena Tuhan Maha Murah.
11. Bila dzikirpun tiada dapat, cukuplah dengan berdiri dan tetaplah penting tinggal selama membaca fatekah sudahlah syah sholatnya. ltu karena Hyang Agung bersifat murah. Jeng Nabi bersabda: orang-orang ulama lebih utama dari pada orang-orang bodoh yang bersholat.
12. Jeng Nabi bersabda: tidaklah orang-orang ulama menjadi kepercayaan Tuhan yang maha luhur, sewaktu orang alim yang tiada berkumpul dengan orang banyak. Bila kamu ingin tenteram jiwa berdzikirlah sebanyak-banyak-nya.
13/14/15. Sesudah sholat jum’at bersama orang banyak pergi nyepi, menyepi ke tempat yang sunyi. Centera, petikan kitab Nabihat Jeng, Nabi bersabda : lngatlah, orang yang tiada diterima sholatnya ada sepuluh macam. Yang pertama : orang bersholat tetapi melaksanakan hal, yaitu tiada sholat jum’at bersama orang banyak, yang kedua : bersholat, tetapi tiada melakukan hal, tiada memberi zakat, yang ketiga : bersedia menjadi imam, tetapi yang makmum dibenci senitia, yang keempat : bertanya kepada orang yang lari dari Tuhan, apa sebab-sebabnya. ltu wajib bagi orang Islam, yang kelima : juga orang minum-minuman keras, selamanya tidak akan diterima lagi. Yang keenam : perempuan yang ditinggal mati suaminya, sedang suaminya itu orang Islam dan masih merasa kesedihan karena ditinggal mati itu sholatnya tidak syah.
16. Yang ketujuh: perempuan yang sembahyang dengan makmun kepada abdi laki-laki, dan bukan makmum kepada orang yang, merdeka. Kedelapan: raja yang keji, sembilan siapa saja yang makan riba, yang kesepuluh: orang mengerjakan sembahyang, tetapi tidak berusaha mencegah perbuatan dosa.
17/18. Demikian juga, seorang laki-laki berbuat jina, tidak akan diterima sholatnya, tidak mendapat ampunan, bahkan makin bertambah jauh, ada juga disebutkan dalam kitab, ialah dari kitab subkah, sembahyang lima kali itu seperti orang mandi merendam diri dalam bengawan tiap kali sehari semalam, pasti hilang najis orang itu, dan lebur setiap dosanya serta taubatnya, ada lagi pendeta yang mengatakan, apa ingin masuk surga yang pertania kali apabila telah sampai waktunya sholat lalu menginjakkannya, dan tidak mengakhirkan, karena neraka jahanam tempatnya.
19. Siksa bagi orang mukmin yang mangakhirkan waktu sholatnya, dalam kitab Al-Qur’an sebagaimana disebut dalam ayatnya diajarkan, bahwa neraka jahanam tempatnya, jadi siksa bagi orang yang mengakhirkan sholatnya tiga kali, juga orang yang berbuat dengan maksud mendapat pujian dan orang itu kumet namanya.
20. Dalam kitab Juwahir disebutkan, lama-lama orang mukmin yang mendapat siksa di neraka jahanan itu sebenarnya Hyang Maha Agung tidak melihat yang tampak dalam perbuatan, tetapi Hyang Maha Mulia hanyalah melihat kesucian hati jauh dari takabur, dan minta sanjungan.
21. Suatu perbuatan akan dicema apabila dalam hatinya tidak ada niat sanjungan, tidak angkuh dan banyak amalnya, ketahuilah bahwa baik mukmin laki-laki maupun perempuan, bacaan bagi orang yang sedang sakaratul maut ada lima macam jumlahnya, apabila orang yang sedang sakaral maut melihat lima
22. lalah suatu pertanda habisnya kehidupan, tetapi apabila orang itu belum melihat kelima cahaya itu masih panjang umumya, adapun warna kelima cahaya itu ialah: hitam, merah, kuning, hijau dan putih, apabila melihat cahaya yang berwama hitam agar cepat membaca lailaha illalah.
23/24/25/26. Tidak ada Tuhan, hanya satu dan Muhammad adalah rasullulah, Nabi Muhammad sebenamya utusan Allah, cahaya hitam itu adalah cahayanya setan, dan apabila anda melihat kepada cahaya merah itu adalah cahayanya setan yahudi, lalu bacalah : lailaha illalah hu hu hu yang artinya tidak Tuhan kecuali hanya Allah saja, ialahTuhan yang sebenar-benarnya, apabila anda melihat cahaya hijau, kuning itu, cahaya setan nasrani, namanya, dan segeralah baca: lailaha illalah dan hu hu hu yang artinya tiada Tuhan kecuali Allah ialah Tuhan yang sesungguhnya, apabila anda melihat cahaya hijau, itulah cahaya Jibril, dan segeralah baca takabalahu dan hu hu hu yang artinya mudah-mudah yang maha luhur menerimanya, adapun hu ketiganya berarti yang membuat jagad raga dan membuat sendiri makhluk hidup dengan sendiri tanpa ada yang membantunya.
27. Apabila ini bacaan sahadat itu berarti mukmin itu telah mini, tetapi apabila orang itu mati dan mengucapkan sahadat itu pada saat cahaya hitam juga berarti matinya kafir, dan bernama kafir jahilliah, oleh karena itu perbanyaklah berdikir, ingatlah bahwa akan meninggal.
28. Apabila teringat sahadat bersama-sama cahaya merah, matinya orang mukmin, bilamana lupa mengucapkan sahadatnya maka disebut matinya kafir yahudi, dalam hal ini agar orang Islam semua berhati-hati dan air dibaca puji-pujian, apabila teringat kepada bacaan sahadat saat cahaya kuning kelihatan disebut mukmin kasi.
29. Apabila lupa mengucapkan sahadat itu disebut mati kafir nasrani orang itu, berhati-hatilah dan berdikirlah kepada Hyang maha agung dan juga Nabi muhammad, bilamana ingat kepada sahadat cahaya hijau ialah disebut mukmin kasul kasi.
30. Apabila orang itu lupa mengucapkan sahadat, disebut mati kafir karamiah, maka ingatlah anda kepada Hyang Agung, janganlah hanya terburu akan kebahagiaan di dunia, hal itu membuat orang lupa berbakti kepada Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang disunatkan.
31. Apabila ada orang melihat kepada cahaya yang lebih putih, Nabi muhammad namanya, segera bacalah huhu , yang artinya ya Allah dan ya Muhammad, apabila kacamata dipakai untuk membaca ai qur’an, kacamata itu tidak tampak.
32. Apabila ada orang mati melihat cahaya lebih putih, lebih sempuma matinya, pasti orang itu teringat sahadat yang diucapkannya, karena itu para wali itu kelihatan, dan sudah tentu para Nabi yang jumlahnya duaratus ribu dan dua puluh empat kelihatan.
33. Sedang yang disebut najis batin jumlahnya tujuh macam : merusak yang dijual, semua amalnya, dan hilang kebaktiannya, disiksa di neraka jahanam orang itu, yang satu berbuat kebaikan dengan niat ngujub.
34/35. Artinya ngujub ialah berbuat kebaikan-kebaikan seperti sholat lima kali sehari semalam dan sedekah, berpuasa naik haji biar dihormati orang lain sesamanya, hadis Juwahir menyebutkan apabila ada orang mama yang memohon kepada Tuhan supaya dikagumi sesama manusia, termasuk catat dan akan masuk neraka jahanam: tidak diterutama amalnya dan semakin besar dosanya, yang kedua orang ria yang artinya mereka berbuat amal dengan tujuan dalam hatinya agar mendapat pujian dari sesamanya. hal ini juga tidak akan diteirima dan semakin besarsik saannya.
36/37. Yang artinya orang itu tidak akan disiksa, yang keempat orang yang takabur, minta sanjungan fail semakin angkuh, lain lagi mereka merasa berlebihan, tidak akan diterima amalnya, dan bahkan semakin besar siksanya, seperti disebutkan dalam hadis subkah : “siapa beramal dengan maksud dipuji orang selain Allah, maka berfirmanlah Tuhan supaya minta surga kepada mereka yang memujinya.
38/39. Hyang widdhi bersabda kepada segenap malaikat: manusia yang minta sanjungan agar diseret dan dijungkirkan ke neraka jahanam, sebagaimana diceritakan dalam hadis Juwahir: siapa beramal dengan tujuan agar ditiru orang lain: dan tidak mau berbakti, yang demikian akan mendapat surga baik, yang ke ima orang disebut kasud yang artinya mengharap-harap agar kenikmatan semua orang Islam dihilangkan dan supaya disetujui semua manusia, orang demikian itu disebut dengki.
40/41/42. Sebagaiman disebut dalam keterangan pendeta balngum, bahwa lidahnya menjulur-julur matinya kafir dari doanya dengan dido’akan supaya melarat. Nabi musa bersabda seperti disebut dalam Juwahir tentang arti dengki ialah manusia yang mempunyai keinginan menjadi orang berpangkat, apabila hal ini terdapat pada orang Islam akan menghilangkan annainya, yang keenam orang yang sering membicarakan cacad orang lain, maka orang yang menceriterakan hal itu amalnya akan tertutup orang yang dicerca, yang ketujuh orang yang suka mengadu atau disebutkan tumbak cucukan : ini akan merusak amalnya. lni akan ditutup amalnya dan digunakan kepada orang yang dicerca seperti disebutkan pada kitab Adkiya ada penebus dosanya itu bagi orang yang mencerca orang lain, agar diikuti dengan segera memujiinya seketika itu.
43/44. Sesudah orang tersebut memberi pujian, maka segera Tuhan menurunkan ampunan dunia dan akhirat, agar rahmat Hyang widdhi dapat menutup dosa pribadinya, dan masuklah ke surga bagi orang yang bertobat setelah mencerca orang lain itu, bagi orang yang mencerca tersebut tidak bertobat, maka masuklah ke neraka, meskipun bertobat masih jelek, hadis tapsirah menyebut sebagaimana kanjeng rasul memberitahukan dalam hukum kitab asra datanglah siksanya bagi orang yang berkuku panjang.
45. Dalam kitab asar disebut juga bahwa siksa bagi orang yang makan riba, dan memeras sesamanya, orang demikian itu kepada kepalanya akan dicurahkan sungai yang mengalir darah dan akan di lempari batu oleh malaekat, orang itu menjerit-jerit minta pertolongan agar dinaikkan dari bengawan berdarah tersebut.
46/47/,48. Tersakit-sakit ia menangis, tetapi bagi yang beragama Islam lama-kelamaan akan di lepaskan dari siksa, bersabdalah kangjeng rasul : “orang Islam yang mengetahui bagaimana kebaktiannya musa kepada Hyang Agung, dan juga melihat mukanya orang alim yang hanya berbakti kepada Hyang Widdhi berta siapa saja makan bersama ulama, maka mendapat pahala lahir batin sebagaimana dikasihi seperti Nabi, bersabdalah juga kangjeng rasul, mudah-mudahan Tuhan selalu mengasihi kepada mama yang selalu giat mengajar kebaikan, karena hal itu adalah suatu langkah keutamaan, dari Tuhan akan dilimpahkan pahala yang besar. untuk itu melebihi orang yang sembahyang seratus bulan, kangjeng Nabi bersabda lagi : “siapa saja yang berbakti . . . . . . . . . . selama tujuh hari, itu dIsamakan berbakti kepada Hyang Widdhi, sebenamya orang yang demikian itu berarti menyembah kepada Hyang Agung selama 7.000 bulan lamanya, padahal Allah setiap harinya menyamakan pahalanya dengan orang sabil dari 1.000 orang dalam sehari.
49/50/51. Kangjeng rasul bersabda lagi, bahwa sebagaimana disebut dalam kitab rustatal suatu kebahagiaan bagi orang Islam miskin yang memberi pelajaran dengan penuh kesabaran, meskipun orang itu dihinakan oleh manusia lain waktu herada di dunia, tetapi ia akan merupakan bunga di hadapan Tuhan di hari kiyamat kemudian, ada juga diceriterakan oleh kangjeng rasul, bahwa siapa saja yang mengasihi kepada orang yang miskin itu seperti apa yang dikeakan oleh semua Nabi, sedang orang yang membenci kepada orang miskin, disebut kafir firaun namanya, demikian juga diceriterakan oleh Nabi bahwa orang yang mcneintai kepada fakir, maka apabila orang itu memohon surga sudah pasti Allah yang maha mulia akan mengasihi, juga kepada orang kafir yang memelihara kecukupan hidup keluarganya, merupakan suatu bukti kebaktiannya kepada Hyang Widdhi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah.
PUPUH 07
KINANTHI
01/02/03. Disebutkan dalam kitab subkah dan kitab daka oleh kangjeng Nabi waktu beliau melewati kuburai ada dua orang disiksa karena dosanya yang kerena, dan bukan karena dosa yang besar ialah satu dosanya waktu berak dan kencing tidak mengucap doa sedang kencingnya tidak pantas juga.
04. Sedang yang seorang lagi karena memaki-maki dengan menyebutkan anjing, orang yang panjang mulut yang berusaha agar tetangganya orang Islam satu dengan yang lain bertengkar.
05. Bila orang telah bangkit dari kubur, maka bagi manusia yang memaki-maki dan juga bagi orang yang suka berbohong dalam kata-katanya, yang sukanya cerewet, mulutnya akan dibalik dan di letakkan di atas tengkuknya.
06. Seperti disebut dalam kitab fikih, tentang pentingnya orang bersuci ialah menghilangkan tiga hal : ialah hilang rasanya, baunya dan hilang rupanya.
07. Dalam kitab mustahal disebutkan, sebenamyaaiiah tidak melihat tingkah laku manusia, tetapi yang dilihat pemikirannya lahir dan batin.
08. Menurut pengertian di atas sebenamya Hyang Widdhi tidak menerima kebaktian seseorang meskipun ia bagus rupanya.
09. Adapun yang disebut baik ialah menjauhi dari semua najis , yaitu-najis lahir dan batin, sebagaimana disebutkan dalam hidayah, ialah dan Juwahir bahwa menghilangkan najis itu ialah raja dari segala najis.
10. Adapun najis yang terberat ialah kafir kepada Allah dan rasulnya, sebagaimana disebut dalam semarakandi, niftah , setudurat, bayan dan tasdik bahwa yang menyebabkan demikian itu karena orang meninggalkan sholat.
11/12. Najis yang kedua karena orang tidak mu berzakat, berusaha dan naik haji , berzina, memegang dubur, berzina dengan istri orang lain, membunuh sesama mukmin, merusak agama Islam, berjudi , minum minuman.
13. Juga membakar rumah dengan maksud merampas hartanya orang mukmin itu, menipu, membagal, meracun, menenung serta sihir semuanya menyebabkan najis.
14 . Surat al-baqarah disebutkan, bahwa sihir dan tentang membuat orang menjadi kafi, yang menghi angkan najis itu disebut dalam kitab Al-Qur’an dan fikih.
15. lbnu Abas berkata, bahwa najis yang ketiga dan kedua termasuk dosa besar yang jumlahnya tujuh puluh macam, adapun yang menghilangkan najis tersebut seperti termuat dalam kitab fikih mukazar masahil.
16. Menurut sujak, tahrir, makalahu, anwar dengan kunawi, ramli dan lbnu Hajar, bahwa yang disebut najis batin ialah takabur, berkata ria, sombong serta dengki.
17. untuk menghilangkan najis batin telah disebut dalam kitab subkah, Juwahir, bidayah, Adkiya, tapsirah, hadis, mawal ingah, munabihan, munabihan, tamhid, minhan, julngabidin.
18/19/20/21/22. Juga pentingnya wudhu ada enam hal : yang pertama berniat, yang kedua membasuh muka dari tepi muka janggut yang kulitnya kelihatan pada waktu siang cerah, apabila ada teman yang tebal janggutnya dIsarankan mengambil air wudhu, dalam hal ini disarankan didahulukan bagian muka atas, yang ketiga, membasuh kedua tangan sampai pada sikunya, dan disunatkan ke bagian yang lebih atas dari kedua lengan tersebut.
23. Apabila kebetulan ada orang yang mempunyai enam buah jari atau lebih ………….. pada kakinya.
24/25. Yang keempat membasuh bagian kepala yang di tumbuhi rambut, kelima membasuh kaki, dan disunatkan lebih ke atas mendekati kedua lutut, sedang yang keenam tertib yang berarti sesuai dengan urutannya tak dapat dibolak-balik, apabila dibalik, maka wudlu dianggap tidak syah.
26,27,28,29. Adapun syarat syahnya wudhu, bagi orang Islam tidak menghalangi keluamya air untuk kepentingan wudhu, sedangkan yang membatalkan wudhu ada lima hal : pertama keluar mani, kedua tidur dengan duduk dan berdiri ketiga kehilangan akal, keempat bersentuhan dengan bukan muhrimnya yang sama besar padahal bukan ibu, bukan anak bukan kakak bukan adik, bukan uwak, dan bukan iparnya.
30. Yang kelima sedang datang bulan, bersentuhan dengan kemaluan laki-laki maupun perempuan menyebabkan batal wudhunya,
PUPUH 08
SINOM
01/02/03. Suatu kewajiban bagi semua mukmin supaya mengagungkan Hyang Widdhi, wajib mengerjakan sembahyang lima kali sehari semalam, yang takbirannya juga lima kali ialah Allahu akbar yang berati Allah yang maha agung, dan merupakan kewajiban orang mukmin semua mengagungkan nama Allah dengan banyak memuji namanya sebanyak tujuh belas kali, adapun untuk itu lafalnya alhamdulillah yang artinya segala puji kepunyaan Allah yang mencipta alam dunia, juga mengucap robilalamini, yang artinya Tuhan yang menguasai segala alam, kemudian rohmanirahim yang maha murah di dunia dan mulia asih di akhirat, lalu maliki yaumidin, yang artinya raja di hari kiyamat.
04/05/06. lafal untuk mengagungkan nama Allah sehari semalam merupakan kewajiban bagi orang mukmin membaca al fatekah tujuh belas kali banyaknya. adapun makna lafalnya kanak budu bahwa sembah baktinya kepada Tuhan, semoga memberi pertolongan kepada di rinya yang lemah. memang menjadi kewaj iban bagi semua mukmin memohon pertolongan dari Hyang mahaagung supaya selalu dikuatkan agamanya. Lafal iyakanastangin yang artinya hamba mohon pertolongan Tuhan, semua orang mukmin semoga diberi kekuatan dalam agama islam, semoga Tuhan menghancurkan para orang kafir, ada tujuh belas hal yang merupakan kewajiban bagi semua orang mukmin agar diberi petunjuk dari Tuhan yang maha kuasa, semoga dikuatkan iman dan mohon agar ditambah.
07/08/09. Bagi orang mukmin mempunyai kewajiban tujuh belas kali dalam, sehari semalam dalam melaksanakan imannya, agar ada perbedaan imannya manusia dengan jin, dan semoga selalu ditambahi berilmu, adapun lafal ihdinas siratal mustaqim, artinya ya Tuhan semoga memberi petunjuk kepada keimanan dan agar selalu diberi ilmu yang benar, mudah-mudahan semua orang mukmin diberi petunjuk agar memuji kepada Tuhan, mengenai lafal siratal ladina an ngamta ngalaihim artinya agar keimanan para Nabi dan semua wali kepada Tuhan agar selalu mengasihi kepada hamba semua dan semua mukmin.
10. Ghohiri lmandubi itu menipunyai pengertian agar semua kafir yahudi yang mendapat murka dan selalu memusuhi kangjeng Nabi dan tidak mempercayai kitab Taurotnya, orang yang kafir kepada Taurot itu berarti juga tidak mempercayai terhadap semua kitab yang jumlahnya seratus em pat buah.
11. Lafal walalladina juga selain kafir nasrani semuanya yang ingkar dan memusuhi kangjeng Nabi lsa, kafir nasrani itu ingkar akan kitab Injil, orang yang tidak percaya kepada kitab Injil berarti juga tidak percaya kepada semua kitab yang ada.
12. Siapa yang tidak mempercayai salah satu Nabi berarti orang itu tidak percaya kepada semua Nabi, demikian juga barang siapa tidak mempercayai salah satu kitab atau satu kalimatnya akhimya termasuk orang yang kafir terhadap kitab yang jumlahnya ada seratus empat.
13. Adapun menjadi kewajiban bagi orang mukmin semuanya selalu sujud kepada Hyang Widdhi tujuh belas rukun sehari semalam, dan tumaninah juga sejumlah tujuh belas kali sehari semalam. lni merupakan hal yang wajib dilaksanakan oleh semua mukmin.
14. Arti rukuh di sini merasa bahwa dirinya sangat kecil dan tidak berharga, maka merupakan kewajiban bagi semua mukmin selalu istidal kepada Tuhan sebanyak tujuh belas kali dalam sehari semalam dengan tumaninah yang jumlahnya sama. dalam istidal itu di iringi permohonan semoga Allah selalu menerima segala puji diri semua orang mukmin.
15. Ya Allah, bahwa hamba adalah kepunyaan Allah dan puji semua makhluk di langit dan bumi lapisan ketujuh dengan semua benda yang tidak terbilang hanyalah ditujukan kepada Allah saja.
16/17. Juga wajib bagi mukmin bersujud kepada HyangWwiddhi sehari semalam tiga puluh empat kali, adapun berdirinya sholat itu ada tujuh belas kali, demikian juga semua duduknya di antara sujud wajib duduk lagi dan tumaninah sejumlah tujuh belas kali sehari semalam, dalam duduk tumaninah itu dengan permohonan semoga Tuhan memberi ampun semua dosa hambanya.
18. Juga semoga Tuhan mengasihi diri hamba dan berilah hamba rezeki, dan ampuni semua dosa hamba kepada Tuhan terimalah sembah hamba, tunjukkilah badan hamba kepada ajaran Islam serta tunjukkanlah agar hamba terhindar dari penyakit, dan semoga doa hamba hanya tertuju untuk Allah sendiri.
19/20. Pengetahuan dan aural perbuatan hamba maupun sembahyang hamba dua puluh kali sehari semalam, dan terimalah semua sholat semua mukmin dua ratus empat puluh empat jumlahnya.
21. Sholat subuh tiga puluh dua kali , dhuhur lima puluh, asar lima puluh enam, mahgrib empat puluh empat, dan Isa lima puluh enam jumlahnya. lni perlu dan wajib diketahui oleh segenap mukmin.
22. Kerjakan sembahyang dalam sehari semalam kepada Tuhan yang maha mulia artinya duduk pada tahyat akhir sehari semalam wajib dikerjakan lima kali, demikian juga duduk dan mengucap dua kalimah sahadat.
23. Merupakan wajib bagi orang mukmin berdoa kepada Hyang Suksma, memohon petunjuknya dan rahmatnya, kepada Nabi muhammad mengucapkan lafal Allahuma salingala muhammadinas yang berarti tambahlah ya Tuhan rahmat kepada Nabi muhammad yang merupakan rasul terakhir.
24. Wajib juga bagi orang Islam selalu berdoa kepada Hyang Widdhi mohon keselamatan dunia atas raganya, dan agar segenap mukmin berbudi shaleh dan kuat doanya siang maupun malam ialah lima kali di waktu, siang dan malam kepada Tuhan dengan penuh kekusukan.
25. Assalamu alaina, dalam hal ini berarti mudah-mudahan Hyang Widdhi memberi keselamatan, sedangkaan wangalai badillaIsalikin merupakan permohonan semoga semua umatnya yang tekun baktinya diselamatkan dari bencana.
26. Salah satu hukuman yang diderita oleh salah satu alim sama juga dengan hukuman kepada Nabi dan berati pula hukuman Allah, siapa yang mendapat hukuman dari Allah akan ditempatkan di neraka dikemudian hari.
27/28. Siapa yang mendapat kesenangan bagi salah satu orang alim seperti juga kesenangan kepada kangjeng Nabi dan sebagai kebahagiaan dari Tuhan, siapa yang menyembah kepada Hyang Widdhi di hari kemudian ditempatkan di surga, dan siapa yang mencintai Islam berarti mencintai dirinya sendiri, sebaliknva orang yang benci kepada orang Islam berarti membenci dirinya sendiri, sebagaimana disebut dalam, Juwahir dan kitab Adkiya diperitahkan bersahabat dengan semua orang mukmin, ini disebut salat dalam.
29. Salat daim ini agar tak henti-hentinya berdikir dan agar dikuatkan membaca salawat dan membaca Al-Qur’an, sebagai dicontohkan oleh para Nabi dan para wali, hal ini agar ditiru karena merupakan pekerjaan yang baik. ltulah juga merupakan pertanda orang mendapat kasih dari Allah.
30/31. Hadis Juwahir bersabda: apa yang dikerjakan oleh orang mukmin sebagaimana dIsabdakan oleh Hyang Suksma membaca Qur’an di ikuti dengan mengerti apa yang diucapkan dan apabila dapat ucapannya, dapat mengartikan maknanya orang seperti disebut Tuhan lnsan kami. lni diceriterakan dalam lain Qur’an akadiyah dan Qur’an wastahuluhivah, adapun bahasa huluhnya wandat makiyati , hulublyatil, hulubiyat namanya, yang jumlahnya seratus empat buah. ltu semuanya disebut purhan.
PUPUH 09
PUCUNG
01/02/03/04/05/06/07/08/09. Semua makhluk hidup berasal dari cahaya muhammad yang disebut dengan sinar muhammad, yang pertama disebut ahyat-asitah, yang kedua disebut adam mukim; ketiga roh ilapi, keempat roh-rabani, kelima bernama imam mubin, keenam kaenmul, ketujuh hanjalkapi, kedelapan badrula lami, kesembilan adam awal, kesepuluh kalam, kesebelas rasul olahi, keduabelas roh-rahmani, ketigabelas alam pakir, keempatbelas alam-labir dan masih ban yak lainnya lagi, ada juga disebut asal sholat lima kali itu dari cahaya muhammad – johar – awal ya roh – ilapi, roh ilapi itu adalah nyawa dari kangjeng rasul, adapun, asalnya nyawa karena dari sifat jalal (indah) dan jamal (kemuliaan Allah) dan karena dikehendaki oleh Allah.
10/11/12/13/14. Menurut ajaran kuna bahwa Tuhan memerintahkan agar para ulama mengambil pelajaran dari kitab Durat, sarat, mupitalmilani, patakul mubina dan kitab asanu-sa, dengan sifat kahar dan ipt ikar menyebabkan manunggalnya antara Hyang Widdhi dengan makhluknya, adapun yang termasuk sifat kahar itu ialah kodrat, iradat, ilmu hayat, kadiran, muridan, ngaliman, hayan, wandangiyah, kesembilan itu ada pada Hyang Widdhi, demikian juga kedua sifat yang dapat mengetahui semua alam.
15/16/17. Untuk mengetahui alam seperti telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat anbiya, yang isinya menceriterakan Nabi Ibrahim dibakar oleh orang kafir, tetapi tidak ada selembar rambutnya yang terbakar, hal itu menunjukkan sifat yang mahakaya dari Hyang Agung. Hyang maha mulia memiliki sifat yang jumlahnya ada sebelas.
18/19/20/21/22. Dengan adanya sifat-sifat itu, maka tidak mengherankan bagi Hyang Widdhi menciptakan lain dunia ini, atas sifat dalam menciptakan dalam itulah dikatakan taman memiliki sifat Yang Maha Kuasa, ada perbedaannya dengan makhluk biasa, yang hidup alam dunia ini, mengenai sifat wajib yang sebelas itu adalah kidam, baka, Mukhalafatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyyah, samak, basar, kalam, samingan, basiran, mutakiliman yang termasuk sifat maim kaya.
23. Nyawa rasul disebut johar awal merupakan suatu pertanda adanya Allah, dan bahwa Allah itu lebih berkuasa.
24/25/26/27. Tidak ada yang dicipta terlebih dahulu kecuali cahaya muhammad yang disebut nyawa rasid, adapun tempat penyimpanannya di dalam suatu ruang yang tidak jelas kelihatan sedang yang menyimpan nyawa tersebut adalah Allah Yang Maha Kuasa, kemudian diperintahkan segera berwujud johar awal tidak segera bersujud, dan bahkan mengaku bahwa ia telak ada dengan sendiri, johar awal diperintahkan agar membuat alam, tetapi tidak dapat melaksanakannya, johar awal merasa bahwa dirinya tidak berdaya, tamak kemudian ia bersujud dengan seksama, johar awal bersujud lima kali kepada Hyang Widdhi.
28/29/30. Setelah itu Tuhan mernetintah kepada johar awal membuat roh dan dirinya sendiri, setelah itu menjadi raja. Nabi muhammad segera bangkit dan bersiap melakukan sembahyang lima kali, johar awal tidak mau menyembah kepada Hyang Widdhi, karena dikehendaki Hyang Suksma maka ia mau bersembahyang lima kali, sebenarnya semua tingkah perbuatannya sudah pasti dari Tuhan Yang Maha Mulia.
31. Sholat subuh, luhur, asar, magrib dan lsa itu karena diperintah olah Nabi supaya memuji subkanallahi dan alhamdulillah serta Allahuakbar.
32/33. Dalam perintahnya membaca alhamdullilah yang kelimanya menunjukkan kepada waktu luhur yang berjumlah empat rakaat, waktu melakukan sembahyang supaya mulut, mata, telinga dan hidung terpusat.
34/35/36/37/38/39/40. Sebagai dititahkan oleh Hyang saksma kepada rasul bahwa yang harus diucapkan dalam asar dan lsa juga ada empat rakaat, pada waktu menghadap itu agar ucapannya di longgar-kan, dengan demikian juga dalam melakukan sholat subuh yang jumlahnya dua rakaat agar kesemuanya dikabarkan kepada umat manusia, dari kedua rakaat itu yang satu menghadapi badannya, sedang yang kedua nyawanya, dari kelima sholat dalam setiap sembahyang itu di tiap rakaat wajib membaca al-fatekah, perlu diketahui oleh segenap orang mukmin bahwa pada, waktu Nabi Adam bersembahyang pada pagi subuh diperintahkan oleh Tuhan meninggalkan surga dan turun kedunia jatuh dipegunungan ceylon, peristiwa tersebut terjadi pada malam yang gelap gulita bertepatan hari jum’at, karena waktu Nabi Adam turun di pegunungan ceylon itu sudah tampak kemerah-merahan di bagian timur, maka beliau dengan segera melakukan sembahyang dua rekaat agar Tuhan segera melepaskan Adam dari kegelapan.
41/42/43/44/45/46. Pada waktu Adam bersembahyang itu pada rekaat pertama dengan permohonan agar malam segera berganti siang sedang pada rekaat kedua supaya kegelapan berganti dengan suasana terang benderang. ltulah asal mulanya tanya sholat subuh dua rekaat, adapun sembahyang dhuhur empat rekaat semula dilakukan oleh Nabi Ibrahim saat beliau diperintahkan Tuhan menyembelih putranya Ismail dalam bulan haji, pada waktu bulan haji (zulhijah) Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail, karena itu perintah Allah maka segera di laksanakannya, pada saat Ibrahim akan melakukan penyembelihan itu bertepatan dengan saat dhuhur, dan beliau dengan melihat ke arah empat kiblat, akhimya oleh Allah putranya yang disembelih itu digantikan dengan kambing, sedang Ismail sendiri masih hidup, oleh karena itulah maka ayah Ismail (Ibrahim) bersyukur segera beliau melakukan sembahyang dhuhur empat rekaat.
47/48/49/50. Rekaat yang pertama syukur karena Ibrahim tidak jadi menyembelih putranya, rekaat kedua bersyukur karena putranya digantikan dengan kambing, adapun rekaat yang ketiga bersyukur karena hilang semua kesedihannya, mengenai sembahyang asar di lakukan oleh Nabi Yunus, saat Nabi ditelan oleh ikan, saat Nabi Yunus meninggalkan kerajaan karena beliau sedang meninggalkan kerajaan karena tidak dipercaya oleh orang kafir, mereka tidak mau masuk Islam.
PUPUH 10
DANDANGGULA
01/02/03/04. Sebagai diceriterakan pada saat Nabi Yunus sampai di kerajaan diperintahkan oleh Allah agar menyampaikan berita kepada semua orang kafir agar mereka membaca illaha illalah, juga Nabi Yunus diperintahkan oleh Allah agar mengislamkan orang-orang kafir, dan disuruh membaca kalimah tersebut, apabila orang-orang kafir tidak mau, agar disampaikan bahwa perintah itu berasal dari Allah sendiri, dan akan disiksa bagi mereka yang tidak mau masuk Islam. Islam adalah menyelamatkan hidup dunia dan akhirat, setelah Nabi Yunus sampai di kerajaan dengan penuh kebijaksanaan menyampaikan perintah Allah tersebu,. hai segenap manusia, masuklah kamu kepada agama Islam sekarang ini juga, apabila kamu tidak mau sudah pasti akan datang siksa dari Hyang Widdhi, bila kamu mau masuk Islam akan naik ke surga agung, selamat dunia dan akherat, ” orang-orang kafir tidak mau menurut perintah dan tidak ada yang percaya, mereka berkata kepada Nabi Yunus, akan mau masuk Islam apabila siksa itu, benar-benar datang, tetapi apabila ternyata siksa itu tidak datang maka mereka tidak mau masuk agama Islam, mereka tidak percaya kepada perintah Nabi Yunus. Nabi Yunus segera pergi dengan mengucapkan, “silakan rasakan sendiri, akan hancur leburlah kamu sekalian”.
05. Setelah Nabi Yunus jauh dari kerajaan datanglah siksa kepada meraka sangat – pedulinya orang-orang kafir yang menyaksikan kemudian takut akan siksa tersebut, mereka berpendapat apabila siksa itu datang sudah tentu orang satu kerajaan akan akan habis termakan dalam neraka.
06. Setelah itu orang-orang kafir semuanya masuk Islam dan membaca kalimat yang diperintahkan oleh Nabi Yunus, seketika itu juga terhindarlah mereka dari siksa tersebut. Nabi Yunus tidak mengetahui apabila orang-orang kafir tersebut telah disiksa dan bagi orang-orang kafir dalam kerajaan yang tidak percaya ternyata telah hancur lebur kena siksa karena saat itu mereka belum mau masuk islam.
07/08. Kemudian Nabi Yunus pulang hendak memberitahukan mayat-mayat orang-orang yang terkena siksa, menurut ramalannya mereka seluruh kerajaan itu telah hangus menjadi abu, tetapi tampak dari kejauhan mereka masih utuh. Nabi Yunus khawatir apabila janji Allah itu tidak benar benar terlaksanakan, tetapi temyata semua orang satu kerajaan mati karena kena siksanya, oleh karena itu ……………., Nabi Yunus merasa malu tidak-masuk ke kerajaan karena ancaman siksa tidak akan datang, tidak diketahuinya bahwa mereka masih kafir.
09. Nabi Yunus merasa jengkel dan malu, maka kemudian Nabi Yunus pergi meninggalkan kerajaan dengan rasa jengkel dan marah, maka Nabi Yunus pergi mengikuti pedagang yang pergi berlayar, ia minta menumpang kepada pedagang itu, pada perjalanan berlayar itu berkatalah beliau kepada para juragan, bahwa beliau akan ikut menumpang, atas permintaan Nabi Yunus itu mereka menjawab satu persatu dengan menyilakan kepada Nabi Yunus, menurut kehendaknya.
10/11/12. Setelah Nabi Yunus masuk dalam perahu segera layar dihentangkan dan kemudian dipasangnya, selama perjalanan di tengah samodra itu terdengarlah riak gelombang air berulang-ulang, sesudah lama mengarungi samudra tiba-tiba tertambatlah perahu itu sejenak, tidak dapat melanjutkan perjalanannya, perahu itu mundurpun tak dapat juga, oleh karena itu para juragan sedih hatinya, setelah itu juragan berpikir berhentinya perahu itu karena ada salah satu kawannya yang melarikan diri, salah satu di antaranya mereka mengerti dan memperhitungkan sebab-sebab apa perahu mereka menjadi terlambat, memang ada di antara penumpang perahu itu seorang yang sedang lari dari Tuhannya. Nahkoda dan teman temannya berkata bahwa mereka bukanlah orang yang lari dari Tuhannya, maka para juragan berpendapat agar diadakan undian dari mereka yang ikut menumpang perahu tersebut.
13. Barisi sampai 6 (hilang) setelah diadakan pembicaraan secukupnya, segeralah mereka berkata, di antara mereka ada yang pandai memperhitungkan dan dengan mempergunakan sesaji.
14/15. Setelah sampai pada undian untuk mencapai siapa di antara penumpang perahu itu yang melarikan diri dari Allah dan mereka berjanji akan dibuang apabila terbukti demikian, dari para juragan dalam perahu segera mengambil satu persatu undian tersebut dan kenyataan mereka tidak didapatkan satu simpulpun, kecuali Nabi Yunus, setelah sampai pada giliran Nabi Yunus mengambil undian itu temyata beliau mendapat simpul, simpul ini memang merupakan pertanda yang berasal dari Hyang Agung, kemudian karena Nabi Yunus terbukti terdapat ciri simpul, maka para juragan bersepakat untuk membuang ke laut. Nabi Yunus pun tidak berdaya apa-apa dan dibuang di tengah-tengah lautan, kemudian dimakan oleh ikan.
16. Selama tiga hari tiga malam Nabi Yunus berada didalam perut ikan, akhimya Nabi Yunus hanya satu hari lamanya berada dalam perut ikan di tengah lautan itu, ada juga sebagian dari mereka berkata, bahwa Nabi Yunus itu berada dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.
17/18/19. Ada sebagian mengatakan bahwa Nabi Yunus dimakan ikan selama tujuh hari tujuh malam, merekapun ada yang mengatakan bahwa Nabi Yunus berada didalam perut ikan selama empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya, oleh karenanya Nabi Yunus segera membaca laillaha illaha anta dan subkanaka innkuntu minaldholimin, lafal ini mempunyai makna tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah itu maha suci, mereka mengeluh ada seorang umat yang licik terhadap Tuhan sehingga menyebabkan kesengsaraan mereka. la meninggalkan tempatnya dan tidak mendapat izin dari Tuhan, meskipun kepergian mereka telah mendapat izin, tetapi akhimya mereka merasa sengsara, untuk itu Nabi Yunus pun bertobat kepada Allah agar mendapat perlindungan dikeluarkan dari dalam perut ikan dan berharap agar dapat dinaikkan dari tengah-tengah samodra.
20. Hanyalah Tuhan yang maha adil, dan maha kuasa yang dapat menolongnya, setelah itu ikan pun menepi ke pinggir lautan dan karena kehendak Tuhan Nabi Yunus disemburkan dengan keras keluar dari perut ikan dan jatuh di pasir dengan memegang undian.
21/22/23. Undian di tangan tertancap di pesisir tumbuh jadi tumbuhan yang lebat yang berdaun lebar, maka Nabi Yunus dapat meneduhkan badannya dari sengatan terik matahari, kemudian datanglah seekor kijang, setelah kijang tersebut melihat Nabi Yunus merasa iba hatinya, kijang tersebut kemudian memberi minum kepada Nabi Yunus di waktu siang maupun sore hari, menurut Nabi Yunus karena minum itu badannya tidak lesu lagi, kekuatannya kembali seperti semula, sebelum meninggalkan kerajaan, ada lagi sebagian dari tilania berkata, bahwa yang dikatakan kijang itu sebenamya seekor badak, memang dikatakan bahwa sama-sama tetapi lain artinya, adapun kijang disebutnya juga wakdantun, sedang warak disebutnya waknikdatun, adapun mujijat Nabi Yunus ialah adanya kijang yang berkata dan undian yang menyebabkan dapat melindungi badannya dan dapat menolak panas.
24/25. Menurut kehendak Yang Maha Kuasa, maka disebut mukjijat yang punya kelebihan dan juga dapat mencelakakan itu karena adanya undian, adapun kayu yang rimbun menunjukkan Nabi Yunus seorang diri yang memberi gambaran kerajaan yang ditinggalkan pergi, atas pertolongan dengan orang-orangnya masuk Islam sehingga berakibat Nabi Yunus dapat kembali lagi ke kerajaan di binesawo, adapun Nabi Yunus tinggal di kerajaan binesawo seratus dua puluh ribu tahun lamanya.
26. Ada lagi sebagian pendeta berkata bahwa tidak hanya seratus dua ribu tahun lamanya, tetapi seratus tiga ribu tahun, sebagian lagi mengatakan lebihnya tujuh ribu dari seratus ribu bulan, ada juga yang berkata seratus tujuh puluh ribu tahun lamanya.
27. Nabi Yunus masih diberi kekuatan sehingga pada waktu asar beliau mengadakan sembahyang, setelah beliau bersembahyang empat rekaat, maka pada saat rekaat pertama Nabi Yunus terhindar dari segala kegelapan dan juga hilang gelombang lautan, oleh karena itu Nabi Yunus bersyukur kepada Tuhan.
28. Pada rekaat yang kedua Nabi Yunus syukur karena telah terhindar dari kegelapaan adanya air laut, rekaat yang ketiga Nabi bersyukur karena gelap malam itu telah hilang, pada rekaat keempat beliau bersyukur juga karena telah terhindar dari keadaan gelap selama berada di dalam perut ikan, itulah sebabnya Nabi Yunus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.
29/30. Nabi Yunus terhindar dari segala kesusahan itu bertepatan pula dengan datangya sholat asar, oleh karena itulah ia selalu bersyukur kepada Tuhan yang maha murah, ada juga ceritera yang berhubungan dengan adanya rekaat di waktu magrib yang jumlahnya ada tiga kali ialah dimiliki oleh Nabi lsa, beliau adalah putera Dewi Mariyam yang di lahirkan di tempat baginda lmran, oleh orang orang kafir beliau disebut Tuhan, demikian juga lbunya Dewi Maryam juga disebut Tuhan, keduanya disebut Tuhan di samping Tuhan Yang Maha Esa sendiri.
31/32/33. Semua kafir nasrani mengatakan Nabi Isa Tuhan, kemudian ia bertobat kepada Hyang Widdhi dan melakukan sembahyang tiga rekaat pada waktu mahgrib dengan penuh kekusukan, pada rekaat pertama lsa mengaku beliau bukanlah Tuhan, pada rekaat yang kedua juga mengaku bahwa ibunya bukanlah Tuhan, sedang rekaat yang ketiga adalah Tuhan diakui Yang Maha Suci. Tuhan benar-benar maha suci yang tidak berputera, tidak punya isteri tidak seperti katanya orang-orang kafir nasrani, bahwa lsa disebut putera dari Hyang Suksma. demikian juga ibunya yang bemama maryam bukanlah isteri Tuhan. lni merupakan anggapan yang keliru dari orang-orang kafir nasrani, dengan anggapan itulah Nabi lsa makin takut kepada Allah dan bertobat dengan melakukan sembahyang tiga rekaat pada waktu mahgrib, dengan ceritera inilah maka Tuhan menetapkan kewajiban sholat bagi manusia pada waktu mahgrib sebanyak tiga rekaat.
34/35. Adapun tentang sholat Isa dimiliki oleh kangjang Nabi Musa, hal ini bertolak dari saat Nabi Musa hendak ke kerajaan mesir dengan isterinya dan anaknya, kangjeng Nabi Sueb, beliau di dalam pealanan itu tersesat di tengah lautan dan tidak mengetahui ke arah mana harus berjalan, kemudian Nabi Musa mendapat pertunjuk dari Tuhan suatu jalan yang sampai ke mesir. Tuhan melindungi dan menyelamatkan pealanan Nabi Musa sejak mendapat kesulitan sampai beliau bertemu dengan isterinya dan juga dengan saudaranya bemama Nabi Harun.
36. Nabi Harun saat itu bertempat tinggal di mesir, tugas kehadirannya ke mesir dari bani lsrail karena diperintahkan oleh Tuhan agar menghancurkan raja Firaun di mesir dengan segenap bala tentaranya yang memerintah mesir dengan kejamnya. Nabi Musa memerangi Firaun di kerajaan mesir, sampai Firaun mati tenggelam dalam laut dan hilang tidak berbekas lagi.
37. Sebelum itu Musa telah mendengar dari perintah Tuhan bahwa beliau akan menang dalam perangnya, perintah itu diterima Musa pada saat datang lsa. Musa mendapat petunjuk dari madiyan di gunung tursina bahwa Nabi Sueb telah memberi izin kepada Musa.
38. Setelah Nabi Musa mendengar perintah dari Tuhan, maka dengan cepat-cepat dengan tidak berkata-kata beliau mengerjakan sholat, yang kemudian disebuat sholat lsak.
39/40. Adapun pada rekaat pertama data beliau mengadakan sholat Isak itu bersyukur pada Tuhan, karena telah bertemu dengan isterinya, rekaat yang kedua musa bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengan Nabi Harun, rekaat ketiga Nabi Musa bersyukur karena beliau menang melawan raja Firaun, sedang rekaat yang keempat Musa bersukur karena senang hati nya mendapat perlindungan dari Tuhan. ltulah asal mulanya sholat Isak yang di lakukan oleh Nabi Musa.
PUPUH 11
KINANTHI
02. Manusia diperintahkan agar tidak bermalas-malas, mengaji, murah dengan orang Islam baik laki-laki maupun perempuan dan juga tidak boleh takabur dengan sesama dengan orang mukmin, merendahkan diri kepada kangjeng Nabi.
03. Hal yang keempat cara mendapat ilmu harus dengan sungguh-sungguh mengucapkan lafal dan jangan sampai berhenti-hentinya.
04. Orang yang lapar merupakan pertanda bahwa mereka hatinya resah, untuk mendapat kejemihan hati itu diperintahkan oleh Tuhan agar semua mukmin setelah subuh tidak tidur sehingga hatinya menjadi kuat.
05. Juga diperintahkan agar tidak bertiduran setelah sholat asar, tetapi supaya menyempitkan akal, sebaliknya diperintahkan supaya segenap mukmin segera tidur setelah sholat lsak agar dapat bertambah sehat akalnya.
06. Bersabda pula kangjeng Nabi, supaya orang jangan kebanyakan makan, karena itu akan mengeraskan hati, hingga mata hati jadi gelap, kalau mengurangi makan orang akan terang mata hatinya.
07. Kangieng Nabi bersabda agar tidak menulis waktu hari telah malam sebab akan membuat orang pelupa, demikian juga dalam hal belajar mengaji.
08. Bilamana belajar yang belum diketahui, i lmu tersebut akan mudah hilang dari ingatannya, lebih baik mengulangi ilmu yang sudah diketahui agar tidak lupa, dengan demikian ilmu yang dicari tidak mudah hilang.
09/10/11/12. Sebagaimana disebut dalam hadist taksirah agar tidak menulis setelah asar karena menyebabkan sakit pada mata, sebaliknya saat itu supaya diperbanyak berdikir dan berdoa kepada Tuhan, kangjeng rasul bersabda : “siapa yang banyak salahnya akan hidup sengsara dan merana baik di dunia dan di akherat, orang yang hanya diani raja dan tidak ingat kepada Tuhan itu disebutnya setan, dalam kitab Al-Qur’an surat rabinas setan yang menyusup dalam hati manusia akan segera meninggalkan orang itu apabila sedang dibacakan dikir, dengan bacaan itu iblis cepat-cepat pergi, sebagai diceriterakan dalam kitab Juwahir bahwa iblis akan berlari dari anak cucuAadam masuk dalam badan seperti jalannya darah.
13. Ada kabar yang lain, manusia yang suka tidur, badannya tampak lesu, hatinya jelas kelihatan dan mudah dimasuki iblis hatinya, maka agar jangan suka tidur.
14/15. Dalam kitab Juwahir disebutkan, apabila orang terlalu kenyang setan pun mudah masuk dalam hati orang kenyang perutnya, sebaliknya apabila orang yang perutnya lapar, badannya tampak ramping setan tak dapat masuk ke dalamnya. Nabi bersabda, bahwa orang yang lapar waktu di dunia sebenarnya merupakan aural bakti kepada Tuhan.
16/17. Dalam kitab Juwahir disebut pula, bahwa orang yang lapar dan banyak bakti kepada Tuhan badannya menjadi lincah, menurut sabda Nabi sebagaimana disebut dalam kita mustahal orang yang serba baik dalam yang selalu beramal ditujukan kepada Tuhan, demikian juga baik dalam berpakaian tidak memalukan lafalnya, orang itu akan dikasihi oleh Tuhan dan dikabulkan segala keinginannya.
18/19/20. Wajib menjalankan sembahyang ada empat golongan : pertama, orang Islam, kedua orang yang Islam itu dewasa, ketiga wajib bagi orang yang berakal, keempat wanita yang telah Islam, dewasa, telah suci dari hait, merupakan kewajiban mengganti sholatnya bagi wanita yang sedang hait, bila telah dalam keadaan suci wajib perempuan tersebut menjalankan sholat, sahnya sholat antara lain dalam melakukan-nya perlu memahami ketentuan-ketentuannya.
21/22. Dalam kitab sitin disebutkan kewajiban sholat baik laki-laki maupun perempuan yang telah baliq yang semula ada delapan be as menjadi dua ratus empat puluh empat.
23/24/25. Bagi mereka yang telah berumur 9 tahun tampak telah baliq, bila mereka telah keluar mani baik laki-laki maupun perempuan sesuatu pertanda mereka sampai pada kedewasaannya, mengenai hal tersebut dari dirinya keluar warna putih, lembut dan kering seperti tepung, lamun sira iku nora weruh ya sira tutura yen durung wruh satuhune, aja nyana sireku, abecike teka tireki bila anda ditanya dan anda tidak tahu, janganlah anda merasa mengerti, seyogyanya berterus terang bahwa sesungguhnya anda belum mengerti, sebaiknya anda berketetapan hati, bahwa jika anda menganggap baik sesuatu yang tiada melalui empat jalan, melalui dalil, hadis rasul, kiyas dan ijemak, anda akan menjadi kafir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU