Antara Syariat Syekh Siti Jenar & Wali Lainnya
Antara Syariat Syekh Siti Jenar & Wali Lainnya
Terinspirasi oleh Tulisan Danalingga yang menarik tentang masalah Syahadat Siti Jenar yang dikaitkan dengan merebaknya aliran sesat. Tulisan ini sequel dari tulisan sebelumnya.
MENUJU Tuhan rupanya menjadi hal yang terus menerus diupayakan para hamba pencinta. Dalam ajaran agama, banyak cara dan jalan yang ditempuh oleh para ulama (rohaniwan) mengajarkan pada kita. Salah satu contoh di dalam ajaran Islam mengenal istilah adalah gerakan batin (hakekat).
Semisal yang dicanangkan oleh Al Hallaj dan diteruskan oleh Syekh Siti Jenar di Indonesia. Wali ini tidak dimasukan dalam lingkungan atau anggota Wali Sanga. Mungkin karena sistem dan metodanya tidak sama. Tetapi generasinya terus berkembang hingga kini. Tidak mengetahui di mana shalatnya.
Di samping itu ada banyak jenis gerakan selain Syekh Siti Jenar yang dicanangkan oleh para Wali (songo). Diantaranya adalah thareqat. Pertanyaanya, apakah gerakan tarekat yang dicanangkan para wali itu masuk dalam kategori syareat atau gerakan hakekat?
Islam lahir didahului oleh hakekat baru kemudian syareat. Buktinya Nabi saw lama bertahannuts (bermalam) di gua Hira. Beliau menghabiskan malam-malamnya di sana untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah swt. Beberapa malam kemudian, turunlah wahyu pertama. Di sinilah syareat mulai dibentuk untuk umatnya.
Namun pada giliran periode berikutnya, muncul gerakan yang mirip hakekat yang diajarkan oleh Al Hallaj yang cukup bertentangan dengan syareat pada umumnya. Beratus tahun kemudian hadir pula di Indonesia. Pelopornya adalah Syekh Siti Jenar.
Gerakan ini cukup berhasil membawa para pengikutnya untuk terus mengupayakan gerakan ini berkembang. Entah bagaimana, akhirnya syareat yang biasanya dianut oleh masyarakat umum tiba-tiba tidak lagi menjadi fokus utama dalam beribadah kepada Allah. Yang hadir dan ramai di anut oleh masyarakat adalah sejenis hakekat. Di antara yang kerap dibicarakan orang adalah ungkapan “eling”. Atau “manungaling kaula Gusti”. Semacam penyadaran akan penyatuan antara hamba dengan Tuhannya.
Konon ajaran itu masuk dalam kategori hakekat. Adapun syareatnya tidak seperti para penganut Islam biasanya. Atau barangkali tidak ada syareat sama sekali. Seandainya pun ada syareat, maka dipastikan sangat berbeda dengan para pemegang rukun Islam pada umumnya.
Ajaran Syekh Siti Jenar, salah satunya, menurut salah satu pembimbing tarekat, adalah gerakan shalat di atas daun. Generasinya hingga kinipun masih mempraktekkannya. Selembar daun dipotong dan digelar sebagai sajadahnya lalu melaksanakan shalat di atas daun itu di permukaan air.
Atau suatu ketika selembar daun pisang menempel di dahannya, maka di situlah mengerjakan shalatnya. Jadi begitulah seseorang yang (khusus) mendalami ilmu syareat Syeh Siti Jenar.
Karenanya, tidak mustahil seseorang itu mempelajari bagaimana bisa terbang dan menghilang. Itulah yang diajarkannya. Itulah karomahnya. Itulah yang saya dengar dari guru. Masalah benar tidaknya saya belum tahu.
Bagaimana dengan Gerakan para Wali Lainya?
Menurut Abdullah As Sya’roni bukan itu yang istimewa. Karomah dipandang oleh As Sya’roni adalah al Istiqomah, meskipun kecil kelihatannya. Sehingga timbul ungkapan “khoirun min alfi karomah” istiqomah itu lebih baik daripada seribu karomah. Karenanya, tidak perlu tertarik dan tidak perlu mempelajari hal-hal seperti itu.
Inilah yang disebut gerakan tarekat yang dipelopori oleh para aulia. Karenanya pernah ada seorang ulama besar membuat geger orang-orang, di mana shalatnya tidak pernah diketahui. Namun tiba-tiba saja ulama itu ada di sana. Wallahu a’lam kita tidak tahu, namun itulah gerakan mereka. Jadi sangat antik mereka punya gerakan.
Karena itu wali Songo tidak mau ketinggalan punya gerakan juga. Thareqah namanya. Jadi tarekat yang diajarkan para wali itu sangat jelas dan terlihat apa adanya. Para pengikut tarekat saat berkumpul ramai-ramai kemudian melakukan dzikir tarekat bersama-sama. Ramai-ramai di talqin atau di baiat oleh musyidnya, oleh muqoddam atau khalifah, terserah istilahnya apa, itu semata-mata untuk melestarikan gerakan wali songo.
Itulah alasannya mengapa para pengikut tarekat berkumpul. Sementara para pengikut syekh Siti Jenar pun gigih membikin generasi penerusnya dengan gerakan-gerakan yang dianggap kontroversial. Sementera grupnya Wali Songo ternyata kelihatannya lebih berhasil dalam gerakannya. Sehingga berkembanglah tarekat di seluruh dunia dengan berbagai versi dan silsilahnya hingga kini.
Salah satu inti gerakan tarekat yang dikedepankan oleh para Wali Songo adalah hal yang jelas bentuk syareatnya. Buktinya adalah orang-orang tarekat dzikirknya jelas, bagaimana ucapannya, dimana tempat berdzikirnya, apa yang diucapkan, siapa gurunya dan kepada siapa silsilahnya begitu jelas hingga wusul kepada Rasulullah saw. Tanpa ada yang disembunyikan sama sekali.
Tentang ajaran hakikat pada tarekat yang diajarkan para wali hanya mengajarkan khofi selebihnya dzikir, sholawat dan membaca Al qur’an kepada para pengamal tarekat. Khofi sendiri merupakan hal rahasia yang tidak bisa diajarkan melainkan dengan talqin kepada mursyidnya, muqoddam atau khalifahnya.
Namun ajaran “hakekat” yang dikedepankan oleh tarekat tidak untuk menciptakan sebuah kelebhan (karomah). Semata-mata hanya untuk bagaimana mampu berkomunikasi kepada Allah dalam segala tingkat keadaan dan situasi. Jika pun ada kelebihan yang ditimbulkan, hal itu semata-mata karena maziah saja dan tidak ditampakkan.
Bahkan jika seorang pengikut tarekat memiliki karomah, ia sendiri menganggapnya sebagai beban yang berat sekali dipikulnya. Pendeknya, menjadi pengamal tarekat adalah individu yang siap menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Tak Perlu Diadu
Bukan berarti gerakan Wali Songo lebih baik dari gerakan Syekh Siti Jenar atau sebaliknya. Hal itu tidak perlu diadu dan dibuat komparasi (perbandingan). Karena hal ini tidak perlu diadu antara kelebihan dan kekurangannya. Sebab dalam salah satu ajaran tarekat menyebutkan bahwa tidak perlu mengoreksi ilmu orang lain. Nafsi-nafsi saja. Memperbaiki dan menambah kekurangan diri.
Akhirnya, seringkali para guru mengajarkan kepada para pengikutnya: marilah bersama-sama untuk saling tertarik guna mendalami ilmu bersama Allah SWT. Ilmu ini berada dalam hati, bukan di dalam pikiran. Sebab ilmu tarekat tidaklah mengajarkan seseorang ahli suatu bidang, melainkan bagaimana memanaj hati. Jika hati tenang maka akan menolong segala urusan keduniaan dan keakhiratan. Bukankah Allah menjanjikan: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.. (Ar Ra’ad: 28)
Kesimpulan:
· Tarekat merupakan sebuah bentuk gerakan keimanan yang bertujuan untuk memperbiki akhlak melalui upaya pembersihan diri (batin) dengan terus menerus mengingat Alalh.
· Ada yang berorientasi hanya pada inti hakekat saja (batin) tanpa dengan syareat pada umumnya. Diwakilii oleh gerakan Al Hallaj dan generasi berikutnya adalah Syekh Siti Jenar.
· Ada pula yang mementingkan syareat dan hakekat sekaligus. Namun lebih condong ke pelaksanaan syareat seperti biasanya. Sementara hakekat hanya dalam bentuk dzikir khofi saja. Ini yang kebanyakan diwakili oleh gerakan tarekat Wali Songo dengan berbagai jenisnya yang mu’tabarah.
· Pada akhirnya, gerakan Wali Sanga ini lebih banyak diterima oleh masyarakat.
· Tidak perlu membandingkan dua jenis gerakan ini, mana yang lebih unggul. Masing-masing menjalankan keyakinannya. Wallhu a’lam.
MENUJU Tuhan rupanya menjadi hal yang terus menerus diupayakan para hamba pencinta. Dalam ajaran agama, banyak cara dan jalan yang ditempuh oleh para ulama (rohaniwan) mengajarkan pada kita. Salah satu contoh di dalam ajaran Islam mengenal istilah adalah gerakan batin (hakekat).
Semisal yang dicanangkan oleh Al Hallaj dan diteruskan oleh Syekh Siti Jenar di Indonesia. Wali ini tidak dimasukan dalam lingkungan atau anggota Wali Sanga. Mungkin karena sistem dan metodanya tidak sama. Tetapi generasinya terus berkembang hingga kini. Tidak mengetahui di mana shalatnya.
Di samping itu ada banyak jenis gerakan selain Syekh Siti Jenar yang dicanangkan oleh para Wali (songo). Diantaranya adalah thareqat. Pertanyaanya, apakah gerakan tarekat yang dicanangkan para wali itu masuk dalam kategori syareat atau gerakan hakekat?
Islam lahir didahului oleh hakekat baru kemudian syareat. Buktinya Nabi saw lama bertahannuts (bermalam) di gua Hira. Beliau menghabiskan malam-malamnya di sana untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah swt. Beberapa malam kemudian, turunlah wahyu pertama. Di sinilah syareat mulai dibentuk untuk umatnya.
Namun pada giliran periode berikutnya, muncul gerakan yang mirip hakekat yang diajarkan oleh Al Hallaj yang cukup bertentangan dengan syareat pada umumnya. Beratus tahun kemudian hadir pula di Indonesia. Pelopornya adalah Syekh Siti Jenar.
Gerakan ini cukup berhasil membawa para pengikutnya untuk terus mengupayakan gerakan ini berkembang. Entah bagaimana, akhirnya syareat yang biasanya dianut oleh masyarakat umum tiba-tiba tidak lagi menjadi fokus utama dalam beribadah kepada Allah. Yang hadir dan ramai di anut oleh masyarakat adalah sejenis hakekat. Di antara yang kerap dibicarakan orang adalah ungkapan “eling”. Atau “manungaling kaula Gusti”. Semacam penyadaran akan penyatuan antara hamba dengan Tuhannya.
Konon ajaran itu masuk dalam kategori hakekat. Adapun syareatnya tidak seperti para penganut Islam biasanya. Atau barangkali tidak ada syareat sama sekali. Seandainya pun ada syareat, maka dipastikan sangat berbeda dengan para pemegang rukun Islam pada umumnya.
Ajaran Syekh Siti Jenar, salah satunya, menurut salah satu pembimbing tarekat, adalah gerakan shalat di atas daun. Generasinya hingga kinipun masih mempraktekkannya. Selembar daun dipotong dan digelar sebagai sajadahnya lalu melaksanakan shalat di atas daun itu di permukaan air.
Atau suatu ketika selembar daun pisang menempel di dahannya, maka di situlah mengerjakan shalatnya. Jadi begitulah seseorang yang (khusus) mendalami ilmu syareat Syeh Siti Jenar.
Karenanya, tidak mustahil seseorang itu mempelajari bagaimana bisa terbang dan menghilang. Itulah yang diajarkannya. Itulah karomahnya. Itulah yang saya dengar dari guru. Masalah benar tidaknya saya belum tahu.
Bagaimana dengan Gerakan para Wali Lainya?
Menurut Abdullah As Sya’roni bukan itu yang istimewa. Karomah dipandang oleh As Sya’roni adalah al Istiqomah, meskipun kecil kelihatannya. Sehingga timbul ungkapan “khoirun min alfi karomah” istiqomah itu lebih baik daripada seribu karomah. Karenanya, tidak perlu tertarik dan tidak perlu mempelajari hal-hal seperti itu.
Inilah yang disebut gerakan tarekat yang dipelopori oleh para aulia. Karenanya pernah ada seorang ulama besar membuat geger orang-orang, di mana shalatnya tidak pernah diketahui. Namun tiba-tiba saja ulama itu ada di sana. Wallahu a’lam kita tidak tahu, namun itulah gerakan mereka. Jadi sangat antik mereka punya gerakan.
Karena itu wali Songo tidak mau ketinggalan punya gerakan juga. Thareqah namanya. Jadi tarekat yang diajarkan para wali itu sangat jelas dan terlihat apa adanya. Para pengikut tarekat saat berkumpul ramai-ramai kemudian melakukan dzikir tarekat bersama-sama. Ramai-ramai di talqin atau di baiat oleh musyidnya, oleh muqoddam atau khalifah, terserah istilahnya apa, itu semata-mata untuk melestarikan gerakan wali songo.
Itulah alasannya mengapa para pengikut tarekat berkumpul. Sementara para pengikut syekh Siti Jenar pun gigih membikin generasi penerusnya dengan gerakan-gerakan yang dianggap kontroversial. Sementera grupnya Wali Songo ternyata kelihatannya lebih berhasil dalam gerakannya. Sehingga berkembanglah tarekat di seluruh dunia dengan berbagai versi dan silsilahnya hingga kini.
Salah satu inti gerakan tarekat yang dikedepankan oleh para Wali Songo adalah hal yang jelas bentuk syareatnya. Buktinya adalah orang-orang tarekat dzikirknya jelas, bagaimana ucapannya, dimana tempat berdzikirnya, apa yang diucapkan, siapa gurunya dan kepada siapa silsilahnya begitu jelas hingga wusul kepada Rasulullah saw. Tanpa ada yang disembunyikan sama sekali.
Tentang ajaran hakikat pada tarekat yang diajarkan para wali hanya mengajarkan khofi selebihnya dzikir, sholawat dan membaca Al qur’an kepada para pengamal tarekat. Khofi sendiri merupakan hal rahasia yang tidak bisa diajarkan melainkan dengan talqin kepada mursyidnya, muqoddam atau khalifahnya.
Namun ajaran “hakekat” yang dikedepankan oleh tarekat tidak untuk menciptakan sebuah kelebhan (karomah). Semata-mata hanya untuk bagaimana mampu berkomunikasi kepada Allah dalam segala tingkat keadaan dan situasi. Jika pun ada kelebihan yang ditimbulkan, hal itu semata-mata karena maziah saja dan tidak ditampakkan.
Bahkan jika seorang pengikut tarekat memiliki karomah, ia sendiri menganggapnya sebagai beban yang berat sekali dipikulnya. Pendeknya, menjadi pengamal tarekat adalah individu yang siap menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Tak Perlu Diadu
Bukan berarti gerakan Wali Songo lebih baik dari gerakan Syekh Siti Jenar atau sebaliknya. Hal itu tidak perlu diadu dan dibuat komparasi (perbandingan). Karena hal ini tidak perlu diadu antara kelebihan dan kekurangannya. Sebab dalam salah satu ajaran tarekat menyebutkan bahwa tidak perlu mengoreksi ilmu orang lain. Nafsi-nafsi saja. Memperbaiki dan menambah kekurangan diri.
Akhirnya, seringkali para guru mengajarkan kepada para pengikutnya: marilah bersama-sama untuk saling tertarik guna mendalami ilmu bersama Allah SWT. Ilmu ini berada dalam hati, bukan di dalam pikiran. Sebab ilmu tarekat tidaklah mengajarkan seseorang ahli suatu bidang, melainkan bagaimana memanaj hati. Jika hati tenang maka akan menolong segala urusan keduniaan dan keakhiratan. Bukankah Allah menjanjikan: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.. (Ar Ra’ad: 28)
Kesimpulan:
· Tarekat merupakan sebuah bentuk gerakan keimanan yang bertujuan untuk memperbiki akhlak melalui upaya pembersihan diri (batin) dengan terus menerus mengingat Alalh.
· Ada yang berorientasi hanya pada inti hakekat saja (batin) tanpa dengan syareat pada umumnya. Diwakilii oleh gerakan Al Hallaj dan generasi berikutnya adalah Syekh Siti Jenar.
· Ada pula yang mementingkan syareat dan hakekat sekaligus. Namun lebih condong ke pelaksanaan syareat seperti biasanya. Sementara hakekat hanya dalam bentuk dzikir khofi saja. Ini yang kebanyakan diwakili oleh gerakan tarekat Wali Songo dengan berbagai jenisnya yang mu’tabarah.
· Pada akhirnya, gerakan Wali Sanga ini lebih banyak diterima oleh masyarakat.
· Tidak perlu membandingkan dua jenis gerakan ini, mana yang lebih unggul. Masing-masing menjalankan keyakinannya. Wallhu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU