Rumah Adat Indonesia
Filosofi dan Seputar Rumah Adat JAWA "Joglo"
Mengenal tata ruang rumah tradisional
adat jawa
Susunan ruang dalam bangunan tradisional Jawa pada prinsipnya terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :
- Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah
- Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal
- Omah njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.
- Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani.
- Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.
- Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa
- Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti.
Struktur ruang pada rumah tradisional Jawa ( telah diolah kembali ),
Dakung, Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Jogjakarta
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982)
Konstruksi rangka bangunan joglo
rumah adat jawa
Berdasarkan bentuk keseluruhan tampilan dan bentuk kerangka,
bangunan joglo dapat dibedakan menjadi 4 bagian :
bangunan joglo dapat dibedakan menjadi 4 bagian :
- Muda (Nom) : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung memanjang dan meninggi (melar).
- Tua (Tuwa) : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung pendek (tidak memanjang) dan atapnya tidak tegak / cenderung rebah (nadhah).
- Laki-laki (lanangan) : Joglo yang terlihat kokoh karena rangkanya relatif tebal.
- Perempuan (wadon / padaringan kebak) : Joglo yang rangkanya relatif tipis / pipih.
Di bagian tengah pendapa terdapat empat tiang utama yang dinamakan sakaguru. Ukurannya harus lebih tinggi dan lebih besar dari tiang-tiang / saka-saka yang lain. Di kedua ujung tiang-tiang ini terdapat ornamen / ukiran.
Bagian atas sakaguru saling dihubungkan oleh penyambung / penghubung yang dinamakan tumpang dan sunduk. Posisi tumpang di atas sunduk.
Dalam bahasa Jawa, kata “sunduk” itu sendiri berarti “penusuk”.
Di bagian paling atas tiang sakaguru inilah biasanya terdapat beberapa lapisan balok kayu yang membentuk lingkaran-lingkaran bertingkat yang melebar ke arah luar dan dalam. Pelebaran ke bagian luar ini dinamakan elar. Elar dalam bahasa Jawa berarti ‘sayap,. Sedangkan pelebaran ke bagian dalam disebut ‘tumpang-sari’. Elar ini menopang bidang atap, sementara Tumpang-sari menopang bidang langit langit joglo (pamidhangan).
Untuk lebih lengkapnya, detail dari rangka joglo adalah sebagai berikut :
sumber : Ismunandar, 2001 ( telah diolah )
- Molo (mulo / sirah / suwunan), balok yang letaknya paling atas, yang dianggap sebagai “kepala” bangunan.
- Ander (saka-gini), Balok yang terletak di atas pengeret yang berfungsi sebagai penopang molo.
- Geganja, konstruksi penguat / stabilisator ander.
- Pengeret (pengerat), Balok penghubung dan stabilisator ujung-ujung tiang; kerangka rumah bagian atas yang terletak melintang menurut lebarnya rumah dan ditautkan dengan blandar.
- Santen, Penyangga pengeret yang terletak di antara pengeret dan kili.
- Sunduk, Stabilisator konstruksi tiang untuk menahan goncangan / goyangan.
- Kili (Sunduk Kili), Balok pengunci cathokan sunduk dan tiang.
- Pamidhangan (Midhangan), Rongga yang terbentuk dari rangkaian balok / tumpang-sari pada brunjung.
- Dhadha Peksi (dhadha-manuk), Balok pengerat yang melintang di tengah tengah pamidhangan.
- Penitih / panitih.
- Penangkur.
- Emprit-Ganthil, Penahan / pengunci purus tiang yang berbentuk tonjolan; dudur yang terhimpit.
- Kecer, Balok yang menyangga molo serta sekaligus menopang atap.
- Dudur, Balok yang menghubungkan sudut pertemuan penanggap, penitih dan penangkur dengan molo.
- Elar (sayap), Bagian perluasan keluar bagian atas sakaguru yang menopang atap.
- Songgo-uwang, Konstruksi penyiku / penyangga yang sifatnya dekoratif
Filosofi Rumah Joglo (JAWA)
FILOSOFI RUMAH JOGLO
mantab..
BalasHapusTerimakasih revrensinya
BalasHapusrumah adat jawa tengah memang sangat bagus sekali
BalasHapusMakasih kaka
BalasHapusMatur nuwun tulisanipun
BalasHapus