Laman

Kamis, 23 Januari 2014

P#4 URUT-URUTAN PERNIKAHAN ADAT JAWA SAMPAI DENGAN BOYONG PENGANTEN (NGUNDUH)


P#4 URUT-URUTAN PERNIKAHAN ADAT JAWA SAMPAI DENGAN BOYONG PENGANTEN (NGUNDUH)


BABAK 4
TAHAPAN RANGKAIAN UPACARA

Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.

a. Pasang Tratag dan Tarub (BLEKETEPE)
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.

c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan. 
Tuwuhan
Siraman
d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.
e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan pecahan genting sebagai uang.
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
 
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.

Pada upacara midodareni yang  berlangsung dimalam hari sebelum Ijab dan Temu Manten/Panggih di keesokkan harinya, kedua orang tua calon mempelai pria beserta calon mempelai pria, diantar oleh keluarga dekatnya, berkunjung kerumah orang tua calon mempelai putri.
Calon mempelai putri setelah dirias dikamar pelaminan, nampak cantik sekali bagai widodari, bidadari, dewi dari kahyangan. 

Sesuai kepercayaan kuno, malam itu mempelai putri ditemani oleh beberapa dewi cantik dari kahyangan. Malam itu dia harus tinggal dikamar dan tidak boleh tidur dari jam 6/enam sore sampai tengah malam.Beberapa ibu sepuh menemani dan memberikan nasihat-nasihat berharga.

Sesuai adat, dikamar pelaminan ada sesaji khusus untuk upacara midodareni, ada sebelas macam makanan dan barang; selain itu ada  7/tujuh macam barang yang lain .

Dalam upacara midodareni, bisa dilakukan srah-srahan atau peningsetan.( Pada zaman dulu, peningsetan dilakukan sebelum malam midodareni).  Orang tua dan keluarga calon penganten pria memberikan beberapa barang kepada orang tua calon penganten wanita.

Peningsetan dari kata singset, artinya mengikat erat, dalam hal ini terjadinya komitmen  akan sebuah perkawinan antara putra putri kedua pihak  dan para orang tua penganten akan menjadi besan.

Pemberian itu berupa : Satu set suruh ayu sebagai perlambang  harapan tulus  supaya mendapatkan keselamatan. Seperangkat pakaian untuk penganten wanita , termasuk beberapa kain batik dengan motif yang melambangkan kebahagiaan hidup. Tidak boleh ketinggalan sebuah stagen, ikat pinggang kain putih  yang besar dan panjang, sebagai pertanda kuatnya  tekad.Beberapa hasil bumi a.l. beras, gula, garam, minyak goreng, buah-buahan dlsb sebagai pralambang hidup kecukupan dan sejahtera bagi keluarga baru..
Sambutan dan jawaban dari keluarga kedua calon mempelai
Sepasang cincin kawin untuk kedua mempelai.
Pada kesempatan ini, pihak calon mempelai pria menyerahkan sejumlah uang, sebagai sumbangan untuk pelaksanaan upacara perkawinan.Ini hanya formalitas belaka, karena urunan uang sudah diberikan jauh hari sebelumnya.

Keluarga calon mempelai pria yang wanita, yang datang dimalam midodareni, boleh menengok calon mempelai wanita yang sudah didandani cantik, siap untuk nikah esok harinya.
Catatan : Menurut adat perkawinan Surakarta, sewaktu rombongan tamu berpamitan pulang, pihak tuan rumah memberikan angsul-angsulan , berupa  buah-buahan, kue-kue dan seperangkat pakaian temanten pria yang akan dipakai besok. Pada adat perkawinan gaya Yogyakarta, tidak ada angsul-angsulan.

Keterkaitan Legenda Jaka Tarub dengan Ritual Midodareni
Dalam tradisi Jawa, sehari sebelum hari pernikahan, calon mempelai wanita biasanya melangsungkan malam midodareni. Midodareni sendiri berasal dari kata widadari atau bidadari yang turun dari kahyangan. Malam midodareni dimulai ketika calon mempelai wanita berdiam diri dalam kamar pengantin dan tidak diperkenankan tidur dimulai sejak pukul 18.00 sampai dengan 24.00. Sepanjang malam, calon mempelai wanita akan tetap terjaga seraya mendengarkan nasihat-nasihat dari orang tua, para tamu dan pinisepuh tentang kehidupan berumah tangga, atau disebut juga tirakatan, tidak tidur sepanjang malam. Perbincangan tersebut juga disertai pemanjatan doa kepada Sang Pencipta untuk senantiasa dilimpahkan berkah dan rahmat-Nya di hari esok yang bahagia.

Karena dilarang untuk keluar dari kamar pengantin, siapapun yang ingin menemui calon mempelai wanita harus memasuki kamar pengantin, terkecuali calon mempelai pria yang dilarang keras melihat terlebih memasuki kamar calon mempelai wanita. Walaupun calon mempelai pria sudah datang tetap tidak diperkenankan menjumpai calonnya, hingga waktu pernikahan tiba. Dalam penantian, sang calon mempelai wanita mengharapkan datangnya bidadari yang akan datang tepat pukul 24.00. Konon, tepat tengah malam bidadari atau yang lebih dikenal dengan Dewi Nawang Wulan akan turun ke bumi.

Seperti yang kita ketahui cerita rakyat Jaka Tarub yang sangat populer bermuara ketika tujuh bidadari turun dari kahyangan untuk mandi di sebuah telaga. Tergoda dengan kecantikan para bidadari, Jaka Tarub yang sedang mengintip mencuri salah satu selendang milik bidadari. Tidak salah lagi, selendang yang dicuri merupakan kepunyaan Dewi Nawang Wulan. Melihat peluang ada di depan mata, Jaka Tarub pun muncul sebagai pahlawan untuk menolong Nawang Wulan. Singkat cerita, keinginan Jaka Tarub untuk memiliki Nawang Wulan terwujud. Namun cerita manis itu tidak bertahan lama.
Sebelumnya Nawang Wulan pernah berkata kepada Jaka Tarub untuk jangan pernah membuka kekep atau penutup dandang (penanak nasi) sewaktu ia sedang memasak nasi. Rasa penasaran Jaka Tarub tidak dapat ditahan, ia pun melanggar larangan Nawang Wulan. Rahasia mengapa padi yang selama ini tidak pernah habis pun terbongkar, ternyata selama itu Nawang Wulan memasak nasi hanya dengan setangkai padi untuk menghasilkan satu dandang nasi penuh. Nawang Wulan sangat marah, Jaka Tarub telah melanggar janjinya. Akan tetapi sebelum pergi kembali ke kahyangan, Nawang Wulan sempat berpesan kepada Jaka Tarub jika kelak putri mereka, Dewi Nawangsih menikah agar menyediakan sepasang mayang kembar, sepasang atau dua butir kelapa muda yang masih ada sabutnya, dan disiapkan di depan pendaringan atau di dalam kamar pengantin pada waktu sore hari sebelum hari pernikahan. Maka saat itulah Dewi Nawang Wulan akan turun memberi restu serta akan mempercantik putrinya. Ikhwal peristiwa tersebut menjadi latar belakang ritual midodareni dilaksanakan.

h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.

i. Nyantri atau Nyatrik 
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya.

Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan. 

Berlanjut ke :

2 komentar:

  1. Sudah menjadi SALAH KAPRAH. Pelaksanaan PANGGIH dengan IJAB.

    Kebanyakan tulisan mengatakan acara panggih HARUS DILAKSANAKAN setelah acara IJAB. Coba kita bertanya MENGAPA …. ???? inilah karena kita mencampuradukkan antara pernikahan ADAT dengan pernikahan AGAMA.

    Harusnya TIDAK BOLEH begitu. PERNIKAHAN AGAMA itu sifatnya HARUS MENGESAHKAN terjadinya PERNIKAHAN ADAT. Bukan sebaliknya.

    Apa sebenarnya yang terjadi manakala IJAB dulu baru PANGGIH. Yang terjadi adalah SELURUH rangkaian acara mulai dari pemasangan BLEKETEPE sampai dengan Malam Midodareni …. menjadi GUGUR MAKNANYA … karena SEBELUM acara PANGGIH, kedua calon Pengantin SUDAH HARUS KETEMU DULU …. untuk kepentingan ACARA IJAB.

    Kalau kita mau melaksanakan secara benar, seharusnya acara PANGGIH dilaksanakan dahulu, kemudian baru DISAHKAN SECARA AGAMA dengan proses IJAB KABUL, atau Penerimaan Sakramen Perkawinan, atau acara keagamaan lainnya yang sifatnya MENGESAHKAN rangkaian acara ADAT tersebut. Setelah SAH baru RESEPSI.

    Dengan demikian, Makna acara adat secara LENGKAP terpenuhi, dan PENGESAHAN SECARA AGAMA juga terpenuhi.

    Demikian semoga para Juru Paes memahami peran AGAMA sebagai YANG MENGESAHKAN PERNIKAHAN TERSEBUT, tanpa mengurangi MAKNA LUHUR RANGKAIAN UPACARA ADAT yang Adi Luhung warisan Leluhur kita.

    BalasHapus
  2. yang namanya adat dari zaman dulu itu gak bisa diubah

    BalasHapus

SEMANGAT PAGI....SUKSES Untuk SEMUA
JIKA ANDA PIKIR BISA PASTI BISA..!
Maaf apabila dalam pengambilan GAMBAR dirasa VULGAR
(Gambaran ini Hanyalah FAKTA sesuai dengan ASLINYA)
dan TIDAK Mutlak untuk diperdebatkan......................!!!
AKU CINTA NUSANTARAKU