Laman

Kamis, 23 Januari 2014

P#5 URUT-URUTAN PERNIKAHAN ADAT JAWA SAMPAI DENGAN BOYONG PENGANTEN (NGUNDUH)


P#5 URUT-URUTAN PERNIKAHAN ADAT JAWA SAMPAI DENGAN BOYONG PENGANTEN (NGUNDUH)



BABAK V (PUNCAK ACARA)

Puncak dari rangkaian acara dan merupakan inti acara.

a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.

b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:

  • Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.
  • Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
  • Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
  • Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.
  • Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
  • Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup. 


Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana rinengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.
  • Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.
  • Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.
  • Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.


Resepsi
Sesudah seluruh rangkaian upacara perkawinan selesai, dilakukan resepsi, dimana kedua temanten baru, dengan diapit kedua belah pihak orang tua, menerima ucapan selamat dari para tamu.

Didepan pengantin wanita, dua gadis kecil yang disebut patah  membawa kipas. Dua anak laki-laki muda atau dua orang ibu, masing-masing membawa sebuah rangkaian bunga khusus yang namanya kembar mayang.

Seorang ibu pengiring pengantin pria maju dan memberikan Sanggan kepada ibu pengantin putri sebagai tanda penghormatan untuk penyelenggaraan upacara perkawinan. 

Sanggan itu berupa buah pisang yang dibungkus rapi dengan daun pisang dan ditaruh diatas nampan.


Pada saat yang telah ditentukan, penganten pria diantar oleh saudara-saudaranya  kecuali kedua orang tuanya yang tidak boleh hadir dalam upacara ini, tiba didepan rumah pengantin putri dan berhenti didepan pintu rumah. Sementara itu, pengantin wanita  dengan dikawal saudara-saudaranya dan diikuti kedua orang tuanya, menyongsong kedatangan rombongan pengantin pria dan berhenti dipintu rumah depan
Ritual Wiji Dadi

Penganten pria menginjak sebuah telur ayam  kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki  tersebut dibasuh oleh penganten putri dengan air kembang.

Pralambang nya : rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung jawab  dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula termasuk anak keturunan.
Pengantin pria dan wanita berdiri  berhadapan tepat. Telapak kaki kanan mempelai pria dibasuh dengan air kembang oleh mempelai putri dengan sikap jongkok. Perias temanten sebagai pembimbing  upacara, memegang telur ayam kampung itu ditangan kanannya.Ujung telur tersebut oleh perias ditempelkan pada  dahi pengantin pria dan kemudian pada dahi pengantin wanita.Kemudian telur itu dipecah oleh perias diatas tumpukan bunga yang berada diantara kedua pengantin Ini penggambaran kedua pengantin sudah mantap dalam satu pikiran, sadar saling kasih  membina rumah tangga yang  bahagia sejahtera dan menghasilkan anak keturunan yang  baik-baik
Sinduran
Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga.
Ritual Kacar Kucur atau Tampa Kaya.

Sepasang pengantin  dengan bergandengan  dengan jari kecilnya berjalan menuju depan krobongan, tempat dimana upacara tampa kaya diadakan.Upacara kacar kucur ini menggambarkan : suami memberikan seluruh penghasilannya kepada istri. Dalam ritual ini suami memberikan kepada istri : kacang, kedelai, beras, jagung, nasi kuning, dlingo bengle, beberapa macam bunga dan uang logam dengan jumlah genap.Istri menerima dengan segenap hati dengan selembar kain putih yang ditaruh diatas selembar tikar tua yang diletakkan diatas pangkuannya. Artinya istri akan menjadi  ibu rumah tangga yang baik dan berhati-hati
Ritual Dhahar Klimah atau  Dhahar Kembul

Dengan disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama, saling menyuapi. Mempelai pria membuat tiga kepal nasi kuning dengan lauknya berupa telor goreng,tempe, kedelai, abon, ati ayam. Lalu ia menyuapkan kepada istrinya, sesudah itu ganti sang istri menyuapi suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. Ini melambangkan bahwa mulai saat ini keduanya akan mempergunakan dan menikmati bersama  apa yang mereka punyai.
Mertui atau Mapag Besan 

Kedua orang tua pengantin putri menjemput kedua orang tua pengantin pria didepan rumah ( untuk perkawinan digedung menjemputnya didepan ruangan tempat berlangsungnya acara ritual) dan mempersilahkan  mereka masuk rumah/ ruangan tempat upacara, selanjutnya mereka berjalan bersama menuju ketempat upacara. Ibu-ibu berjalan didepan, bapak-bapak mengiringi dari belakang. Kedua orang tua pengantin pria didudukkan  sebelah kiri pengantin, orang tua pengantin putri duduk disebelah kanan penganten.
Upacara Sungkeman

Sepasang pengantin melakukan  sungkem kepada kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua dan pinisepuh.

Pada waktu sungkem ( menghormat dengan posisi jongkok , kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang di-sungkemi), keris yang dipakai pengantin pria dilepas dulu dan dipegangi oleh perias, sesudah selesai sungkem , keris dikenakan kembali.

Orang tua dengan haru menerima penghormatan berupa sungkem dari putra putrinya dan pada waktu yang bersamaan juga memberikan restunya supaya  keduanya menempuh hidup rukun, sejahtera. Tanpa mengucapkan kata-kata itu, sebenarnya para orang tua pengantin sudah memberikan restu yang dilambangkan dari kain batik yang dikenakan yang polanya truntum , artinya punyailah rejeki yang cukup selama hidup. Kedua orang tua juga menggunakan ikat pinggang besar  yang namanya sindhur dengan pola gambar dengan garis yang melekuk-lekuk, artinya orang tua mewanti-wanti kedua anaknya supaya selalu bertindak hati-hati, bijak dalam menjalani kehidupan nyata didunia ini.

Kirab

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana.

Upacara Tambahan
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain. 
Upacara Adat Tambahan Bubak Kawah (Punya hajat pertama kali)
Bubak Kawah
1. Pengertian
          Secara bahasa Bubak berarti mbukak ( membuka ), kawah artinya adalah air yang keluar sebelum kelahiran bayi, sedang secara istilah bubak kawah berarti : membuka jalan mantu atau mantu yang pertama ( Poerwadarminta, 1939 : 51 & Sudaryanto & Pranowo, 2001 : 123 ). Sutawijawa dan Yatmana ( 1990 : 25 ) menyatakan bahwa bubak kawah adalah upacara adat yang dilaksanakan ketika orang tua mantu pertama atau terakhir, mantu pertama disebut tumpak punjen, sedang mantu terakhir disebut tumplak punjen.

           Dan Drs. Suwarna Pringgawidagda, M.Pd. menyimpulkan dari kedua pendapat tersebut : bahwa bubak kawah adalah upacara adat yang dilaksanakan ketika orang tua mantu pertama, khusus untuk pengantin jaka lara ( perjaka-gadis ) pada mantu yang pertama ( tidak harus mantu anak sulung ). ( Tata Upacara dan Wicara, Acara-acara Khusus Bab 10, Kanisius 2006 : 276 ).

2. Tujuan dan makna
Beberapa tujuan dari pada upacara bubak kawah ini adalah sebagai berikut :

Pernyataan syukur kepada Tuhan YME, bahwa telah dapat mengawali mantu.
Permohonan kepada Tuhan agar pengantin diberikan kekuatan, kesegaran jasmani dan rohani, ayem tentrem.

Harapan agar pengantin di karuniai anak.
Menunjukan tanggung jawab orang tua terhadap putrinya, walaupun susah payah untuk melaksanakan perhelatan, tetapi badan dan pikiran tetap segar bugar seperti segarnya rujak degan yang di sajikan.
Menunjukan kepada kerabat tamu bahwa ini perhelatan mantu yang pertama.
3. Pelaksanaan
Setelah panggih, pengantin berjalan menuju ke pelaminan untuk duduk bersanding :

Pengantin duduk berdua di pelaminan.
Bapak – ibu mengambil rujak degan dan rujak tape.
Bapak terlebih dahulu mencicipi rujak degan dan rujak tape, kemudian ibu, ketika bapak minum rujak degan dan rujak tape ada dialog singkat sebagai berikut :
Ibu      : “ Pak,, kepiye mungguh rasane rujak degan lan rujak tape..??”

            ( “ Pak..bagaimana rasa rujak kelapa muda dan rujak tapenya..? )

Bapak : “ Bu..Rasane seger sumyah, muga-muga warata sak omah..! “

   ( “ Bu..Rasanya sangat segar, semoga merata bagi seluruh anggota   keluarga.! )

Kemudian ibu mencicipi rujak degan dan rujak tape.
Ibu dan bapak menghampiri pengantin, kemudian ibu menyuapi rujak degan dan rujak tape kepada mempelai berdua.
Setelah selesai, bapak ibu kembali ke tempat duduk.
Kemudian di lanjutkan acara tanpa kaya, dhahar klimah, ngunjuk toya wening, mapag besan dan sungkeman.

d. Tumpak punjen, & Tumplak punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. 

Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah. 
Mantu pertama disebut tumpak punjen, sedang mantu terakhir disebut tumplak punjen

e. Tumplak Punjen (Punya hajat terakhir kali)
Bismillahirrohman nirrokhimi...

Ritual ini dilakukan oleh orang tua yang mengawinkan putra/ putrinya untuk terakhir kali.  Tumplak artinya menuang atau memberikan semua. Punjen adalah harta orang tua yang telah dikumpulkan sejak mereka berumah tangga.
*Sambutan dari wakil putra putri yang ditujukan untuk bapak ibu

Dalam ritual ini, orang tua yang berbahagia, didepan krobongan, memberikan miliknya( punjen) kepada semua anak-anak dan keturunannya. Secara simbolis kepada masing-masing diberikan sebuah bungkusan kecil yang berisi bumbu-bumbu,nasi kuning,uang logam dari emas, perunggu dan tembaga dll.
Dengan mengadakan tumplak punjen, orang tua ingin memberi teladan kepada anak keturunannya,bahwa mereka sudah purna tugas dan  supaya generasi penerus selalu menyukuri karunia Tuhan dan mampu melaksanakan tugas hidupnya dengan baik dan benar.

Tujuan dan Makna

  • Tasyakur (puji syukur) kepada Allah SWT, karena telah menuntaskan tanggung jawab untuk menikahkan   putra/ putrinya
  • Memberitahukan kepada kerabat bahwa tugas untuk menikahkan putra/ putrinya telah selesai
  • Memberutahu kepada anak bahwa tugas orangtua telah selesai
  • Tanda cinta kasih orangtua kepada anak
  • Tanda bakti anak kepada orangtua (ditandai dengan sungkeman)
  • Teladan agar suka bersedekah kepada sesama.
  • Harapan dan doa orangtua untuk kebahagiaan anak cucu.

*Sungkeman, mulai dari anak sulung sampai ke anak bungsu (penganten) beserta pasangan masing - masing (menantu). Saat sungkem orang tua memberikan katung kecil yang berisi biji - bijian, beras kuning, empon - empon, bunga sritaman, dan uang logam. Boleh juga berupa hadiah yang lebih besar nilainya (misal : perhiasan). Kantung - kantung kecil tersebut diambil dari bokor kencana (bokor keemasan). Isi bokor selengkapnya adalah : kantung - kantung kecil, biji - bijian (beras kuning, kedele, jagung, empon - empon, kembang sritaman, dan uang. Isi bokor tersebut biasa juga disebut udhik - udhik.
*Setelah sungkeman selesai, orangtua menyebar isi bokor (udhik - udhik) dan semua anak cucu dan para tamu, boleh berebut. Udhik - udhik agar disisakan sedikit untuk tata laksana berikutnya.
*Sisa udhik - udhik ditumplak (ditumpahkan) di depan pelaminan.

Berlanjut ke :  NGUNDUH 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU