Walisongo
Petilasan Cungkup Makam SUNAN GIRI ( RADEN PAKU / AINUL YAKIN) (Walisongo Periode Ketiga)
Tapak Jejak "WALISONGO" (Walisongo Periode Ketiga)
Petilasan Cungkup Makam SUNAN GIRI ( RADEN PAKU / AINUL YAKIN) (Walisongo Periode Kedua)
MAKAM SUNAN GIRI Desa Giri, Kebomas Gresik, Jawa Timur GPS -7.16912, 112.63061
Makam Sunan Giri saya kunjungi dengan mengikuti jalanan lurus dari arah Makam Sunan Prapen, dan masuk dari arah samping makam. Makam Sunan Giri setidaknya bisa dicapai melalui tiga akses masuk, yaitu dari arah Masjid Sunan Giri, dari undakan tengah, dan dari arah Makam Sunan Prapen. Makam Sunan Giri terlihat jauh lebih ramai dikunjungi para peziarah ketimbang Makam Sunan Prapen, cucunya, meskipun pada jaman Sunan Prapen lah Giri mengalami masa kejayaan.
Maklum Sunan Giri dikenal sebagai salah satu Wali Songo dan juga pendiri dinasti Giri Kedaton. Selain itu, Makam Sunan Giri juga lebih dekat dengan masjid, yaitu Masjid Sunan Giri. Klik Disini
Sunan Giri adalah putera Maulana Ishaq (anak Syekh Jumadil Qubro) dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, penguasa Blambangan. Syekh Jumadil Qubro datang dari Samarkand ke Pulau Jawa bersama kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq. Adalah Maulana Ishaq yang mengislamkan Pasai dan tinggal di sana.
Konon terjadi wabah penyakit di wilayah Blambangan ketika Sunan Giri lahir, sehingga Prabu Menak Sembuyu memaksa puterinya membuang dan menghanyutkan bayinya ke Selat Bali. Bayi itu pun ditemukan oleh sekelompok pelaut, dibawa ke Gresik, dan diangkat anak oleh Nyai Gede Pinatih, saudagar pemilik kapal, dan diberi nama Joko Samudra.
Joko Samudra yang telah menginjak dewasa dibawa oleh Nyai Gede Pinatih untuk berguru pada Sunan Ampel, yang entah bagaimana caranya kemudian mengetahui siapa sebenarnya muridnya itu. Sunan Ampel pun mengirim Joko Samudra untuk mendalami ajaran Islam di Pasai, tempat dimana sang ayah tinggal, didampingi oleh Sunan Bonang.
Di Pasai keduanya diterima oleh Maulana Ishaq. Joko Samudra, yang terlahir dengan nama Raden Paku, akhirnya mengetahui asal usulnya setelah bertemu dengan ayahnya itu.
Setelah tiga tahun di Pasai, Raden Paku yang juga dikenal sebagai Raden ‘Ainul Yaqin kembali ke Jawa dan mendirikan Pesantren Giri di Desa Sidomukti, Kebomas, pada 1487. Pesantren Giri berkembang menjadi kerajaan kecil Giri Kedaton, dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa yang pengaruhnya menyebar sampai ke Lombok, Kalimantan, Madura, Maluku, dan Sulawesi.
Nama Sunan Giri sering dikaitkan dengan permainan Jelungan, tembang Lir-ilir, Cublak Suweng, serta tembang Asmaradana dan Pucung. Namun tembang Lir Ilir juga sering disebut sebagai karya Sunan Kalijaga, yang sangat dihormati karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa.
Kompleks Makam Sunan Giri menunjukkan kearifan para Sunan dan mubaligh jaman dahulu untuk tidak mencabut masyarakat dari akar-akar budayanya, namun justru menggunakannya secara bijak untuk lebih mendekatkan mereka kepada masyarakat sehingga pesan dakwahnya lebih mudah dicerna dan diterima. ///Source///
Kini, jejak bangunan Pesantren Giri hampir tiada. Tapi, jejak dakwah Sunan Giri masih membekas. Keteguhannya memurnikan agama Islam juga diikuti para penerusnya. Sunan Giri wafat pada 1506 Masehi, dalam usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.na dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
MAKAM SUNAN GIRI Desa Giri, Kebomas Gresik, Jawa Timur GPS -7.16912, 112.63061
Makam Sunan Giri saya kunjungi dengan mengikuti jalanan lurus dari arah Makam Sunan Prapen, dan masuk dari arah samping makam. Makam Sunan Giri setidaknya bisa dicapai melalui tiga akses masuk, yaitu dari arah Masjid Sunan Giri, dari undakan tengah, dan dari arah Makam Sunan Prapen. Makam Sunan Giri terlihat jauh lebih ramai dikunjungi para peziarah ketimbang Makam Sunan Prapen, cucunya, meskipun pada jaman Sunan Prapen lah Giri mengalami masa kejayaan.
Maklum Sunan Giri dikenal sebagai salah satu Wali Songo dan juga pendiri dinasti Giri Kedaton. Selain itu, Makam Sunan Giri juga lebih dekat dengan masjid, yaitu Masjid Sunan Giri. Klik Disini
Masjid Sunan Giri yang berada di Kawasan Situs Giri |
Bangunan di sebelah kiri adalah makam Sunan Dalem (Zainal Abidin), anak pertama Sunan Giri. Makam Sunan Giri sendiri berada di sebelahnya, dengan fondasi batuan putih dan dinding gebyok kayu.
Sunan Giri adalah putera Maulana Ishaq (anak Syekh Jumadil Qubro) dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, penguasa Blambangan. Syekh Jumadil Qubro datang dari Samarkand ke Pulau Jawa bersama kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq. Adalah Maulana Ishaq yang mengislamkan Pasai dan tinggal di sana.
Bagian luar Makam Sunan Giri dengan ornamen bentuk-bentuk lengkung simetris dan repetitif pada fondasi batuan putihnya, serta dinding gebyog kayu dengan ornamen ukiran yang rumit dan indah. Sebuah karya seni budaya Jawa untuk menunjukkan penghormatan dan kecintaan masyarakat kepada sang penghuni makam.
Para peziarah tampak tengah memanjatkan doa di bagian dalam Makam Sunan Giri yang masih dikelilingi lagi dengan dinding kayu gebyok berukir. Di dalam Makam Sunan Giri kabarnya tersimpan Keris Kala Munyeng yang dibuat Mpu Supo dan sebuah sajadah milik Sunan Giri.
Konon terjadi wabah penyakit di wilayah Blambangan ketika Sunan Giri lahir, sehingga Prabu Menak Sembuyu memaksa puterinya membuang dan menghanyutkan bayinya ke Selat Bali. Bayi itu pun ditemukan oleh sekelompok pelaut, dibawa ke Gresik, dan diangkat anak oleh Nyai Gede Pinatih, saudagar pemilik kapal, dan diberi nama Joko Samudra.
Di atas pintu masuk ke bagian terdalam Makam Sunan Giri terlihat hiasan seperti kala dengan dua taring runcing mencuat ke atas, dan dijaga dua ekor naga dengan mulut menganga di sisi kiri kanan pintu dengan badan naik ke atas sepanjang kusen. Hal ini bisa menunjukkan kedekatan sang Sunan dengan budaya Jawa, Hindu dan Cina.
Suasana di sekitar Makam Sunan Giri. Bangunan joglo di sebelah kiri adalah tempat menunggu para peziarah sebelum dan setelah masuk ke makam.
Joko Samudra yang telah menginjak dewasa dibawa oleh Nyai Gede Pinatih untuk berguru pada Sunan Ampel, yang entah bagaimana caranya kemudian mengetahui siapa sebenarnya muridnya itu. Sunan Ampel pun mengirim Joko Samudra untuk mendalami ajaran Islam di Pasai, tempat dimana sang ayah tinggal, didampingi oleh Sunan Bonang.
Di Pasai keduanya diterima oleh Maulana Ishaq. Joko Samudra, yang terlahir dengan nama Raden Paku, akhirnya mengetahui asal usulnya setelah bertemu dengan ayahnya itu.
Salah satu makam tua di halaman kompleks Makam Sunan Giri. Bentuk makam seperti ini tampaknya sudah jarang digunakan.
Setelah tiga tahun di Pasai, Raden Paku yang juga dikenal sebagai Raden ‘Ainul Yaqin kembali ke Jawa dan mendirikan Pesantren Giri di Desa Sidomukti, Kebomas, pada 1487. Pesantren Giri berkembang menjadi kerajaan kecil Giri Kedaton, dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa yang pengaruhnya menyebar sampai ke Lombok, Kalimantan, Madura, Maluku, dan Sulawesi.
Sepasang candi bentar terlihat pada jalur masuk tengah ke Makam Sunan Giri. Karena tertarik, saya pun berjalan mendekati gerbang masuk, melewati deretan pengemis yang menunggu derma. Pengemis dan kemiskinan memang sulit dihilangkan dari muka bumi, namun mungkin ada cara yang lebih manusiawi agar mereka tidak mendeprok di sana.
Candi bentar Makam Sunan Giri dilihat dari undakan di bawahnya. Undakan dengan pegangan besi di tengahnya ini cukup panjang, karena Makam Sunan Giri memang berada di puncak perbukitan. Siluet di sebelah kanan adalah salah satu dari patung naga di depan candi bentar yang berukuran sangat besar.
Patung naga bermahkota dengan mulut menganga yang menjaga di depan candi bentar Makam Sunan Giri. Sungguh bijak untuk tetap menjaga dan melestarikan simbol-simbol dan seni budaya lokal seperti ini.
Nama Sunan Giri sering dikaitkan dengan permainan Jelungan, tembang Lir-ilir, Cublak Suweng, serta tembang Asmaradana dan Pucung. Namun tembang Lir Ilir juga sering disebut sebagai karya Sunan Kalijaga, yang sangat dihormati karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa.
Candi bentar dan patung naga di Makam Sunan Giri ini dibuat dari batu gamping dengan tekstur yang sangat menarik.
Kompleks Makam Sunan Giri menunjukkan kearifan para Sunan dan mubaligh jaman dahulu untuk tidak mencabut masyarakat dari akar-akar budayanya, namun justru menggunakannya secara bijak untuk lebih mendekatkan mereka kepada masyarakat sehingga pesan dakwahnya lebih mudah dicerna dan diterima. ///Source///
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU